School of Information Systems

10 Metode Testing UI UX yang Perlu Kamu Ketahui sebagai Desainer 

Dalam dunia desain, membuat tampilan yang cantik itu menyenangkan, tetapi memastikan tampilan itu benar-benar mudah dipahami pengguna adalah hal yang jauh lebih penting. Di sinilah peran testing. Testing membantu desainer melihat bagaimana orang sungguhan berinteraksi dengan desain, menemukan bagian yang membingungkan, dan mengonfirmasi apakah ide yang dibuat benar-benar bekerja. 

Banyak desainer pemula langsung percaya bahwa desain mereka sudah jelas. Namun begitu diuji, para pengguna mulai tersesat, kebingungan, atau melakukan hal yang sama sekali tidak diprediksi. Inilah mengapa memahami berbagai metode testing menjadi bekal penting sebelum merilis produk apa pun. Berikut penjelasan metode-metode testing yang paling umum digunakan dalam proses UI UX. 

  1. Usability Testing

Ini adalah metode yang paling sering digunakan. Kamu meminta pengguna menjalani tugas tertentu di dalam prototipe atau aplikasi, lalu mengamati bagaimana mereka melakukannya. Dari sini terlihat bagian mana yang membuat mereka bingung, langkah yang terasa terlalu panjang, atau fitur yang tidak dipahami. 

Kapan digunakan: ketika ingin memvalidasi apakah desain sudah mudah digunakan. 

Mengapa penting: memberikan gambaran langsung tentang perilaku nyata pengguna. 

  1. A B Testing

Metode ini membantu kamu membandingkan dua versi desain yang berbeda. Misalnya, dua gaya tombol atau dua tata letak halaman. Hasilnya menunjukkan versi mana yang lebih efektif digunakan pengguna. 

Kapan digunakan: saat kamu bingung menentukan desain terbaik di antara dua pilihan. 

Mengapa penting: keputusan diambil berdasarkan data, bukan preferensi pribadi. 

  1. Preference Testing

Jika A B testing fokus pada performa, preference testing fokus pada selera. Di sini kamu menanyakan desain mana yang lebih disukai pengguna. Cocok untuk memilih gaya visual, warna, ilustrasi, atau mood antarmuka. 

Kapan digunakan: saat menentukan arah visual. 

Mengapa penting: membantu memahami apa yang terasa “lebih enak dilihat” menurut target pengguna. 

  1. Heuristic Evaluation

Metode ini dilakukan oleh evaluator atau ahli UX yang menilai desain menggunakan prinsip heuristik seperti kejelasan, konsistensi, dan umpan balik. Biasanya dilakukan sebelum testing dengan pengguna. 

Kapan digunakan: jika ingin menemukan masalah awal secara cepat. 

Mengapa penting: dapat mendeteksi isu besar tanpa perlu banyak responden. 

  1. Cognitive Walkthrough

Dalam metode ini, evaluator mencoba menggunakan produk dengan berpikir seperti pengguna baru. Setiap langkah dinilai apakah mudah dipahami oleh orang yang pertama kali melihat aplikasi tersebut. 

Kapan digunakan: saat merancang onboarding atau fitur baru. 

Mengapa penting: memastikan pengalaman pertama bagi pengguna terasa jelas dan tidak membingungkan. 

  1. Surveidan Kuesioner 

Metode ini cocok untuk mengumpulkan pendapat dari banyak orang secara cepat. Survei biasanya berisi pertanyaan mengenai kepuasan, kenyamanan penggunaan, atau harapan mereka terhadap fitur. 

Kapan digunakan: setelah sesi usability testing atau ketika butuh masukan dalam jumlah besar. 

Mengapa penting: memberikan perspektif kuantitatif yang lebih luas. 

  1. Card Sorting

Jika kamu sedang merancang menu atau struktur informasi, card sorting adalah metode yang sangat membantu. Pengguna diminta mengelompokkan informasi sesuai cara berpikir mereka. 

Kapan digunakan: saat membuat atau memperbaiki struktur navigasi. 

Mengapa penting: menghasilkan arsitektur informasi yang sesuai dengan pola pikir pengguna. 

  1. Tree Testing

Tree testing digunakan untuk mengevaluasi apakah pengguna dapat menemukan informasi di dalam struktur navigasi yang telah dibuat. Pengujian dilakukan tanpa tampilan visual, hanya teks struktur menu. 

Kapan digunakan: setelah menentukan struktur navigasi namun sebelum mendesain antarmuka. 

Mengapa penting: mampu mencegah kesalahan besar dalam pengaturan menu. 

  1. Heatmaps dan Eye Tracking

Metode ini memperlihatkan area mana yang paling banyak dilihat, diklik, atau disentuh pengguna. Hasilnya berupa visualisasi yang memudahkan desainer memahami pola perhatian pengguna. 

Kapan digunakan: pada halaman yang memiliki tujuan konversi seperti landing page atau CTA. 

Mengapa penting: menegaskan apakah elemen penting benar-benar terlihat oleh pengguna. 

  1. Remote Unmoderated Testing

Pada metode ini, pengguna melakukan pengujian tanpa pendamping secara langsung. Biasanya dilakukan menggunakan platform seperti Maze atau UserTesting. 

Kapan digunakan: saat ingin mengumpulkan data cepat dari banyak lokasi. 

Mengapa penting: efisien, hemat biaya, dan praktis. 

Testing bukan hanya langkah opsional dalam desain. Testing adalah alat untuk memastikan bahwa produk yang kamu buat benar-benar bekerja sesuai kebutuhan pengguna. Dengan memanfaatkan berbagai metode testing ini, kamu bisa menciptakan pengalaman digital yang lebih intuitif, nyaman, dan berdampak. 

Felicia Grace Subagio