School of Information Systems

Design Teknik untuk Merancang UX di Tengah Pandemi

Tidak dapat dipungkiri, bahwa Tahun 2019-2020 adalah tahun yang terberat bagi Indonesia maupun dunia. Dengan masuknya Covid-19, menyebabkan terjadinya perubahan secara mendasar dalam banyak aspek kehidupan seperti lockdown serta pembatasan jarak telah memaksa banyak pengecer yang dianggap tidak penting untuk menutup toko fisik mereka. Kejutan penurunan pendapatan telah mendorong banyak perusahaan masuk ke dalam krisis keuangan. Banyak usaha atau industri yang mengalami penurunan drastis namun juga terdapat usaha atau industri yang mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Mengingat pandemi Covid-19 ini adalah kejadian yang tidak pernah dialami sebelumnya oleh semua orang, membuat banyak pengusaha akan berpikir secara rasional untuk mendapatkan keuntungan bagi usahanya dengan membuat perubahan kecil untuk mendapatkan manfaat maksimal. Perubahan yang dilakukan bisa seperti mulai mengurangi jumlah pegawai untuk meminimalisir kerugian, mulai menerapkan sistem take away daripada dine-in, merubah tempat usaha sesuai dengan protokol kesehatan, menjadikan pegawainya bekerja secara work from home, serta perubahan yang paling banyak dilakukan adalah dengan melakukan inovasi terhadap produk penjualan serta memanfaatkan teknologi dalam bidang usahanya.

Inovasi dinilai menjadi hal yang penting di era masa kini. Tanpa melakukan inovasi, akan sangat sulit bagi sebuah perusahaan untuk mempertahankan perusahaannya. Mengingat bahwa, makin banyak perusahaan baru bermunculan, ditambah dengan adanya teknologi memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk membuat sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya. Oleh sebab itu, inovasi merupakan suatu keharusan bagi perusahaan. Namun inovasi tersebut juga tak boleh dilakukan secara sembarangan. Karena akan percuma bagi perusahaan untuk merubah produk mereka atau melakukan inovasi, apabila ternyata perubahan tersebut tidak relevan/tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dengan demikian, maka tak heran terdapat sebuah divisi Bernama UX Researcher dalam suatu perusahaan.

UX Researcher ini merupakan sebuah divisi yang dibentuk dengan tujuan untuk melakukan penelitian dalam membuat UX design web maupun aplikasi. Pada divisi ini, nantinya mereka akan mencoba untuk mencari tahu atau menggali informasi mengenai pengguna akhir baik dari sisi pain points, motivation, gain points, behavior, dan lainnya. Pentingnya melakukan penelitian, karena sebuah ide akan terlihat menjadi lebih jelas ketika perusahaan akan berhadapan dengan masalah nyata pada masyarakat melalui berbicara dengan orang. Melalui penelitian ini, maka perusahaan bisa mengidentifikasi masalah yang terjadi sejak awal, dan dapat menjadi lebih focus pada upaya desainnya dan mengurangi jumlah fitur yang dianggap kurang penting. Karena sejatinya, hal paling penting dalam melakukan proyek UX Design adalah menggunakan data pada penelitian untuk membuat keputusan desain dalam rangka meningkatkan Customer Experience. Customer experience ini merupakan sebuah perasaan maupun pemikiran yang terkait antara pengguna dengan produk maupun layanan yang perusahaan berikan. Sederhananya adalah bagaimana cara pengguna merasa tentang diri mereka ketika bersinggungan atau menggunakan produk tersebut. Sehingga saat pengguna merasa kebutuhan mereka terpenuhi, maka saat pengguna selesai dalam menggunakan produk atau layanan, akan ada perasaan istimewa yang nantinya akan mendorong pengguna untuk terus menggunakan produk hingga jangka panjang. Dari sini bisa terlihat bahwa sangat penting untuk melakukan penelitian.

Dalam melakukan penelitian, banyak sekali teknik yang bisa digunakan untuk membantu perusahaan dalam mengumpulkan data pengguna, seperti melakukan interview, menyebarkan kuesioner, menggunakan probes, dan card sorting techniques. Dari keempat teknik tersebut, yang paling sering dijumpai dalam dunia industry adalah melakukan interview dan/atau menyebarkan kuesioner, namun tidak menutup kemungkin bahwa ada juga perusahaan yang menggunakan Teknik lain sebagai pendukung dari Teknik sebelumnya. Pemilihan Teknik untuk mengumpulkan informasi cenderung disesuaikan dengan kebutuhan dari perusahaan. Dalam metode interview, akan lebih baik bagi perusahaan yang memang membutuhkan secara detail permasalahan atau keinginan pengguna, dan perlu diingat bahwa dalam interview hanya bisa dilakukan dengan orang yang sedikit pula mengingat bahwa interview dilakukan secara personal dan tatap muka dalam waktu sekitar 30 – 45 menit. Sehingga jika orang yang diinterview merupakan skala yang cukup besar, maka akan menyusahkan perusahaan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sedangkan untuk kuesioner akan lebih cocok, untuk perusahaan yang menginginkan pandangan masyarakat secara keseluruhan, karena melalui kuesioner ini perusahaan bisa meraih banyak orang dan perusahaan tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk langsung bertemu dan bertanya kepada pengguna. Mereka hanya cukup mengirim survei melalui email atau bahkan platform GForms.

Berbeda halnya pada saat pandemic melanda, agaknya teknik untuk mengumpulkan informasi sedikit berbeda dari sebelumnya. Dengan adanya pembatasan sosial, membuat UX Researcher harus memutar otak agar bisa tetap melakukan penelitian. Dalam kasus ini, maka teknik yang relevan adalah dengan menggunakan kuesioner yang tidak mengharuskan untuk bertatap muka, namun apabila perusahaan tetap ingin menggunakan teknik interview, maka teknik yang digunakan akan sedikit berbeda dari sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi dengan salah satu perusahaan besar di Indonesia bernama Tokopedia. Dengan adanya pandemic, membuat mereka harus merubah metode riset mereka yang awalnya dilakukan secara tatap muka menjadi remote research. Remote Research ini merupakan sebuah cara bagi para peneliti dapat mengumpulkan data dari kejauhan pada pengguna tanpa melakukan interaksi secara langsung. Dalam remote research ini, biasanya dilakukan melalui computer atau pun telepon sehingga akan memungkinkan peneliti untuk melihat, mendengar atau mengerti apa yang pengguna rasakan. Metode umum untuk mengumpulkan data dari jarak jauh adalah termasuk survei online, mencatat secara otomatis melalui rekaman, atau melakukan interview via online. Dengan diterapkannya remote research ini, Tokopedia menilai sangat membantu mereka dalam melakukan UX Research, dikarenakan metode ini dapat dilakukan dimana saja dan kapanpu yang diinginkan. Pencarian partisipan pun menjadi lebih mudah, karena partisipan tidak perlu lagi untuk pergi ke kantor dan cukup berada di rumah masing-masing. Dengan demikian, maka penelitian untuk UX Design masih tetap berjalan walaupun di tengah pandemic yang mengharuskan orang untuk berjaga jarak. Dari kasus tersebut bisa disimpulkan, bahwa di tengah pandemic sekalipun, tidak akan menjadi sebuah halangan bagi perusahaan untuk terus mencari informasi pengguna dalam meningkatkan UX mereka.

Referensi:

https://www.interaction-design.org/literature/topics/remote-research-methods

https://www.tokopedia.com/blog/sederet-tren-ux-research-selama-pandemi-yang-wajib-kamu-ketahui/

Yassica Anna Mulia Jaya, Ferdianto