Metode Produksi Just In Time (JIT) dan Dampak Perkembangan Teknologi

Dalam dunia manufaktur dan logistik, efisiensi merupakan salah satu kunci kesuksesan. Salah satu pendekatan yang telah terbukti efektif adalah metode produksi Just In Time (JIT). Metode ini bertujuan untuk mengurangi pemborosan bahan baku dengan memproduksi barang hanya saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang tepat. Tujuan utama dari JIT adalah untuk mengurangi inventory cost (biaya penyimpanan), meningkatkan efisiensi produksi, dan mengurangi pemborosan (waste). Seiring berkembangnya teknologi, metode ini mengalami evolusi signifikan.
Prinsip Utama JIT adalah sebagai berikut:
- Produksi Berdasarkan Permintaan: Barang hanya diproduksi saat dibutuhkan oleh pelanggan atau proses berikutnya.
- Zero Inventory: Menghindari penyimpanan bahan baku atau produk jadi secara berlebihan.
- Kualitas Tanpa Cacat: Produk harus dibuat dengan kualitas tinggi sejak awal karena tidak ada stok cadangan untuk menutupi kesalahan.
Sementara itu Keuntungan Metode JIT adalah sebagai berikut
- Efisiensi Biaya
Mengurangi kebutuhan akan gudang dan biaya penyimpanan barang.
- Mengurangi Pemborosan
Menghindari kelebihan produksi, kelebihan inventaris, dan waktu tunggu yang lama.
- Responsif terhadap Perubahan Pasar
Produksi yang fleksibel memungkinkan penyesuaian cepat terhadap permintaan pasar.
Pada awalnya metode JIT ini memiliki beberapa tantangan seperti ketergantungan pada pemasok, keterlambatan dari pemasok bisa menghentikan seluruh proses produksi, risiko gangguan Supply Chain dalam beberapa kondisi eksternal yang tidak dapat diprediksi seperti bencana alam, konflik geopolitik, peperangan dapat membuat metode ini sangat rentan dan beresiko. Terakhir, metode ini memerlukan kebutuhan koordinasi yang tinggi
seperti sistem informasi yang andal dan komunikasi yang intensif antar bagian.
Pada saat ini lah perkembangan teknologi seperti cloud computing, IoT, AI dan perkembangan teknologi baru dapat memberikan dampak positif terhadap metode JIT dalam menghadapi tantangan yang sebelumnya dihadapi. Perkembangan teknologi telah secara dramatis meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan metode JIT. Berikut beberapa pengaruh utamanya:
- Internet of Things (IoT)
IoT memungkinkan pelacakan bahan baku dan barang secara real-time. Sensor pada peralatan dan kendaraan memungkinkan sistem untuk mengetahui posisi dan kondisi setiap komponen dalam rantai pasok.
Contoh: Sensor RFID digunakan untuk memantau pergerakan barang dan otomatis mengirimkan sinyal pemesanan saat stok menipis.
- Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning
Dengan AI, perusahaan dapat memprediksi permintaan dengan lebih akurat, mengoptimalkan jadwal produksi, dan mengidentifikasi potensi masalah sebelum terjadi.
Contoh: Algoritma AI dapat menganalisis tren historis penjualan dan faktor eksternal (seperti cuaca atau ekonomi) untuk memperkirakan permintaan.
- Sistem ERP
Enterprise Resource Planning (ERP) memungkinkan integrasi lintas departemen mulai dari pembelian, produksi, hingga distribusi. Otomasi memungkinkan proses berjalan lebih cepat dan akurat tanpa intervensi manusia yang berlebihan.
Contoh: Ketika unit produk selesai dirakit, ERP otomatis mengurangi stok bahan baku dan memesan ulang jika jumlahnya di bawah ambang batas.
- Big Data dan Analytics
Data besar dari berbagai sumber (pelanggan, mesin, pasar) digunakan untuk pengambilan keputusan strategis dan operasional yang lebih cerdas sesuai dengan data yang lebih mudah dikumpulkan yang tersimpan pada Big Data.
Transformasi JIT Menuju Smart Manufacturing
Dengan kehadiran teknologi industri 4.0, JIT telah berkembang menjadi bagian dari ekosistem smart manufacturing. JIT kini tidak hanya fokus pada “tepat waktu”, tetapi juga “tepat informasi” dan “tepat data”, dengan integrasi digital sebagai fondasi utama.
Konsep seperti Just In Sequence (JIS), yang merupakan perpanjangan dari JIT, juga mulai banyak diterapkan, khususnya di industri otomotif, di mana komponen harus dikirim dalam urutan yang tepat untuk perakitan.
Contoh Kasus:
Zara sebagai pemain di industri fashion menghadapi tantangan dikarenakan sifat industri fashion yang berubah ubah, trend bisa naik dan turun dengan sangat dinamis dan sulit untuk diprediksi, hal ini menyebabkan proses produksi menjadi lebih sulit untuk dikelola karena Zara harus bisa memproduksi barang yang cepat sesuai dengan permintaan dan trend pada saat itu tetapi juga tidak boleh melebihi kapasitas karena akan menyebabkan kerugian akibat stock yang terlalu banyak (Sampath,2024).
Maka dari itu Zara mengimplementasikan beberapa hal berikut dengan memanfaatkan perkembangan teknologi pada saat ini:
- Real-time Demand Forecasting: Memanfaatkan analisis data dan model prediktif untuk meramalkan permintaan pakaian gaya dan ukuran.
- Agile Supply Chain Design: Perancangan sistem produksi modular dan gunakan AI untuk sumber dinamis dengan beberapa pemasok.
- Manajemen Inventaris Just-In-Time (JIT): Menyelaraskan inventaris dengan permintaan waktu nyata menggunakan JIT dan memastikan logistik yang efisien untuk penyetokan ulang yang tepat waktu.
- Pemenuhan Pesanan Real-Time: Menerapkan pemrosesan pesanan otomatis dan penjadwalan produksi yang gesit untuk menangani permintaan dan penyesuaian waktu nyata.
- Penundaan dan Kustomisasi: Melakukan penundaan kustomisasi produk akhir dan izinkan penyesuaian pada menit-menit terakhir berdasarkan pada tren saat ini.
- Kemitraan Kolaboratif: Kembangkan hubungan dekat dengan pemasok dan pengecer untuk peningkatan komunikasi yang lebih baik dan pengiriman material yang tepat waktu.
- Peningkatan Berkesinambungan: Mengumpulkan umpan balik pelanggan dan melacak KPI untuk menyempurnakan proses dan menyesuaikan pasokan strategi rantai pasokan.
Referensi:
SampathM, Iyer Srilakshmi, and Nagaraj. G. Cholli. “Agile Supply Chain Management in FashionIndustry.” IOSR Journal of Computer Engineering, vol. 26, no. 5, Oct. 2024, pp. 45–48. https://doi.org/10.9790/0661-2605014548.