School of Information Systems

Sejarah Awal Perkembangan Internet dan Masalahnya

Internet digambarkan sebagai satu set jaringan global yang saling terhubung yang mendukung komunikasi antar perangkat di seluruh dunia. Sebagai teknologi, Internet berhasil mengubah hidup orang secara dramatis dalam dua dekade terakhir. Laporan Internetworldstats.com menunjukkan teknologi ini telah digunakan oleh sekitar 69% populasi dunia dimana penetrasi pengguna di Indonesia telah melebihi rata-rata dunia yaitu sebesar 76,3% di pertengahan 2022. Di awal perkembangannya, Internet hanya digunakan untuk keperluan sederhana seperti email atau FTP (file transfer protocol) tetapi sekarang telah memfasilitasi berbagai layanan. Ide tentang Cyber Physical Systems atau revolusi 4.0 mejadikan teknologi Internet semakin menjadi tulang punggung perkembangan teknologi dunia.

Ide awal Internet dikembangkan Advanced Research Project Agency (ARPA) sebagai bagian dari kebutuhan militer untuk mengimplementasikan jaringan berbasis teknologi packet-switching yang handal. Karena ARPA tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk mengembangkan ide, mereka memberikan hibah dan mengundang banyak pihak lain yang berkompeten (terutama dari akademisi) untuk terlibat dalam proyek tersebut. Pada tahun 1966, Robert Taylor mengemukakan ide percobaan pengujian jaringan dengan menghubungkan beberapa node yang kemudian dikenal sebagai ARPANET. Pada akhir tahun 1969, jaringan telah menghubungkan empat simpul di UCLA (University of California Los Angeles), SRI (Stanford Research Institute), UCSB (University of California at Santa Barbara) dan University of Utah. Dengan perkembangan selanjutnya, beberapa lembaga lain bergabung dalam jaringan komunitas tersebut. Saat itu, ARPANET relatif tertutup, homogen, dan dikendalikan oleh kelompok elit kecil.

Oleh karena itu, jaringan hanya menjangkau komunitas terbatas dan hal ini memunculkan gagasan untuk memperluas jaringan. Pada tahap perkembangan awal, ini bergantung pada NCP (Network Control Protocol) sebagai protokol utama yang menggabungkan pengalamatan dan transportasi ke dalam satu protokol. Namun, salah satu kelemahan dari protokol ini adalah tidak dapat menangani kontrol kesalahan komunikasi, yang merupakan aspek penting untuk mencegah hilangnya paket selama transmisi dan meningkatkan kehandalan jaringan. Eksperimen menunjukkan bahwa protokol ARPANET tidak cocok di jaringan yang berbeda dan untuk menghubungkan berbagai ragam jaringan.

Hal ini menyebabkan pengenalan model dan protokol TCP/IP, yang dikembangkan oleh Kahn dan Cerf, dan dianggap cocok dengan lingkungan jaringan arsitektur yang terbuka. Pada dasarnya, model TCP/IP berfokus pada kehandalan komunikasi antar perangkat dan terdiri dari dua protokol. Pertama, Transport Control Protocol (TCP) bertanggung jawab untuk menyediakan protokol berorientasi koneksi yang andal, seperti kontrol aliran dan pemulihan paket yang hilang. Kedua, Internet Protocol (IP) bertanggung jawab untuk pengalamatan dan meneruskan paket individu ke tujuan mana pun dalam jaringan apa pun. Protokol penting lainnya dalam paket TCP/IP adalah Users Datagram Protocol (UDP) sebagai sarana transmisi sederhana connectionless yang tidak memastikan kelengkapan data yang di kirimnya – berbeda dengan TCP. Dalam

penjabarannya, Naughton menyatakan bahwa dibutuhkan waktu enam bulan untuk memastikan kesiapan protokol yang kemudian dikenal sebagai IPv4 (Internet Protocol version 4).

Hampir enam tahun kemudian, setelah pengembangan dan eksperimen intensif yang melibatkan banyak pihak, TCP/IP secara resmi menggantikan NCP pada 1 Januari 1983 sebagai pengganti dengan ditetapkannya flag-date. Transisi yang terjadi setelah “direncanakan dengan hati-hati dalam komunitas selama beberapa tahun sebelum terjadi…” (jelasn Leiner dkk ditahun 2009). Penting untuk dicatat bahwa Internet pada waktu itu tidak sebesar Internet saat ini – terdiri dari hanya sekitar empat ratus simpul dan transisinya masih membutuhkan beberapa tahun untuk dinyatakan komplit. Juga, karena pengembanganya masih didanai oleh ARPA, mereka memiliki kewenangan untuk menetapkan dan melakukan transisi tersebut.

Dalam perkembangan selanjutnya ARPANET berubah nama menjadi Internet. Meskipun Internet awalnya dibiayai oleh pemerintah untuk keperluan militer, namun berubah pada awal tahun 1990-an dimana jaringan yang selama ini tertutup, secara bertahap bergeser menjadi jaringan terbuka. Internet mulai digunakan tidak hanya untuk penelitian, pendidikan dan pemerintahan, tetapi juga pengguna kalangan bisnis dan pribadi. Selanjutnya, beberapa bisnis mulai mengoperasikan jaringan mereka sendiri, sehingga memungkinkan lebih banyak orang untuk terhubung ke jaringan Internet. Awalnya, hanya dua puluh dua negara yang terhubung ke Internet pada awal 1990-an, pada akhir 1990-an, ini telah berkembang sepenuhnya menjadi lebih dari 200 negara. Internet berkembang menjadi jaringan terdistribusi secara global yang terdiri dari berbagai jaringan yang saling terhubung secara voluntary.

Namun, sementara Internet mendapatkan popularitas yang luar biasa di luar prediksi pendiri Internet itu sendiri, Robert Taylor, Internet mengalami keterbatasan jumlah alamat yang tersedia dan fitur yang diperlukan untuk mengakomodasi perkembangan teknologi. Teknologi Internet hadir di berbagai bidang kehidupan. Akibatnya, IPv4 yang menjadi protocol utama Internet mulai menunjukan keterbatasannya. Belum lagi permasalahan lain untuk mengakomodir kebutuhan seperti dukungan mobilitas, keamanan dan lainnya. Oleh karena itu, IPv6 diperkenalkan sebagai standar baru untuk menggantikan IPv4. IPv6 memiliki beberapa peningkatan fitur yang diyakini dapat menawarkan solusi komprehensif untuk Internet saat ini dan di masa mendatang.

Di sisi lain, transisi itu tidak semulus yang diharapkan. Transisi dimulai hampir dua dekade lalu, namun hingga saat ini, adopsi IPv6 masih sangat jarang. Terlepas dari metode yang digunakan untuk mengukur serapan IPv6, OECD ditahun 2014 melaporkan bahwa implementasi IPv6 masih dalam tahap awal meskipun telah lebih dari 20 tahun keberadaannya. Mengapa hal tersebut terjadi? Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut tidak segera diatasi? Tentunya hal ini menarik untuk kita kaji lebih mendalam dikesempatan lain.

Dedy Syamsuar

    Deprecated: Function get_option was called with an argument that is deprecated since version 5.5.0! The "comment_whitelist" option key has been renamed to "comment_previously_approved". in /var/www/html/public_html/sis.binus.ac.id/wp-includes/functions.php on line 6031