School of Information Systems

Menggali Masa Depan Interaksi Digital: Inovasi UI/UX dalam Lingkungan Imersif Bersama Prof. Jihyung Kim

Di tengah era transformasi digital yang kian pesat, pemahaman tentang teknologi masa depan menjadi sebuah keharusan kompetensi. Menjawab kebutuhan ini, BINUS University @Anggrek kembali menegaskan posisinya sebagai inkubator talenta digital dengan menyelenggarakan seminar pengembangan diri bertajuk “UI/UX Innovations in Immersive Environments”. Acara yang berlangsung pada Senin, 30 Juni 2025, ini menghadirkan seorang pakar ternama di bidangnya, Assistant Professor Jihyung Kim dari Kumoh National Institute of Technology, Korea Selatan, untuk membagikan wawasan terkininya.

Prof. Kim membuka diskusi dengan sebuah pengamatan krusial: platform dan lingkungan yang dibangun di atas teknologi Virtual Reality (VR) kini menunjukkan tingkat keterlibatan dan minat pengguna yang jauh melampaui media non-VR. Menurutnya, ini bukanlah tren sesaat, melainkan cerminan dari kebutuhan fundamental manusia akan ‘kehadiran’ (presence) dan pengalaman yang lebih mendalam di dunia digital. Fenomena ini secara langsung mendorong evolusi besar dalam desain antarmuka (UI) dan pengalaman pengguna (UX), beralih dari interaksi berbasis layar datar menjadi kontrol gestur yang intuitif dan responsif di dalam ruang tiga dimensi.

Salah satu gagasan paling provokatif dan visioner yang dilontarkan Prof. Kim adalah potensi sinergi antara pengembangan metaverse dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Ia menantang para hadirin untuk berpikir di luar kebiasaan dan membayangkan bagaimana dunia virtual dapat menjadi akselerator untuk solusi masalah dunia nyata. “Bayangkan sebuah metaverse yang berfungsi sebagai platform global untuk pendidikan berkualitas (SDG 4), di mana siswa dari berbagai belahan dunia bisa masuk ke laboratorium virtual bersama, atau sebagai alat simulasi bagi perencana kota untuk merancang pemukiman yang lebih hijau dan berkelanjutan (SDG 11),” paparnya. Risetnya yang solid menunjukkan bahwa ini adalah kemungkinan yang sangat nyata.

Sebagai bukti konsep metaverse yang fungsional, The Sandbox diangkat sebagai studi kasus utama. Prof. Kim menjelaskan bahwa kunci keberhasilannya terletak pada ekonomi digital yang terdesentralisasi, di mana pengguna dapat benar-benar memiliki aset melalui crypto dan NFT, menciptakan ekosistem yang hidup. Namun, ia dengan jeli menyoroti bahwa hingga kini belum ada pemain metaverse berskala besar yang lahir dari Indonesia. Ia melihat ini bukan sebagai kekurangan, melainkan sebuah peluang emas bagi para inovator lokal untuk membangun dunia virtual yang mengakar pada kekayaan budaya Nusantara.

Jangkauan teknologi imersif, lanjutnya, sudah jauh melampaui hiburan. Sektor vital seperti seni dan konstruksi telah merasakan dampaknya. Di Korea Selatan, misalnya, para pekerja konstruksi menggunakan AR yang terintegrasi dengan sistem informasi untuk melihat data struktur bangunan secara real-time, meminimalisir kesalahan dan meningkatkan keselamatan. Seminar ini tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga sebuah panggilan bagi talenta digital Indonesia untuk menjadi arsitek masa depan interaksi manusia-komputer di dunia yang semakin imersif.

Jessicania Windari