School of Information Systems

Mengapa Blockchain Belum Luas Diterapkan dalam Sistem Pemerintahan

Blockchain, teknologi yang awalnya dikembangkan untuk mendukung cryptocurrency seperti Bitcoin, telah menarik perhatian karena potensinya untuk meningkatkan transparansi, efisiensi, dan keamanan data. Namun, penggunaan blockchain dalam sistem pemerintahan baik di Indonesia maupun di luar negeri masih terbatas. Artikel ini akan membahas beberapa alasan mengapa blockchain belum luas diterapkan dalam sistem pemerintahan.

  1. Hambatan Teknologi

Salah satu kendala utama dalam penerapan blockchain adalah masalah skalabilitas. Jaringan blockchain cenderung melambat seiring dengan meningkatnya volume transaksi, yang dapat menghambat efisiensi operasional pemerintah. Selain itu, blockchain yang menggunakan mekanisme konsensus proof-of-work membutuhkan konsumsi energi yang besar, yang dapat menjadi masalah bagi pemerintah yang mencari solusi ramah lingkungan.

  1. Hambatan Regulasi dan Hukum

Regulasi dan hukum yang jelas sangat penting untuk penerapan teknologi blockchain. Di Indonesia, misalnya, regulasi tentang cryptocurrency masih belum matang, yang mengakibatkan ketidakpastian hukum bagi pengguna dan pelaku bisnis. Hal ini juga berlaku di banyak negara lain, di mana belum ada kerangka hukum yang komprehensif untuk mengatur penggunaan blockchain dalam operasi pemerintahan. Tanpa regulasi yang jelas, pemerintah enggan menerapkan teknologi yang dapat menimbulkan risiko hukum dan keamanan.

  1. Risiko dan Konsekuensi Tak Terduga

Meskipun blockchain menawarkan transparansi tinggi, hal ini juga dapat mengakibatkan terpaparnya data sensitif jika tidak diimplementasikan dengan benar. Selain itu, sifat tidak dapat diubah (immutable) dari blockchain dapat menjadi kelemahan dalam situasi di mana data perlu diperbaiki atau dihapus. Ini dapat menimbulkan masalah etika dan privasi, terutama dalam konteks data pribadi warga negara.

  1. Integrasi dengan Sistem yang Ada

Pemerintah seringkali memiliki sistem informasi yang sudah mapan dan kompleks. Mengintegrasikan teknologi blockchain ke dalam sistem yang ada dapat menjadi tantangan besar. Proses integrasi memerlukan waktu, biaya, dan sumber daya yang signifikan, serta penyesuaian dengan proses dan kebijakan yang sudah ada. Hal ini dapat menghambat keinginan pemerintah untuk mengadopsi teknologi baru.

  1. Kesiapan dan Kesadaran Masyarakat

Kesadaran masyarakat tentang teknologi blockchain masih rendah, baik di Indonesia maupun di negara lain. Tanpa pemahaman yang cukup tentang manfaat dan risiko teknologi ini, sulit bagi pemerintah untuk mendapatkan dukungan publik yang luas. Selain itu, keterampilan dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mengelola dan mengembangkan teknologi blockchain juga terbatas, yang dapat menghambat implementasi yang efektif.

Kesimpulan

Blockchain memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan keamanan dalam sistem pemerintahan. Namun, hambatan teknologi, regulasi, risiko, integrasi dengan sistem yang ada, serta kesiapan masyarakat, telah membatasi penerapan teknologi ini secara luas. Untuk mengatasi hambatan ini, pemerintah perlu mengembangkan kerangka regulasi yang jelas, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan menginvestasikan sumber daya dalam pengembangan dan integrasi teknologi blockchain. Dengan demikian, blockchain dapat menjadi bagian integral dari sistem pemerintahan masa depan yang lebih efisien dan transparan.

Willy