School of Information Systems

Digital Twin City: Cerminan Digital untuk Kota Cerdas Masa Depan 

Di era transformasi digital yang semakin pesat, muncul satu konsep yang cukup revolusioner dan mulai banyak diperbincangkan oleh para perencana kota dan pakar teknologi, yaitu Digital Twin City. Secara sederhana, Digital Twin City adalah kembaran digital dari sebuah kota nyata—sebuah model virtual yang meniru kondisi fisik, sosial, dan lingkungan sebuah kota secara real-time. Bayangkan kamu punya versi digital dari Jakarta atau Surabaya yang bisa menunjukkan kepadatan lalu lintas, kualitas udara, konsumsi energi, sampai dampak pembangunan gedung baru dalam hitungan detik. Semua ini memungkinkan karena integrasi teknologi seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan Cloud Computing. Melalui data dari sensor yang tersebar di seluruh kota, sistem ini menciptakan visualisasi dinamis yang membantu pemerintah dan masyarakat memahami kondisi kota secara lebih akurat dan efisien. 

Awalnya, konsep digital twin digunakan di dunia manufaktur—sebagai model virtual dari mesin atau proses produksi untuk memantau kinerja dan mencegah kerusakan. Namun, kini konsep tersebut berevolusi menjadi alat perencanaan kota pintar (smart city) yang lebih komprehensif. Dengan digital twin, pemerintah bisa mensimulasikan berbagai skenario sebelum mengambil keputusan besar. Misalnya, apa dampak pembangunan jembatan baru terhadap lalu lintas, bagaimana aliran udara berubah akibat pembangunan gedung tinggi, atau seberapa besar risiko banjir di kawasan tertentu jika curah hujan meningkat. Semua itu bisa dilihat dan diuji lebih dulu di dunia digital, sebelum terjadi di dunia nyata. 

Penerapan Digital Twin City saat ini sudah banyak dilakukan di berbagai negara maju. Singapura menjadi salah satu pelopor melalui proyek Virtual Singapore, yaitu model 3D interaktif yang menampilkan seluruh infrastruktur kota secara digital. Sistem ini memungkinkan pemerintah mensimulasikan perencanaan pembangunan, menguji efisiensi tata ruang, dan bahkan menilai dampak kebijakan terhadap lingkungan. Di Finlandia, kota Helsinki membangun platform Helsinki 3D+ untuk membantu mencapai target emisi rendah melalui perencanaan energi dan desain kota yang lebih efisien. Sedangkan Shanghai, Tiongkok, mengoperasikan Urban Operations Center berbasis digital twin yang memantau lebih dari 100.000 sensor di seluruh kota, mencakup lalu lintas, keamanan publik, dan polusi udara secara real-time. 

Menurut laporan CNN (2023), berbagai kota di dunia kini mulai berkompetisi membangun digital twin mereka sendiri karena potensinya yang luar biasa. CNN menyoroti bahwa digital twin cities memungkinkan pemerintah kota untuk “menguji masa depan” dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Contohnya, kota Seoul di Korea Selatan sedang membangun Metaverse Seoul, versi digital interaktif dari ibu kota tersebut. Warga bisa mengunjungi kantor pemerintah, menghadiri rapat publik, bahkan menyampaikan keluhan tanpa perlu hadir secara fisik. Konsep ini tidak hanya menciptakan efisiensi layanan publik, tapi juga mendorong partisipasi masyarakat secara virtual. CNN juga menekankan bahwa manfaat terbesar dari digital twin adalah kemampuannya membantu kota menghadapi tantangan urban modern—mulai dari kemacetan, perubahan iklim, hingga keterbatasan ruang. Dengan data real-time dan analitik prediktif, kota bisa menjadi lebih tanggap dan berkelanjutan. 

Selain efisiensi tata kelola, Digital Twin City juga membuka peluang baru di berbagai sektor. Dalam bidang transportasi, misalnya, digital twin dapat digunakan untuk memprediksi kepadatan lalu lintas dan mengatur lampu merah secara otomatis berdasarkan kondisi jalan. Di sektor energi, teknologi ini membantu memantau konsumsi listrik setiap wilayah, mendeteksi gangguan jaringan, hingga mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan. Bahkan dalam konteks pariwisata, digital twin bisa digunakan untuk membuat replika destinasi wisata populer seperti Bali atau Labuan Bajo. Wisatawan bisa “menjelajahi” versi digitalnya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berkunjung, sekaligus membantu pemerintah mengelola kepadatan wisatawan di lapangan. 

Melihat tren global tersebut, Indonesia juga mulai bergerak ke arah yang sama. Meskipun masih dalam tahap awal, konsep Digital Twin City perlahan mulai diintegrasikan dalam proyek Smart City nasional. Salah satu yang paling ambisius adalah pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Pemerintah berencana mengembangkan Digital Twin IKN, yaitu model digital yang mereplikasi seluruh sistem kota—mulai dari transportasi, energi, hingga tata ruang hijau—untuk mendukung perencanaan dan pengelolaan kota secara berkelanjutan. Dengan adanya digital twin, perencana kota dapat memprediksi dampak pembangunan terhadap lingkungan, mengoptimalkan aliran udara dan sinar matahari, serta memastikan efisiensi energi di setiap tahap pembangunan. Konsep ini sejalan dengan visi IKN sebagai “kota hutan cerdas” yang mengutamakan keberlanjutan dan efisiensi digital. 

Selain IKN, kota besar lain seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya juga berpotensi besar untuk mengadopsi teknologi ini. Misalnya, Jakarta bisa memanfaatkan digital twin untuk mengantisipasi banjir dengan simulasi aliran air dari berbagai sungai dan sistem drainase. Bandung bisa menggunakannya untuk mengatur lalu lintas atau mengelola tata ruang kreatif, sementara Surabaya dapat menerapkannya untuk mengoptimalkan pengelolaan limbah dan energi terbarukan. Bahkan, di masa depan, kolaborasi antara pemerintah daerah, universitas, dan startup lokal bisa melahirkan ecosystem digital twinyang berfokus pada perencanaan kota berbasis data terbuka. 

Namun, penerapan Digital Twin City di Indonesia tentu tidak lepas dari berbagai tantangan. Infrastruktur digital dan jaringan data masih belum merata, terutama di luar pulau Jawa. Selain itu, integrasi data antarinstansi pemerintah masih lemah, membuat sulit membangun sistem yang saling terhubung. Keamanan data dan privasi juga menjadi perhatian utama, mengingat besarnya volume data yang akan dikumpulkan. Di sisi lain, masih dibutuhkan banyak tenaga ahli dalam bidang analitik data, AI, dan sistem kota cerdas untuk mengelola teknologi ini secara berkelanjutan. Meski begitu, peluangnya tetap besar. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, investasi teknologi, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia bisa menjadi salah satu pionir Digital Twin City di kawasan Asia Tenggara. 

Pada akhirnya, Digital Twin City bukan sekadar konsep futuristik, tapi langkah nyata menuju masa depan kota yang lebih efisien, adaptif, dan berkelanjutan. Teknologi ini membuat kota bisa “berpikir”, “belajar”, dan “menyesuaikan diri” terhadap perubahan lingkungan dan kebutuhan warganya. Jika diterapkan dengan baik, bukan tidak mungkin Indonesia kelak memiliki kota yang tidak hanya indah di dunia nyata, tetapi juga cerdas di dunia digital. Seperti yang disampaikan dalam laporan CNN (2023), masa depan kota bukan hanya tentang gedung dan jalan, melainkan tentang bagaimana dunia nyata dan dunia digital bisa hidup berdampingan untuk menciptakan kehidupan urban yang lebih baik bagi semua. 

Referensi: https://edition.cnn.com/2023/01/31/world/digital-twin-cities-tnf-spc-intl 

https://www.toobler.com/blog/examples-of-digital-twin-cities 

Selly Angelina