School of Information Systems

Perfect Technology Assumption

Perfect Technology Assumption adalah anggapan suatu sistem akan berjalan di dasar keadaan pembedahan serta teknologi yang sempurna. Dalam melaksanakan ini mereka menghindari tugas-tugas yang mengenai kegagalan sistem, yang hendak mereka tambahkan kontrol setelah itu dalam proses desain. Konsep asupan teknologi yang sempurna dapat menolong analisis mengidentifikasi bila sesuatu kejadian dibutuhkan dalam fase analisis. Jika suatu sistem wajib merespons peristiwa walaupun sistem diimplementasikan dengan teknologi sempurna, secara tidak lansung kegiatan tersebut wajib dimasukkan. Dengan teknologi dan pengguna yang sempurna, maka teknologi pun bisa diandalkan.  

Sumber : John W. Satzinger, Robert B. Jackson, Stephen D. Burd. (2016). Systems Analysis and Design in a Changing World, 7th Edition. 7. Cengage Learning. -. ISBN: 978-1305117204 

Sepanjang analisi, kita wajib berada pada peristiwa di mana sistem hendak diminta untuk merespond dalam keadaan “sempurna”, dengan perlengkapan yang tidak pernah rusak, kapasitas untuk pemrosesan serta penyimpanan tidak terbatas serta orang-orang yang mengoperasikan sistem benar-benar jujur serta tidak pernah membuat kesalahan. Dengan anggapan teknologi yang sempurna, para analisis bisa melenyapkan peristiwa semacam “waktu untuk membuat cadangan database”. Asumsi Tentang First-Cut Sequence Diagram Asumsi teknologi yang sempurna Tidak menyertakan kontrol sistem seperti login/logout (belum).  

Pada tingkatan persyaratan, “secepat mungkin” merupakan “sekarang McMenamin dan Palmer ( 1984 ) memperkenalkan anggapan atau asumsi mengenai teknologi sempurna, yang mengatakan kalau dalam spesifikasi persyaratan sistem. Kita wajib mengabaikan batas apa yang dimiliki tiap implementasi. Menurut anggapan ini, sistem menciptakan tanggapannya secara praktis. Anggapan teknologi yang sempurna berarti kalau suatu sistem sudah siap untuk diimplementasikan, wajib menciptakan responsnya cukup cepat, agar di setiap kejadian selanjutkan akan terjalani. Anggapan teknologi yang sempurna lebih universal karena menyatakan tidak hanya pada keterbatasan fitur keras yang lain, semacam memori terbatas, wajib diabaikan pada tingkatan persyaratan. Pernyataan bahwa rangsangan yang terjadi pada waktu yang sama dinyatakan sebagai respon memiliki suatu konsekuensi paradoks yang dapat memunculkan sebab dan akibat yang terjadi pada saat yang sama. Paradoks ini terwujud jika kita hanya menyadari bahwa asumsi atau anggapan teknologi sempurna kompatibel dengan kenyataan bahwa dalam implementasi nyata apa pun efek yang terjadi setelah suatu penyebabnya terjadi. 

Referensi : https://courses.acs.uwinnipeg.ca/2913-001/5-UseCases.pdf 

Ferdianto