School of Information Systems

Merancang Empty State yang Efektif Dalam UI/UX Design 

Dalam mendesain suatu interface sistem aplikasi ataupun website, beberapa elemen seperi tombol, ikon dan navigasi menjadi fokus utama oleh designer. Namun, terdapat satu elemen yang kadang diabaikan padahal memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pengalaman pengguna yakni empty state. Empty state merupakan suatu tampilan yang muncul ketika halaman atau fitur belum memiliki data yang bisa ditampilkan. Contoh dari empty state adalah saat pengguna baru pertama kali menggunakan aplikasi, belum adanya pesan dalam tampilan aplikasi tersebut. Banyak yang mengganggap empty state hanya tampilan kosong dari suatu halaman. Namun jika dirancang dengan baik, empty state dapat mengarahkan dan memotivasi pengguna untuk mulai berinteraksi. Oleh karena itu, empty state tidak seharusnya dibiarkan kosong atau tampil seadanya dalam suatu sistem. 

Empty state yang efektif memiliki beberapa fungsi utama diantaranya adalah dapat memberikan konteks, mengarahkan suatu tindakan dan bahkan dapat menciptaan koneksi. Dalam hal ini, memberikan konteks berarti menjelaskan mengapa halaman tersebut masih kosong. Contohnya, jika pengguna belum menambahkan suatu item apa pun kedalam daftar tugas, terdapat tampilan pesan yang menjelaskan hal tersebut. Hal ini dapat mengurangi adanya kebingungan dan memperjelas status dari aplikasi tersebut. 

Selain itu, empty state juga digunakan untuk mendorong pengguna melakukan tindakan teretentu seperti menyertakan Call to action yang jelas dan relevan. Dengan begitu pengguna akan tahu apa yang sebaiknya mereka lakukan selanjutnya. Contohnya adalah tombol “Tambahkan tugas pertamamu” akan lebih efektif dibandingkan dengan kalimat “Belum ada data”. CTA seperti ini juga bisa disesuaikan dengan gaya bahasa brand dari perusahaan tersebut agar bersifat personal dan konsisten. 

Dalam merancang empty state, visual juga memainkan peran yang penting. Ilusrasi yang dibuat dengan baik dapat membantu menciptakan pengalaman baik bagi penggunanya. Namun, perlu diperhatikan bahwa ilustrasi yang dibuat harus dipertimbangkan agar tidak membingungkan atau bersifat terlalu mendominasi dibandingkan dengan pesan utamanya. Empty state juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk memperkenalkan karakter brand seperti visual atau jenis interaksi yang disesuaikan untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan penggunanya.  

Bagi pengguna aplikasi atau website yang baru, empty state dapat menjadi sarana untuk menginformasikan fitur fitur atau fungsi dari aplikasi atau wesbite tersebut. Dengan kata lain, designer dapat memanfaatkan empty state untuk memberikan penjelasan ringkas atau tautan ke tutorial. Hal ini tentunya akan membantu mempercepat proses adaptasi pengguna baru terhadap sistem dan mengurangi tingkat frustasi ditahap awal penggunaan aplikasi. 

Kesimpulannya, empty state merupakan salah satu elemen yang penting dalam design tampilan aplikasi atau website. Empty state berpotensi dalam membentuk kesan pertama, meningkatkan pemahaman pengguna dan mendorong keterlibatan mereka. Dengan menggabungkan konteks yang jelas, ajakan bertindak yang tepat, elemen visual yang mendukung, empty state dapat menjadi elemen kunci dalam menciptakan pengalaman pengguna yang menyenangkan dan efektif. 

References : 

 

 

Angelia Cristine Jiantono