School of Information Systems

Dump Phone is Back: Suatu Antisipasi Dampak Negative Smartphone

Smartphone telah menjadi perangkat penting dalam kehidupan sehari-hari, menawarkan banyak manfaat yang memudahkan aktivitas manusia modern. Dengan aplikasi yang memfasilitasi komunikasi, pembayaran, navigasi, dan bahkan kesehatan, smartphone memberikan akses cepat dan mudah ke berbagai informasi dan layanan. Aplikasi seperti mobile banking, media sosial, dan alat produktivitas memungkinkan pengguna merencanakan kegiatan mereka dengan lebih efisien, serta meningkatkan peluang belajar secara mandiri. Manfaat-manfaat ini menjadikan smartphone sebagai perangkat yang nyaris tak tergantikan dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat dari pertumbuhannya, pengguna smartphone pun menunjukkan peningkatan signifikan dalam dekade terakhir. Menurut data Statista, jumlah pengguna smartphone global diperkirakan mencapai lebih dari 6 miliar pada 2023, naik dari sekitar 3,6 miliar pada tahun 2016. Di Indonesia sendiri, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) melaporkan bahwa penetrasi internet mencapai 77% dari populasi pada 2023, di mana sebagian besar pengguna mengakses internet melalui smartphone. Angka-angka ini menunjukkan betapa smartphone telah mengakar dalam kehidupan masyarakat global dan menjadi sarana utama untuk berbagai aktivitas digital. 

Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, smartphone juga membawa sejumlah dampak negatif yang mulai mengkhawatirkan. Salah satu masalah utama adalah gangguan terhadap interaksi sosial. Penelitian menunjukkan bahwa kehadiran smartphone dapat mengurangi kedalaman percakapan, bahkan ketika hanya diletakkan di meja. Studi dari Greater Good Science Center di UC Berkeley menemukan bahwa smartphone yang dibawa ke pertemuan sosial dapat mengurangi kualitas emosional interaksi, karena perhatian terbagi antara ponsel dan percakapan langsung​ (Suttie, 2015). Selain itu, banyak remaja mengalami masalah harga diri yang diakibatkan oleh media sosial, yang sering mempromosikan standar kecantikan atau kesuksesan yang tidak realistis. Hal ini mengarah pada kecemasan sosial dan, dalam kasus ekstrem, dapat memicu masalah kesehatan mental, termasuk depresi dan risiko bunuh diri di kalangan remaja​ (Miller, 2019). Di lingkungan pendidikan, gangguan dari smartphone juga telah diakui sebagai masalah serius. Survei Pew Research Center mengungkapkan bahwa 72% guru SMA di Amerika Serikat menganggap smartphone sebagai sumber gangguan utama bagi siswa mereka, memicu kebijakan pelarangan smartphone di beberapa sekolah demi meningkatkan fokus belajar​ (Hatfield, 2024). Tidak hanya itu, banyak pengguna dewasa merasa terbebani dengan tekanan untuk tetap terhubung atau produktif setiap saat. Notifikasi yang terus-menerus dari aplikasi media sosial, email, dan pesan instan sering kali mengganggu waktu istirahat, memicu stres, dan mengganggu keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. 

Karena berbagai dampak negatif ini, dumb phone atau ponsel sederhana Kembali menjadi alternatif menarik bagi mereka yang ingin melepaskan diri dari ketergantungan digital terhadap smartphone. Dumb phone hanya menawarkan fungsi dasar seperti panggilan telepon dan SMS, tanpa akses internet atau aplikasi media sosial. Kembali ke dumb phone memungkinkan pengguna mengurangi tekanan digital, meningkatkan fokus, dan memulihkan kualitas interaksi sosial. Bagi sebagian orang, dumb phone juga menjadi alat untuk digital detox, sebuah langkah untuk menyeimbangkan penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. 

Trend ini terjadi di Eropa dan Amerika dengan semakin munculnya kesadaran akan kesehatan mental dan juga upaya untuk mengurangi screen time. Pertama, alasan untuk meningkatkan fokus dan produktivitas menjadikan feature phone, nama lain dari dumb phone, sebagai pilihan menarik. Dengan tidak adanya notifikasi dari media sosial atau aplikasi yang terus menerus menarik perhatian, pengguna bisa lebih berkonsentrasi pada aktivitas sehari-hari atau pekerjaan tanpa terganggu. Selain itu, tekanan digital berkurang signifikan, yang membantu pengguna merasa lebih tenang. Tanpa dorongan untuk terus mengikuti berita atau terhubung melalui media sosial, pengguna merasa dapat lebih menikmati momen secara langsung tanpa tekanan dari dunia maya. 

Selanjutnya, keamanan dan privasi yang lebih terjamin juga menjadi daya tarik feature phone, mengingat perangkat ini umumnya tidak memiliki akses internet atau aplikasi yang dapat mengumpulkan data pribadi. Dengan demikian, risiko peretasan dan pemantauan data dari pihak ketiga pun berkurang. Ditambah lagi, tanpa adanya aplikasi yang selalu aktif dan layar besar, feature phone memiliki daya tahan baterai yang jauh lebih lama, cocok bagi pengguna yang membutuhkan perangkat tahan lama tanpa harus sering mengisi ulang. Kombinasi manfaat ini menjadikan feature phone pilihan yang semakin populer, khususnya bagi mereka yang ingin membatasi ketergantungan pada perangkat digital dan meningkatkan koneksi dengan dunia nyata. 

Banyak masalah sosial yang dipicu penggunaan smartphone yang berlebihan dan menimbulkan ketergantungan terhadap perangkat tersebut. The device has stolen a lot our precious time and opportunities. Should we let the giant tech companies constantly collect our data? Berapa banyak cyber-bullying akan terus terjadi. Dump phone is back. 

References 

Hatfield, J. (2024). 72% of U.S. high school teachers say cellphone distraction is a major problem in the classroom. Retrieved from www.pewresearch.org: https://www.pewresearch.org/short-reads/2024/06/12/72-percent-of-us-high-school-teachers-say-cellphone-distraction-is-a-major-problem-in-the-classroom/ 

Miller, P. (2019). Smartphone impacts on teenagers: Positive and negative . Retrieved from www.sanfordhealth.org: https://news.sanfordhealth.org/childrens/smartphone-impacts-on-teens/ 

Suttie, J. (2015, December). How Smartphones Are Killing Conversation. Retrieved from greatergood.berkeley.edu: https://greatergood.berkeley.edu/article/item/how_smartphones_are_killing_conversation 

 

Dedy Syamsuar