School of Information Systems

Ketidakmampuan Perusahaan Untuk Beradaptasi Dengan Pasar Yang Berubah Cepat

Indonesia saat ini sangat gencar dalam melakukan perkembangan teknologi, hal ini dapat dilihat dalam digitalisasi yang diterapkan di berbagai bidang dalam Indonesia. Pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunialah yang menjadi titik point kegencaran Indonesia dalam perubahan digitalisasi. Pandemi yang mengharuskan kita menetap dirumah dan meminimalisasi kontak fisik yang merubah segalanya. Banyak perusahaan yang dirugikan karena pandemi ini yang memaksa mereka untuk melakukan penghematan, lay-off, bahkan banyak perusahaan yang bangkrut. Kejadian ini dapat terjadi karena saat pandemi berlangsung semua kegiatan berubah menjadi digital, termasuk kegiatan jual beli. Perusahaan harus mampu beradaptasi ke dunia digital, perusahaan yang tidak mampu dalam beradaptasi dengan pasar yang berubah tentunya akan mengalami kebangkrutan.

Perusahaan harus mampu menyesuaikan strategi, produk, atau layanan mereka dengan perubahan pasar yang terjadi dengan sangat cepat. ketidakmampuan ini bisa terjadi karena perusahaan kurang fleksibel, kurang paham akan trend yang terjadi, dll. Sehingga perusahaan tidak mampu bersaing dengan perusahaan competitor. Dalam guncangan pasar yang terus berkembang dan berubah competitor yang paham akan trend akan sangat gencar dan cepat dalam melakukan promosi dengan startegi yang sulit diikuti. Hal ini merupakan tantangan yang sulit bagi perusahaan. Tidak hanya itu adanya campur tangan pemerintah yang dilakukan untuk mengatur bisnis digital, regulasi dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentunya mempengaruhi cara bisnis beroperasi, lobi politik yang sering menguntungkan industry tertentu, dll.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketidakmampuan adaptasi yang cepat pada pasar. Ketidakmampuan adaptasi tersebut dapat berdampak negatif pada bisnis dan menyebabkan penurunan daya saing. Berikut beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebabnya:

1. Kurangnya Sumber Daya: Ketidakmampuan untuk mengakses atau mengalokasikan sumber daya yang cukup, seperti dana, personel, atau teknologi, dapat menghambat kemampuan bisnis untuk beradaptasi dengan cepat

2. Birokrasi Internal: Struktur organisasi yang terlalu kompleks atau birokratis dapat memperlambat proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perubahan. Ketika banyak persetujuan dan otorisasi diperlukan, perubahan bisa menjadi lambat

3. Kurangnya Fleksibilitas Budaya: Kultur perusahaan yang tidak mendukung eksperimen dan inovasi dapat menghambat adaptasi.

4. Ketidakmampuan dalam Memahami Perubahan Pasar: Beberapa bisnis mungkin gagal beradaptasi dengan cepat karena tidak memahami perubahan dalam perilaku pelanggan, tren pasar, atau teknologi baru yang muncul.

5. Komitmen terhadap Model Bisnis yang Lama: Bisnis yang sangat terikat pada model bisnis yang telah ada lama mungkin enggan atau sulit untuk beralih ke model yang lebih baru atau lebih efisien.

6. Ketidakpastian Ekonomi: Ketidakpastian ekonomi, termasuk fluktuasi mata uang, perubahan suku bunga, atau kondisi ekonomi global yang tidak stabil, dapat membuat bisnis ragu-ragu untuk mengambil risiko dan beradaptasi dengan cepat.

7. Keterbatasan Teknologi: Ketidakmampuan untuk mengakses atau menggunakan teknologi terbaru dapat menjadi hambatan besar dalam beradaptasi dengan perubahan pasar yang didorong oleh teknologi.

8. Persaingan yang Sengit: Persaingan yang tinggi dapat memaksa bisnis untuk fokus pada pertahanan pangsa pasar daripada inovasi.

9. Regulasi dan Kebijakan Pemerintah: Perubahan dalam regulasi dan kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi cara bisnis beroperasi. Ketidakpastian hukum atau peraturan yang berubah-ubah dapat membuat bisnis ragu-ragu untuk berinvestasi dalam perubahan.

10. Kebijakan Internal yang Tidak Jelas: Ketidakjelasan dalam visi dan strategi bisnis, serta kurangnya komunikasi yang efektif, dapat menghambat kemampuan bisnis untuk beradaptasi dengan cepat.

 

Untuk bisnis bertahan di era transformasi digital, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan:

1. Adopsi Teknologi: Teknologi akan membantu meningkatkan efisiensi operasional dan memberikan wawasan yang lebih baik ke dalam bisnis.

2. Pemahaman Pelanggan: Dengan memahami pelanggan, perusahaan dapat mengembangkan produk dan layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka.

3. Inovasi Terus-Menerus: Terus memantau tren industri dan berpartisipasi dalam riset dan pengembangan adalah kunci untuk mempertahankan daya saing.

4. Fokus pada Pengalaman Pelanggan: Dalam dunia digital, pelanggan mengharapkan kemudahan dalam berinteraksi dengan bisnis anda melalui berbagai saluran seperti situs web, aplikasi seluler, dan media sosial.

5. Keamanan Data: Melindungi data pelanggan adalah kunci dalam era digital. Bisnis harus menginvestasikan dalam keamanan siber untuk melindungi data pelanggan dan informasi bisnis mereka.

6. Pelatihan Karyawan: Karyawan yang terampil dalam penggunaan teknologi baru dan memahami peran mereka dalam transformasi digital adalah aset berharga

7. Kolaborasi dan Kemitraan: Bekerja sama dengan perusahaan lain dan mencari kemitraan strategis dapat membantu bisnis Anda mengakses sumber daya dan pengetahuan tambahan.

8. Analisis Data: Penggunaan analisis data yang cermat dapat memberikan wawasan yang berharga tentang operasi bisnis Anda. Ini dapat membantu Anda mengidentifikasi peluang dan perbaikan yang mungkin terlewat.

9. Fleksibilitas dan Responsivitas: Bisnis harus menjadi responsif terhadap perubahan pasar dan mampu beradaptasi dengan cepat.

10. Ketahanan Digital: Membangun sistem yang tahan terhadap gangguan termasuk pemulihan bencana, cadangan data yang baik, dan strategi pengamanan yang kuat.

 

Contoh kasus yang bisa kita lihat adalah JD.ID yang telah menutup total perusahaannya pada 31 Maret 2023. Penyebabnya karena JD.ID salah memilih strategi sehingga perusahaan mengalami pembengkakan biaya, JD.ID terlaku fokus pada ekspansi, persaingan yang ketat, tidak mampu untuk mengatasi dampak pandemi, tidak mampu mengikuti perubahan konsumen, dll. Menurut saya JD.ID perlu memahami trend yang sedang terjadi, dan membuat berbagai kelompok karyawan untuk masing-masing kerjaan. Contoh 1 kelompok fokus kepada ekspansi, kelompok 2 berfokus pada analisa data trend, kelompok 3 berfokus pada marketing, dan seterusnya.

Vanessa Celine, A.Raharto Condrobimo