School of Information Systems

Failure Mode and Effect Analysis

Pengertian Failure Mode and Effect Analysis adalah pendekatan sistematik untuk memahami dan memprioritaskan model dari kegagalan (atau quality risk) dalam fungsi sistem, features, atribut, behaviors, komponen, dan interface yang menerapkan suatu metode pentabelan, untuk membantu proses pemikiran yang digunakan oleh engineers untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial dan efeknya. Berikut ini adalah penjelasan kolom pada tabel FMEA :

  1. System Function atau Feature
  2. Kolom ini merupakan titik awal analisa FMEA.
  3. Berisi mengenai penjelasan mengenai fungsi suatu sistem yang dinyatakan secara singkat dan jelas.
  4. Jika kolom ini berisi kategori fungsi sistem, maka kategori ini harus dirinci kembali dalam fungsi yang lebih spesifik atau fitur-fitur yang lebih terinci pada baris-baris dibawahnya.
  5. Potential Failure Mode – Quality Risk
  6. Isian pada kolom ini memberikan berisi cara untuk menimbulkan kesalahan pada setiap fungsi atau fitur yang spesifik.
  7. Resiko kualitas yang berhubungan dengan kehilangan fungsi sistem yang spesifik.
  8. Masing-masing fungsi atau fitur yang spesifik dapat memiliki beberapa mode kesalahan (failure mode).
  9. Potential Effect of Failure

Masing-masing mode kesalahan dapat mempengaruhi pengguna dalam satu atau beberapa cara.

  1. Critical
  2. Pada kolom ini dinyatakan apakah pengaruh yang ditimbulkan (failure mode) akan menimbulkan dampak yang kritis bagi pengguna.
  3. Mengetahui apakah fasilitas / fungsi yang ada pada suatu produk akan tidak berfungsi secara penuh jika kesalahan ini muncul?
  1. Severity

Menunjukkan akibat yang ditimbulkan dari kesalahan (seketika atau tertunda) pada sistem. Digunakan skala dari tingkat 1 (paling buruk) hingga tingkat 5 (sedikit berbahaya), sebagai berikut penjelasannya:

  1. Tingkat satu : Kehilangan data, kerusakan perangkat keras, atau hal yang berkaitan dengan keamanan.
  2. Tingkat dua : Kehilangan fungsi sistem hingga sistem tidak dapat bekerja.
  3. Tingkat tiga : Kehilangan fungsi tetapi masih dapat bekerja.
  4. Tingkat empat : Kehilangan fungsi secara sebagaian.
  5. Tingkat lima : Hanya penampilan atau hal yang sepele/remeh.
  6. Potential Cause of Failure

Kolom ini mendaftarkan faktor kemungkinan yang mungkin memicu timbulnya kegagalan sistem (failure).

  1. Priority
  2. Istilah lainnya adalah occurrence [dikemukakan oleh D.H. Stamatis dalam bukunya berjudul FMEA].
  3. Pengaruh kesalahan yang timbul terhadap pengguna, pelanggan, atau operator.
  4. Digunakan skala tingkat 1 (sangat buruk) hingga tingkat 5 (sedikit berbahaya):
  • Tingkat satu : Kehilangan nilai sistem secara utuh.
  • Tingkat dua : Kehilangan nilai sistem yang tidak dapat diterima.
  • Tingkat tiga : Nilai sistem yang berkurang dan mungkin masih bisa diterima.
  • Tingkat empat : Pengurangan nilai sistem yang masih dapat diterima.
  • Tingkat lima : Pengurangan nilai sistem yang dapat diabaikan.
  1. Detection Method

Kolom ini mendaftarkan metode atau prosedur yang ada, seperti aktivitas pengembangan atau pengujian yang dilakukan oleh vendor, yang dapat menemukan problem sebelum berdampak pada pengguna, tidak termasuk aksi yang akan dilakukan kemudian (seperti pembuatan dan pelaksanaan test suites) untuk menemukan problem tersebut.

  1. Likelihood (kemungkinan)

Angka pada kolom ini menunjukkan kerentanan, dari tingkat 1 (sangat mungkin) hingga tingkat 5 (tidak mungkin), dalam pengertian kesadaran akan adanya ancaman pada produk, lolos dari proses pengembangan saat ini dan pengacauan oleh pengguna saat pengoperasian. Untuk mengukur hal tersebut digunakan skala tingkat 1 sampai tingkat 5:

  1. Tingkat satu : Pasti akan berpengaruh pada seluruh pengguna.
  2. Tingkat dua : Mungkin sekali akan berdampak pada sebagian pengguna.
  3. Tingkat tiga : Mungkin berpengaruh pada beberapa pengguna.
  4. Tingkat empat : Menimbulkan pengaruh yang terbatas pada sedikit pengguna.
  5. Tingkat lima : Tidak terbayangkan pada penggunaan sesungguhnya.
  6. RPN (Risk Priority Number)

Prioritas dan Severity tidak selalu sejalan. Dalam sistem testing mungkin ditemukan suatu bug yang memiliki severity tingkat 5 tetapi ber-prioritas tingkat 1. RPN berfungsi untuk menyatakan seberapa penting untuk menguji failure mode ini. Cara menghitung RPN adalah RPN = Priority x Serverity x Likelihood. Hasil dari perhitungan RPN dapat bernilai 1 sampai dengan 125. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, bug yang paling berbahaya memiliki nilai hasil RPN = 1.

  1. Recommended Action

Kolom ini berisi satu atau lebih langkah sederhana untuk setiap pengaruh yang potensial untuk mengurangi resiko yang berhubungan (untuk menekan RPN ke nilai 125). Saran untuk membuat kasus pengujian yang akan mempengaruhi tingkat kemungkinan atau likelihood.

  1. Who/When?

Kolom ini mengindikasikan siapa yang bertanggung jawab untuk setiap langkah yang direkomendasikan dan kapan waktun untuk merealisasikannya.

  1. References

Referensi untuk informasi yang lebih lengkap mengenai resiko kualitas. Pada umumnya melibatkan spesifikasi produk, dokumen yang dibutuhkan, dan semacamnya.

Berikut ini adalah contoh kasus mengenai FMEA, yang akan dibuat tabel berdasarkan masalah yang terjadi pada PT CiptaMaya.

Ferry