School of Information Systems

Mengenal UX Audit (Part 2)

Pada artikel sebelumnya, Mengenal UX Audit (Part 1), telah membahas beberapa hal terkait pengertian, tujuan, pelaksana, serta hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum mulai melakukan UX Audit. Pada part 2 artikel ini, akan fokus membahas mengenai elemen-elemen yang akan diaudit dan langkah-langkah dalam melakukan Audit UX.

Beberapa elemen yang akan menjadi fokus bagi UX Auditor untuk diaudit yaitu:

  1. Usability Heuristics – Terdapat 10 prinsip umum desain interaksi yang dibuat oleh Jakob Nielsen dan digunakan menjadi dasar dari banyak audit desain UX, yaitu:
    1. Visibilitas Status Sistem: Memastikan bahwa pengguna mengetahui status sistem saat ini sehingga dapat memahami dampak interaksi yang mereka lakukan.
    2. Kesamaan Sistem dengan Kenyataan: Desain perlu dirancang dengan kata-kata maupun konsep yang familiar dengan pengguna, serta produk yang bersifat logis dan intiuitif sehingga pengguna dapat memahami maupun menggunakan produk tersebut secara mudah.
    3. Kontrol Pengguna dan Kebebasan: Desain yang dibuat perlu memberikan kesan bahwa pengguna dapat melakukan kontrol secara bebas.
    4. Konsistensi dan Standar: Semakin tidak konsisten suatu desain, maka pengguna akan membutuhkan waktu akses yang semakin lama sehingga berakibat pada rendahnya nilai pengalaman pengguna. Sehingga, penting untuk menggunakan standar umum serta menerapkan desain yang konsisten.
    5. Pencegahan Error: Desainer perlu sebisa mungkin meminimalisir kemungkinan terjadinya error.
    6. Pengenalan Daripada Mengingat: Pengguna tidak perlu mengingat apa yang dilakukan oleh masing-masing elemen desain, melainkan mengenali secara mudah ketika dihadapi secara langsung dengan elemen-elemen tersebut.
    7. Fleksibilitas dan Efisiensi Penggunaan: Desain memungkinkan pengguna untuk melakukan fleksibilitas dalam kegiatan mereka pada desain tersebut.
    8. Estetika dan Desain Minimalis: Desain perlu dibuat sesederhana namun semenarik mungkin sehingga pengguna tidak mengeluarkan usaha yang banyak ketika menggunakan produk tersebut.
    9. Membantu Pengguna Mengenali, Mendiagnosa, dan Pulih dari Error: Pesan error perlu menyampaikan apa yang salah dan bagaimana cara mengatasinya sehingga memudahkan pengguna memperbaiki kesalahan.
    10. Pertolongan dan Dokumentasi: Dokumentasi produk diperlukan agar memudahkan pengguna memahami fitur-fitur yang ditawarkan oleh produk, serta hal-hal yang perlu dicapai.
  2. Pengalaman PenggunaAuditor akan menganalisa hasil data analitik untuk bisa menentukan dampak desain yang dibuat terhadap alur pengguna ketika menggunakan desain termasuk keseluruhan pengalaman pengguna. Apabila diperlukan, usability testing juga dapat dilakukan untuk secara spesifik memahami masalah yang dihadapi oleh sebagaian besar pengguna.
  3. Evaluasi Design System – Design system menjadi bagian penting bagi desain guna menjaga keberlanjutan dan konsistensi. Auditor perlu mengevaluasi design system untuk memastikan tiap komponen design telah sesuai dengan tujuan pengalaman pengguna maupun branding guidelines.
  4. Aksesibilitas – Desainer perlu memastikan bahwa desain yang mereka buat bersifat inklusif untuk seluruh pengguna. Hal ini perlu dipastikan kembali oleh auditor yang akan melakukan pengecekan mulai dari warna, font, maupun komponen sajian lainnya yang dapat digunakan juga oleh pengguna-pengguna yang mengalami gangguan pengelihatan. Apabila memungkinkan, desain juga dapat dirancang dalam mode terang maupun gelap sehingga juga mampu untuk mengakomodasi pengguna yang memiliki pengelihatan sensitif.

Setelah memastikan bahwa auditor telah memahami elemen-elemen yang akan mereka cek ketika melakukan audit UX, berikut adalah langkah-langkah yang akan dilakukan ketika membuat UX Audit.

  1. Pengumpulan Metriks dan Data – Berikut merupakan beberapa sumber metrics dan materi yang dapat berguna dalam audit:
    1. Evaluasi Produk Heuristik: Melakukan penelusuran kognitif produk untuk dapat melihat hal dari sudut pandang pelanggan. Penting untuk mencoba mencapai tujuan pengguna dan fokus untuk mengidentifikasi potensi hambatan sehingga menghasilkan data kualitatif.
    2. Analisa Website dan Mobile: Analisa ini akan menghasilkan informasi kuantitatif, seperti menghasilkan sumber lalu lintas, arus lalu lintas, serta tren dari waktu ke waktu. Selain itu juga adanya fungsi canggih yang menjelaskan aliran pengguna pada situs web, serta apa yang mereka lakukan sesudah dan sebelum mengunjungi situs website.
    3. Tingkat Konversi atau Angka Penjualan: Tingkat penjualan berguna untuk mengetahui
    4. Wawancara Stakeholder atau Survey Pengguna: Pentingnya untuk melakukan wawancara stakeholder seperti pemilik produk dan pengembang, bertanya mengenai wawasan mengenai rencana produk, persyaratan, dan tantangan pengembangan yang sedang berlangsung, serta apa yang mereka harapkan dari audit UX.
    5. Persyaratan Produk Sebelumnya: Agar dapat memperoleh akses ke persyaratan asli aplikasi dapat mampu menghemat waktu dan memahami mengapa keputusan desain tersebut terjadi.
  2. Mengorganisir Data – Data dan metriks yang telah dikumpulkan dari tahapan sebelumnya dapat dikumpulkan ke dalam spreadsheets maupun docs yang dapat dibuat berbasis cloud sehingga dapat digunakan secara kolaboratif dengan Auditor UX lainnya maupun pihak terkait. Beberapa contoh spreadsheets maupun docs yang dapat menjadi referensi dalam pengorganisasian data adalah UserFocus dan gov.
  3. Menganalisa Data – Auditor dapat menganalisa yang telah diorganisir untuk kemudian menentukan adanya hambatan yang dialami pengguna ketika berinteraksi dengan desain. Adapun metode yang dapat digunakan untuk dapat menganalisa data seperti dengan melakukan data mining, card sorting, serta insight incubation. Pada tahapan ini, dapat juga ditentukan alur pengguna yang dapat meningkatkan pengalaman pengguna, menyarankan A/B testing, maupun melakukan dokumentasi masalah yang dapat menghambat.
  4. Merekomendasikan Kemungkinan Peningkatan – Rekomendasi peningkatan perlu disampaikan oleh auditor, lengkap dengan cara implementasinya agar mampu memenuhi kebutuhan bisnis dan tujuan pengguna. Beberapa rekomendasi peningkatan bisa seputar:
    1. Desain Visual: Desain dapat ditingkatkan setelah melihat hasil analisa data, dimana beberapa pertanyaan yang dapat meningkatkan respon berupa improvement dalam hal desain visual adalah:
      1. Apakah logo yang dibuat telah jelas dan mudah ditemukan?
      2. Apakah pesan yang disampaikan lewat desain telah sesuai dengan target pengguna?
  • Apakah warna, tekstur, maupun font mampu mewakili merk secara akurat?
  1. Desain Responsif: Desain yang dibuat dapat menyesuaikan dengan ukuran layar device terbaru maupun yang sebelumnya belum disesuaikan, mengukur performa website, maupun menyarankan peningkatan teknis agar waktu load dari website tidak terlalu lama. Salah satu hal yang dapat dilakukan seperti mengurangi ukuran gambar, maupun mengeliminasi plugins dan scripts yang kurang diperlukan.
  2. Kejelasan Pesan: Seluruh pesan yang tertera pada desain produk perlu dicek lebih lanjut untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan telah tepat baik secara konteks maupun posisi. Peningkatan mungkin dilakukan apabila terdapat kata-kata yang masih ambigu.
  3. Aksesibilitas: Kepastian akan desain yang memiliki sifat inklusif, guna memastikan bahwa desain dapat digunakan oleh penyandang disabilitas menjadi hal yang dapat ditingkatkan apabila desain sekarang ini masih belum bisa memfasilitasi hal ini. Lighthouse Google dapat menjadi salah satu alat bantu untuk dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang ada pada produk yang belum bersifat inklusif.
  1. Melakukan Pelaporan Hasil – Laporan hasil dapat disusun berdasarkan masalah, quick wins, saran A/B test, dampak, dan tantangan untuk bisa mengidentifikasi area potensial yang dapat meningkatkan ROI. Dalam melakukan pelaporan hasil, terdapat 4 poin yang akan membantu pertimbangan penulisan hasil, yaitu:
    1. Relevansi: Apakah produk telah menangani masalah pengguna? Apakah terdapat kesenjangan antara ekspektasi pengguna dengan realita yang dirasakan pengguna ketika menggunakan produk?
    2. Value proposition: Apakah nilai yang ingin disampaikan ke pengguna telah jelas dan meyakinkan?
    3. Kegunaan: Apakah ada ambiguitas dan ketidakpastian dalam tampilan produk yang dirasakan oleh pengguna? Atau pengguna secara intuitif langsung memahami apa yang harus mereka lakukan pada tampilan produk tersebut?
    4. Aksi: Apakah CTA telah terlihat jelas dan relevan? Apakah telah efisien mengajak pengguna?

Setelah seluruh kegiatan audit berjalan, auditor perlu memastikan bahwa seluruh tujuan audit telah terpenuhi. Bagian terakhir artikel ini, yaitu Part 3, akan membahas mengenai hasil-hasil UX Audit serta tips untuk bisa melakukan UX Audit secara efektif.

Referensi:

Michelle Andriana

    Deprecated: Function get_option was called with an argument that is deprecated since version 5.5.0! The "comment_whitelist" option key has been renamed to "comment_previously_approved". in /var/www/html/public_html/sis.binus.ac.id/wp-includes/functions.php on line 6031