Pengenalan Use Case
User story biasanya berupa kalimat pendek dengan bahasa sehari-hari yang menjelaskan aktivitas user. Singkatnya, user story menjelaskan tujuan user ketika menggunakan sistem. User stories digunakan di agile development sebagai konsep dasar yang memusatkan pada kesederhanaan, nilai tambah, dan kolaborasi user. Users dan stakeholders memiliki tanggung jawab untuk mengidentifikasi user stories. Sedangkan, use case adalah aktivitas yang dilakukan sistem untuk menanggapi permintaan atau keinginan user. Dalam mengidentifikasi use case, disarankan untuk memakai dua teknik, yakni teknik user goal dan event decomposition. Untuk memahami lebih lanjut, paragraf selanjutnya akan membahas lebih dalam tentang user story dan use case.
Para analis mendorong partisipan pada pertemuan dengan stakeholders untuk memberikan user story dengan tujuan mendapatkan kemungkinan user yang menyampaikan keinginannya dengan sistem baru. Ada template standard user story yang dapat membantu user untuk mengetahui apa yang mereka inginkan dan kenapa mereka menginginkannya. Berikut adalah bentuk template standard untuk user story:
“Sebagai <peran>, saya ingin <tujuan atau keinginan> agar <alasan atau manfaat>”.
Contoh, user stories untuk teller bank:
“Sebagai teller, saya ingin membuat deposit secepatnya agar dapat melayani lebih banyak kustomer”.
“Sebagai teller, saya ingin menyeimbangkan cash drawer agar memastikan tidak ada eror”.
User stories untuk kustomer bank yang memakai mesin ATM:
“Sebagai kustomer bank, saya ingin menarik uang tunai dengan jumlah yang benar”.
Selanjutnya, bagian akhir user story yaitu kriteria penerimaan. Kriteria penerimaan menunjukan kepuasan user dengan hasil implementasi yang lebih berfokuskan pada fungsi daripada fitur atau desain UI. Contoh kriteria penerimaan teller bank ketika membuat deposit:
· Lookup kustomer harus dengan nama atau account number
· Menampilkan foto dan tanda tangan kustomer
· Menunjukan check hold requirements
· Menampilkan current balance dan new balance
Analis programmer menggunakan kriteria penerimaan untuk menjelaskan ekspektasi user dan memverifikasi bahwa user telah memahami user story pada level analisis yang sesuai.
Teknik user goal merupakan salah satu pendekatan untuk mengidentifikasi use cases dengan meminta users menjelaskan tujuan mereka menggunakan sistem baru. Analis harus mengidetifikasi semua users dan mengkategorikan tipe user kemudian mengadakan interview dengan setiap user. Analis mengarahkan user untuk mengenali cara tertentu sistem komputer yang dapat membantu user menjalankan tugasnya saat interview. Contoh user goal pada RMO Consolidated Sales and Marketing System (CSMS). Analis akan berbicara kepada orang di bagian shipping untuk mengidentifikasi tujuannya. Bagian marketing akan mengidentifikasi tujuan seperti menambahkan atau memperbaharui informasi produk, promosi, serta membuat histori laporan penjualan. Analis akan meminta users RMO dari bagian yang berbeda untuk memperhatikan sistem dari sudut pandang kustomer dan mengimajinasikan nilai tambah fitur dan fungsi yang dapat membuat RMO lebih bermanfaat ketika mempertimbangkan tujuan dan bakal calon kustomer. Teknik user goal untuk mengidentifikasi use cases antara lain:
· Identifikasi semua user yang berpotensi untuk sistem baru.
· Kategorikan user yang berpotensi kedalam peran fungsional mereka kemudian secara tingkatannya.
· Interview tiap tipe user untuk menetapkan tujuan ketika memakai sistem baru.
· Buat daftar preliminary use cases yang terorganisir secara tipe user.
· Cari duplikat yang memiliki kemiripan nama use case dan penyelesaian ketidakkonsistenan
· Identifikasi tipe berbeda kebutuhan user dengan use cases yang sama.
· Tinjau kelengkapan daftar tiap tipe user dan stakeholders yang berkepentingan.
Teknik komprehensif untuk mengidentifikasi use cases ialah teknik event decomposition. Teknik event decomposition diawali dengan megidentifikasi semua kejadian bisnis yang di tangapi sistem
informasi dengan tiap kejadian yang mengarah ke use case-yang dapat membantu analis menentukan tiap use case pada tingakatan detail yang sesuai. Tingkatan detail yang sesuai untuk mengidentifikasi use cases yaitu fokus pada elementary business processes (EBPs). EBP adalah tugas yang dilakukan oleh satu orang di satu tempat yang menanggapi kejadian bisnis, menambah nilai bisnis yang terukur, dan meninggalkan sistem beserta data pada kondisi yang stabil dan konsisten. Setiap EBP terjadi pada waktu dan tempat tertentu, dapat dijelaskan, dan harus diingat oleh sistem. Kejadian dapat memicu semua proses yang dilakukan sistem sehingga dibutuhkan mengurutkan kejadian dan menganalisanya untuk menentukan kebutuhan sistem dengan mengidentifikasi use cases. Ketika menentukan kebutuhan sistem, akan lebih berguna dengan memulai dengan menanyakan tentang kejadian yang mempengaruhi sistem. Perspektif awal tersebut membantu fokus pada high-level view sistem. Contoh kejadian di toko yang memproses sistem. Kebutuhan functional ditentukan use cases berdasarkan kejadian yang diantaranya adalah: Kustomer membayar tagihan, merekam pembayaran, kustomer merubah alamat, dan mengurus data kustomer. Sistem menanggapi kejadian dengan use cases seperti membuat monthly statements dan summary reports. Hasil tersebut merupakan daftar use cases yang dipicu kejadian bisnis pasa tingkatan analisis yang tepat. Sebagian sistem informasi dikembangkan secara interaktif yang biasa dikira sistem real time.
Resource
Satzinger, J. W., Jackson, R. B., Burd, S. D. (2019). Systems Analysis and Design in a Changing World, 7th Edition. [[VitalSource Bookshelf version]]. Retrieved from vbk://9789814866200
Dibuat oleh :
2502001284 – MASAYU KANIA Z. N. – Sistem Informasi
D5181 – Ferdianto, S.Kom, M.MSI