Penggunaan Wawancara Sebagai Salah Satu Metode Pengumpulan Data
Dalam membuat suatu inovasi, ada suatu hal yang sangat penting dan harus diperhatikan, yaitu apakah masyarakat, terutama target konsumen membutuhkan inovasi tersebut atau tidak. Hal ini haruslah dipertimbangkan sebelum barang dibuat atau inovasi dilakukan, karena apabila ternyata setelah inovasi dan produk telah kadi, dan ternyata target konsumen tidak memerlukan inovasi tersebut, maka perusahaan atau inventor akan merugi. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mengenal lebih lanjut dan mengetahui apa kebutuhan dari calon konsumen. Namun, bagaimana perusahaan dapat mencari tahu apa yang diperlukan oleh konsumen?
Untuk mengetahui apa kebutuhan dari calon consume, maka perusahaan harus memenuhi sebuah requirements atau persyaratan. Persyaratan yang dimaksud merupakan sesuatu yang harus dilakukan atau dimiliki oleh produk. Desainer akan mempelajari terlebh dahulu aktivitas dan kejadian saat ini dan kemudian akan mengumpulkancertia tentang penggunaan dan kemudian akan mendapat banyak informasi terkait kebutuhan, tujuan, dan apa yang hendak dicapai oleh masyarakat atau calon pengguna.
Ada beberapa jenis persyaratan yang kemudian menyebabkan banyak perdebatan terkait apa yang harus digunakan, yaitu:
a. Requirements gathering, yang menunjukkan persyaratan sudah ada dan tinggal dipilih, sehingga hanya memerlukan sedikit diskusi dan hubungan anatra desainer UX dengan pemangku kepentingan (stakeholders),
b. Requirements generation, dimana persyaratan mendorong adanya kegiatan untuk mendorong kreatifitas dan menekankan dengan praktik yang sednag berlangsung atau sudah ada,
c. Requirements elicitation, yaitu persyaratan yang mengharuskan adanya diskusi, komunikasi, dan juga interaksi antara pemangku kepentingan dan juga desainer,
d. Requirements engineering, yaitu persyaratan yang banyak digunakan dalam software engineering projects, yang biasanya juga digunakan dalam pendekatan yang formal.
Selain itu, dalam melaksanakan atau membuat suatu produk atau inovasi, dan agar sasaran dan tujuan dari alat atau produk yang diciptakan dapat memenuhi kebutuhan dari konsumen, maka para desainer haruslah melakukan desain yang partisipatif (participative design). Hal ini perlu dilakukan mengingat yang akan menggunakan hasil akhir dari produk adalah para konsumen, bukan para pencipta produk. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melaksanakan participative design dan untuk mengetahui kebutuhan konsumen, salah satunya adalah dengan melakukan interview.
Salah satu cara paling efektif untuk mengetahui apa yang diinginkan orang dan masalah apa yang dihadapi calon konsumen miliki saat ini adalah berbicara dengan pemangku kepentingan atau dalam hal ini konsumen. Wawancara (interview) dengan semua pemangku kepentingan dalam domain adalah cara penting untuk mengumpulkan cerita. Desainer mempekerjakan berbagai gaya wawancara, dari survei yang sepenuhnya terstruktur hingga percakapan umum.
Wawancara terstruktur menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan sebelumnya. Wawancara yang terstruktur sangatlah penting bagi perusahaan akrena akna menghasikan data yang lebih relevan. Wawancara terstruktur cukup mudah dilakukan, hanya karena tingkat pra-strukturisasi. Namun, orang terbatas pada balasan yang sangat terbatas, dan itu sulit bagi pewawancara untuk menindaklanjuti setiap tanggapan yang tidak terduga.
Desainer UX dalam memahami calon konsumen sering menggunakan wawancara yang semi-terstruktur. Kadang pewawancara sudah menyiapkan beberapa pertanyaan yang bahkan telah ditulis. Namun, kadang kala, muncul beberapa pertanyaan baru yang menarik dan relevan saat wawancara berlangsung, sehingga pewawancara bisa menjelajahi topik baru yang tentunya harus relevan. Hal inilah yang dimaksud dengan semi-terstruktur. Berikut adalah contoh dialog dalam interview.
Dalam menjalankan interview, pewawancara dapat menggunakan scenario dan cerita untuk membantu narasumber dalam mengerti maksud atau pertanyaan dari pewawancara. Hal ini juga dapat menghindari terjadinya miskomunikasi antar pewawancara dan narasumber. Dengan begitu, hasil dari interview akan lebih relevan, sehingga perusahaan akan mengetahui apakah ia harus membuat ide baru, atau bisa melanjutkan ide atau desainnya. Setelah ada gambaran kasar tentang apa yang mungkin dilakukan teknologi baru, mendiskusikan senario akan menyoroti banyak masalah, mulai dari penamaan fungsi individu hingga dampaknya dari perubahan praktik kerja.
Berikut adalah beberapa tips dan trik dalam melakukan interview dalam berbagai situasi, yaitu:
a. Preparasi
dimana pewawancara harus dapat mengidentifikasi:
– Siapakah anrasumber yang dibutuhkan untuk melakukan wawancara?
– Apakah narasumber dapat hadir dan bersedia untuk diwawancarai?
– Apa latar belakang dan tujuan dari project atau topik wawancara?
– Apa jenis interview yang akan dilakukan? Apakah terstruktur, semi-terstruktur, atau impromptu?
– Apakah interview akan dilakukan secara grup atau individual?
– Apakah diperlukan data pendukung lainnya, seperti brosur, laporan, dan lain sebagainya?
– Dll
b. Wawancara akan berjalan dengan lebih efektif jika dilakukan oleh sepasang pewawancara
Seseorang dapat memimpin sementara yang lain membuat catatan. Tentu saja, pencatatan jawaban dari narasumber akan menjadi lebih mudah jika wawancara direkam dengan audio atau video. Dalam hal ini, pastikan pewawancara haruslah memeriksa semua peralatan sebelum setiap sesi dan secara berkala selama wawancara. Bahkan ketika wawancara direkam, catatan masih berguna dan akan membantu pewawancara dalam menemukan poin-poin penting. Pewawancara dapat ditranskripsikan dan digunakan sebagai dasar analisis grounded theory. Namun, analisis grounded theory lebih memakan waktu, sehingga seringkali hanya menonton video atau mendengarkan audio wawancara sudah cukup. Usahakan wawancara berjalan dengan tepat waktu.
c. Banyak Wawancara
(kecuali wawancara yang sepenuhnya terstruktur, seperti survei) akan menggunakan campuran pertanyaan terbuka dan tertutup. Pewawancara lebih baik memulai wawancara dengan beberapa pertanyaan umum untuk membantu narasumber memahami atau lebih tenang. Jangan menggunakan terlalu banyak jargon dan mintalah orang yang narasumber untuk menjelaskan jargon atau akronim yang mereka gunakan.
Mintalah narasumber untuk menceritakan kisah tentang kegiatan mereka. Sebagai pendengar, desainer mencari untuk masalah apa pun yang saat ini dialami orang (rasa sakit) dan ruang lingkup untuk perbaikan atau dukungan dari ide-ide desain awal (gain). Sebagai pendongeng, orang akan memberikan detail yang mungkin tampak tidak relevan, tetapi sering kali mengandung konteks yang berharga yang perlu dipahami oleh desainer. Pastikan wawancara diakhiri dengan pertanyaan “Apakah narasumber merasa melewatkan sesuatu yang penting?”, dan biarkan jalan terbuka untuk lebih lanjut dengan diskusi dan klarifikasi.
d. Refleksi dan Klarifikasi
Merefleksikan diri penting dilakukan oleh pewawancara selama wawancara berlangsung untuk kemudianmembantu memastikan bahwa pewawancara telah memahami apa yang telah didiskusikan atau hasil wawancara. Seringkali, untuk meminta orang yang diwawancarai untuk meninjau ringkasan wawancara yang dapat di kirim melalui email oleh narasumber setelah pewawancara menulisnya merupakan hal yang baik. Anda juga harus melihat catatan dari wawancara untuk mengidentifikasi poin-poin yang perlu diklarifikasi.
e. Kapan Berhenti
Memutuskan kapan pewawancara telah melakukan cukup banyak wawancara berarti menyeimbangkan praktik kendala terhadap kelengkapan data yang dibutuhkan untuk penelitian. Tentu saja, semua kelompok pemangku kepentingan yang signifikan harus dicakup – dua atau tiga orang yang diwawancarai per jenis pemangku kepentingan harus cukup. Mungkin saja bisa terjadi perbedaan pada kebutuhan jumlah dan jenis data. Dalam banyak kasus, sumber daya klien membatasi proses. Dengan sumber daya tak terbatas, aturan umumnya adalah berhenti setelah Anda tidak mendapatkan ide atau wawasan baru.
Referensi:
Benyon, David. (2019). Designing User Experience: A guide to HCI, UX and interaction design (4th Edition). 04. Pearson. United Kingdom. ISBN-13: 978-1292155517