School of Information Systems

Meningkatkan pemahaman dalam mendesain User Experience (UX) melalui wawancara

Sebelum seorang desainer user experience (UX) membuat suatu design kreatif, mereka perlu meningkatkan pemahaman secara menyeluruh terkait produk dan keinginan dari masyarakat atau penggunanya. Sebagaimana diketahui bahwa penggunaan UX harus dapat memberikan pengalaman yang bermanfaat dan relevan bagi pengguna melalui pengembangan teknologi agar kehidupan sehari-heri menjadi lebih efisien.

Hal utama yang perlu dilakukan oleh desainer UX adalah mencari tahu persyaratan apa saja yang diinginkan oleh pengguna dari produk, layanan, ataupun suatu sistem tertentu yang ditawarkan. Desainer dapat mempelajari persyaratan-persyaratan tersebut dengan mengumpulkan berbagai jenis informasi melalui penelitian berupa wawancara, pengamatan aktivitas, karakteristik, serta masalah yang dihadapi oleh masyarakat, memfokuskan pada kategori orang-orang tertentu, bahkan dapat dilakukan juga membuat suatu lokakarya.  Pada artikel ini, saya akan lebih memfokuskan pada penelitian persyaratan user experience melalui wawancara.

Wawancara pada penelitian merupakan bentuk percakapan yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi. Pada proses wawancara terdapat pewawancara serta orang yang diwawancarai atau responden. Pewawancara bertugas untuk mengoordinasi percakapan dengan memberikan beberapa pertanyaan yang bermanfaat selaku pihak yang membutuhkan informasi, sedangkan responden bertugas untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh pewawancara. Proses wawancara dapat dilakukan secara tatap muka maupun daring. Wawancara sendiri terdiri dari berbagai tipe, antara lain:

  • Wawancara terstruktur, dimana pewawancara memiliki standar pedoman tertentu yang harus sesuai dengan topik yang dibutuhkan.
  • Wawancara semi-terstruktur, dimana pewawancara memiliki serangkaian pertanyaan tertentu dan responden dapat menjawab dengan kata-katanya sendiri.
  • Wawancara tidak terstruktur, dimana pewawancara tidak memiliki pedoman secara spesifik.

Pada proses wawancara penelitian designer ux cenderung menggunakan wawancara semi-terstruktur yakni pewawancara memberikan pertanyaan utama sesuai topik yang kemudian ditambahkan dengan pertanyaan tambahan yang fleksibel karena lebih disesuaikan dengan tanggapan responden pada pertanyaan utama. Hal ini dilakukan untuk menspesifikasi pertanyaan agar informasi yang dikumpulkan dapat lebih mendalam dan lebih bermanfaat.

Untuk mencapai kesuksesan dalam proses penelitian melalui wawancara penting bagi desainer user experience dalam memperhatikan efektivitas dan efisensi dari proses wawancara. Berikut rangkaian yang dapat dilakukan apabila berencana untuk melakukan wawancara, antara lain:

  1. Mengetahui latar belakang dari projek yang dilakukan
  2. Menetapkan konteks yang akan diwawancarakan
  3. Menentukan target responden yang sesuai kebutuhan
  4. Mempersiapkan berbagai kebutuhan wawancara sebelum wawancara dimulai
  5. Melakukan wawancara secara tenang
  6. Memberikan pertanyaan-pertanyaan secara jelas
  7. Memastikan wawancara berjalan sesuai dengan perencanaan dan tepat waktu
  8. Meminimalisir pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan responden ke arah jawaban yang tidak relevan dan singkat seperti “Ya” atau “Tidak”
  9. Merefleksikan jawaban yang telah disampaikan oleh responden
  10. Tidak mengasumsikan suatu jawaban tertentu
  11. Apabila kurang memahami jawaban yang diberikan oleh responden dapat bertanya kembali untuk mengkonfirmasi jawaban tersebut
  12. Mengetahui waktu untuk mengakhiri wawancara apabila proses wawancara dirasa cukup
  13. Mengakhiri wawancara dengan membuat rangkuman yang terdiri dari aspek-aspek penting

Hasil wawancara yang dilakukan untuk penelitian kemudian disusun kembali dalam bentuk skenario yang konseptual dan terstruktur. Pengelolahan tersebut bertujuan untuk memudahkan informasi untuk dipahami serta terhindar dari pemahaman yang abstrak. Apabila informasi telah disusun, desainer ux dapat memberikan perhatian lebih pada masalah-masalah tertentu yang kemudian akan di modifikasi lebih lanjut sesuai dengan persyaratan yang disyaratkan.

Akhir kata, dalam mendesain suatu user experience penting bagi desainer melakukan proses analisis-desain-evaluasi secara berulang, meskipun hal tersebut tidak terlihat cukup efektif namun sangat penting untuk dilakukan dalam menghasilkan suatu user experience yang terbaik dan sesuai.

Referensi:

Benyon, David. (2019). Designing User Experience: A guide to HCI, UX and interaction design (4th Edition). 04. Pearson. United Kingdom. ISBN-13: 978-1292155517.

  1. Easwaramoorthy & Fataneh Zarinpoush, Imagine Canada. (2006). Interviewing for Research. Canada Volunteerism Initiative. Toronto.
Della Natasya, Ferdianto