School of Information Systems

Sales Volume Variance Atas Bahan Baku Langsung

Sebelum menghitung besamya varians yang terjadi, adalah penting untuk mengetahui cost/unit dan jumlah unit yang diproduksi, baik yang dianggarkan maupun aktual. Untuk illustrasi, diketahui bahwa

Tabel 1. Data Behan Bahan Baku Langsung Per Unit

  Budget Actual
Unit Produksi 1.000 900
Cost/unit 8.500 + 8.000 = 16.500 14.490.000 / 900 = 16.100

Dari data tersebut di atas, perhitungan secara sederhana dari sales volume variance dan flexible budget variance dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabe1 2. Sales Volume Variance untuk Bahan Baku Langsung

Unit Produksi (Budgeted) Unit Produksi (Actual) Perbedaan unit Biaya Bahan Baku / unit (Budgeted) Sales Volume Variance
(1) (2) (3) = (1) – (2) (4) (3) X (4)
1.000 900 100 16.500 1.650.000 (favourable)

Tabel 3. Flexible Budget Variance untuk Bahan Baku Langsung

Biaya Bahan / unit (Butgeted) Biaya Bahan / unit (Actual) Perbedaan unit Unit Produksi(Aktual) Flexible Budget Variance
(1) (2) (3) = (1) – (2) (4) (3) X (4)
16.500 16.100 400 900 360.000 (favourable)

Analisis yang berkaitan dengan sales volume variance atas bahan baku langsung ini lebih banyak dipengaruhi oleh kebijakan departemen produksi dalam menentukan jumlah unit yang akan diproduksi. Dan jumlah ini juga sangat dipengaruhi oleh banyaknya unit yang dapat dijual oleh department penjualan dan kebijakan persediaan yang diterapkan oleh perusahaan. Flexible budget variance bersifat favourable sebesar Rp.360.000, karena biaya bahan baku per unit yang sesungguhnya dikonsumsi lebih kecil daripada biaya bahan baku per unit yang dianggarkan. Apakah ini merupakan prestasi dari departmentproduksi? Sarna seperti analisis terdahulu, jawabannya adalah belumtentu. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya ada dua komponenyang mempengaruhi biaya bahan per unit yang dikonsumsi oleh produk. Pertama, biaya bahan baku per unit dipengaruhi oleh harga bahan baku yang dibeli lebih rendah daripada harga bahan baku yang dianggarkan. Kedua, penggunaan bahan baku lebih sedikit daripada yang dianggarkan juga dapat mengakibatkan terjadinya penghematan biaya bahan baku per unit. Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam atas kondisi tersebut di atas, maka perlu dilakukan analisis lanjutan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari analisis varians yaitu bukan semata-mata untuk penilaian kinerja namun lebih pada pemberian informasi yang berguna bagi pihak manajemen dalam pengambilan putusan atas tindakan korektif dan tindakan pengembangan yang harus dilakukan. Analisis lanjutan yang pertama, yaitu berkaitan dengan harga bahan baku yang dibeli dibandingkan dengan harga bahan baku yang dianggarkan. Analisis ini disebut dengan price variance atau inputprice variance atau dengan istilah lain yaitu rate variance. Sedang untuk analisis kedua adalah berkaitan dengan penggunaan bahan baku per unit. Analisis ini disebut juga efficiency variance atau usage variance. Kedua analisis ini sering disebut sebagai analisis level 3 (tiga) dan pada level ke tiga ini, analisis lebih ditekankan pada input atau bahan/tenaga kerja atau overhead dari produk yang diproduksi.

I Gusti Made Karmawan