School of Information Systems

User Acceptance Test

User acceptance testing (UAT) adalah tahap testing terakhir dan terpenting dari empat tahapan testing software yang umum dilakukan. Dalam tahapan ini, pengujian sistem dilakukan untuk menentukan apakah sistem telah memenuhi kebutuhan pengguna dan dapat mendukung semua skenario bisnis dan pengguna. UAT dilakukan oleh client dan end-user. Pengujian UAT ini erat kaitannya dengan pembayaran yang dilakukan kepada pengembang software.

Terdapat tiga cakupan proses pembuatan UAT, yaitu:

  1. Perencanaan

Perencanaan untuk pembuatan UAT perlu dilakukan dari awal proses karena ada keputusan dan persiapan yang harus dilakukan selama proses berlangsung. Apabila perencanaan baru dilakukan di akhir proyek, kemungkinan besar akan timbul masalah yang menyebabkan penundaan sehingga target penyelesaian proyek akan mundur dari waktu yang telah ditentukan. Perencanaan UAT bisa dilakukan dengan menyusun test plan yang memiliki komponen umum seperti tanggal, kondisi lingkungan, pelaku, peran dan tanggung jawab, hasil dan proses analisis, serta entry-exit criteria.

  1. Persiapan

Dalam melangsungkan pengujian, dibutuhkan data pengujian yang pembuatannya rumit dan membutuhkan sumber daya yang besar. Pembuatan data dapat dilakukan dengan metode dimasukkan langsung oleh pengguna atau menggunakan data internal yang terdapat di database. Apabila data dimasukkan oleh pengguna, maka dapat didefinisikan dan didokumentasikan secara tepat karena pengguna melakukan input data sesuai dengan persyaratan yang akan diuji. Selain menyiapkan data, hal yang juga perlu dipersiapkan yaitu memperhatikan apakah sistem dapat digunakan di lingkungan bisnis sehari-hari. Biasanya diperlukan komputer uji dan lingkungan yang mampu melakukan simulasi bisnis sesungguhnya.

  1. Pengelolaan dan Eksekusi

Pengguna sistem sebagai penguji, bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kasus yang akan di tes, membuat data tes, dan menjalankan UAT. Pada akhir proses pengujian, pengguna perlu menyimpulkan apakah pengujian berhasil sehingga persyaratan terpenuhi atau tidak. Apabila terjadi kesalahan dalam pengujian, maka perlu perbaikan yang dicatat dan dilacak.

 

Beberapa tipe dari User Acceptance Testing yaitu:

  1. Alpha and Beta Testing

Alpha Testing adalah sebuah proses testing yang dilakukan di lingkup pengembangan dan dilakukan oleh staf internal, sebelum produk di tes oleh pengguna. Hasil yang didapatkan pada tahap testing ini akan membantu memperbaiki masalah yang timbul dan meningkatkan kegunaan dari produk.

Beta Testing adalah sebuah proses testing yang dilakukan di lingkungan pengguna produk. Para penguji kemudian akan memberikan tanggapan mengenai kelebihan maupun kekurangan produk, sehingga kualitas produk dapat ditingkatkan.

  1. Contract Acceptance Testing

Proses testing yang memastikan bahwa software yang dikembangkan akan diuji dengan kriteria dan spesifikasi tertentu yang sebelumnya telah ditentukan dan disepakati dalam kontrak.

  1. Regulation Acceptance Testing

Melakukan pemeriksaan apakah software telah dibuat sesuai dengan peraturan, sehingga tidak melanggar hukum yang berlaku.

  1. Operational Acceptance Testing

Pengujian dilakukan untuk memastikan adanya alur kerja bahwa sistem ataupun software dapat digunakan. Hal ini mencakup alur kerja untuk rencana cadangan, pelatihan pengguna, berbagai proses pemeliharaan, dan pemeriksaan atas keamanan.

  1. Black Box Testing

Analisa fungsi dilakukan tanpa melihat struktur internal kode (coding), sehingga hanya berfokus pada persyaratan apa yang harus dimiliki oleh software. Sebagai seorang penguji, mereka hanya perlu untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan oleh software, tanpa perlu mengetahui bagaimana hal tersebut harus dilakukan.

Referensi:

Michelle Andriana