School of Information Systems

Evolusi User Experience (UX) dalam Sistem Informasi dan Aplikasinya 

Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, User Experience (UX) tidak lagi dianggap sebagai elemen pelengkap dalam pengembangan sistem informasi, melainkan telah berevolusi menjadi salah satu komponen utama dalam menentukan keberhasilan suatu sistem atau aplikasi. UX merujuk pada keseluruhan pengalaman pengguna ketika berinteraksi dengan sistem informasi—meliputi kemudahan penggunaan, kepuasan, efisiensi, dan kenyamanan selama proses tersebut berlangsung. Evolusi UX dalam sistem informasi telah mengalami transformasi besar, dari sekadar tampilan visual ke pendekatan strategis yang mengintegrasikan kebutuhan pengguna, tujuan bisnis, dan kemampuan teknologi. 

Pada awal era komputasi, fokus utama sistem informasi adalah fungsi dan efisiensi, bukan kenyamanan pengguna. Desain antarmuka didominasi oleh terminal teks, navigasi berbasis perintah, dan interaksi yang terbatas pada teknisi atau staf administrasi yang terlatih. Pengalaman pengguna kala itu bersifat function-centric—sistem berjalan baik, asalkan fungsinya terpenuhi, tanpa mempertimbangkan faktor intuitivitas atau estetika. 

Seiring waktu, terutama sejak munculnya sistem operasi berbasis GUI (Graphical User Interface) pada 1980-an dan ledakan internet di akhir 1990-an, pendekatan terhadap UX mulai berubah. Interaksi menjadi lebih visual dan interaktif. Munculnya website dan aplikasi web memaksa pengembang untuk mempertimbangkan kemudahan navigasi, kecepatan akses, dan konsistensi tampilan. Kemudian, muncul prinsip-prinsip desain seperti usability, accessibility, dan responsive design yang menjadi fondasi UX modern. 

Era mobile membawa lompatan besar dalam evolusi UX. Sistem informasi berbasis aplikasi seluler harus menyesuaikan diri dengan layar kecil, navigasi berbasis sentuhan, dan penggunaan di mana saja kapan saja. Hal ini mendorong munculnya mobile-first design, serta pengembangan elemen UX seperti gesture-based interaction, progressive disclosure, dan micro-interaction yang membuat antarmuka terasa lebih personal dan alami. 

Hari ini, UX dalam sistem informasi tidak hanya berfokus pada kenyamanan visual dan fungsional, tetapi juga pada pengalaman emosional dan kontekstual. Dengan bantuan teknologi seperti machine learning dan artificial intelligence, sistem informasi dapat memberikan pengalaman yang adaptif dan proaktif. Misalnya, dashboard sistem informasi manajemen kini dapat menyesuaikan tampilan data berdasarkan peran pengguna atau memberikan rekomendasi tindakan berdasarkan perilaku sebelumnya. Hal ini dikenal sebagai adaptive UX. 

Dalam aplikasi nyata, UX telah diaplikasikan secara luas di berbagai sektor sistem informasi. Di bidang perbankan, UX menjadi kunci dalam pengembangan mobile banking agar pengguna dapat melakukan transaksi dengan aman dan cepat tanpa perlu ke cabang fisik. Di sektor kesehatan, sistem informasi rumah sakit dirancang dengan UX yang mempertimbangkan kebutuhan dokter dan perawat untuk mengakses data pasien secara cepat dan efisien, bahkan dalam kondisi darurat. Dalam e-commerce, UX menentukan seberapa cepat pengguna dapat menemukan produk, menyelesaikan pembayaran, dan menerima konfirmasi pembelian—seluruhnya hanya dalam beberapa klik. 

Selain itu, evolusi UX juga memperhatikan inklusivitas dan keberagaman pengguna. Prinsip universal design dan accessibility kini menjadi keharusan, memastikan bahwa sistem informasi juga dapat digunakan oleh penyandang disabilitas, termasuk tunanetra, tunarungu, atau pengguna dengan keterbatasan motorik. Tools seperti screen reader support, high-contrast mode, dan navigasi berbasis suara kini menjadi bagian dari strategi UX holistik. 

Meski UX telah berkembang pesat, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah menjaga konsistensi UX di berbagai platform dan perangkat, serta memastikan desain tetap relevan di tengah perubahan teknologi dan ekspektasi pengguna. Pengukuran UX juga tidak semudah mengukur performa sistem teknis; dibutuhkan metrik kualitatif dan kuantitatif seperti user satisfaction, task success rate, dan net promoter score (NPS) untuk memahami efektivitas pengalaman yang diberikan. 

Secara keseluruhan, evolusi UX dalam sistem informasi mencerminkan pergeseran paradigma dari sistem yang hanya dapat diakses oleh orang terlatih, menuju sistem yang human-centered, intuitif, dan inklusif. Masa depan UX akan semakin terintegrasi dengan teknologi sensorik, realitas virtual (VR/AR), dan interaksi berbasis konteks (context-aware interaction), yang memungkinkan sistem informasi beradaptasi tidak hanya pada kebutuhan pengguna, tetapi juga pada lingkungan dan situasi pengguna. 

Referensi: 

  1. Nielsen, J., & Norman, D. (2013). The Definition of User Experience (UX). Nielsen Norman Group. 
  2. Garrett, J. J. (2010). The Elements of User Experience. New Riders Publishing. 
  3. Cooper, A., Reimann, R., & Cronin, D. (2014). About Face: The Essentials of Interaction Design. Wiley. 
  4. UX Planet. (2022). The Evolution of UX Design: From Utility to Empathy. Retrieved from https://uxplanet.org 
  5. IBM Design. (2023). Design Thinking and User-Centered Design for Systems Development. 
  6. World Wide Web Consortium (W3C). (2023). Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.1. Retrieved from https://www.w3.org/WAI/standards-guidelines/wcag/ 
Jarvin