School of Information Systems

Efek Ikut-ikutan (Bandwagon Effect): Mengapa Buruk & Bagaimana Menghindarinya

Apa yang dimaksud dengan efek Bandwagon? 

Efek Groupthink and Bandwagon adalah jenis bias kognitif di mana kami percaya peristiwa, ide, dan tren semata-mata karena sebagian besar orang mempercayainya. Berpihak pada seorang penantang dalam pertandingan tinju karena banyak orang mendukungnya adalah contoh dari bias ini. 

Orang yang terkena Efek Bandwagon umumnya tidak meneliti dan mengemukakan pendapat mereka sendiri. Sebaliknya, mereka menggalang pendapat orang lain dan menganggapnya sebagai milik mereka. Keyakinan mungkin atau mungkin tidak benar. Groupthink dan efek Bandwagon terkait dengan psikologi kawanan. Mentalitas kawanan atau mentalitas massa menggambarkan bagaimana orang dapat dipengaruhi oleh rekan-rekan mereka untuk mengadopsi perilaku tertentu secara tidak rasional. Efek groupthink juga menggambarkan sentimen yang sama tetapi populasi umum mempengaruhi orang, bukan teman sebaya. 

Mengapa efek Bandwagon buruk? 

Berikut adalah beberapa alasan mengapa efek ini dianggap buruk. 

  • Mempengaruhi pemikiran rasional. 

Ketika kita memihak berdasarkan orang-orang yang mendukungnya, jelas kita tidak berpikir rasional. 

  • Melompat ke kesimpulan. 

Karena efeknya, kita langsung mengambil kesimpulan tanpa memproses apakah itu benar atau tidak. Hal ini menyebabkan masalah yang tak terhitung jumlahnya seperti tuduhan palsu. 

  • Dapat membahayakan orang yang tidak bersalah. 

Melompat pada bandwagon menyebabkan masalah seperti merusak reputasi orang yang tidak bersalah. Tuduhan palsu atau informasi yang salah akan meninggalkan bekas buruk pada reputasi seseorang bahkan setelah terbukti bersalah.t 

Bagaimana cara menghindari efek Bandwagon? 

Mengingat seberapa buruk efeknya, kami telah mengumpulkan beberapa cara untuk menghindarinya. 

  • Selalu crosscheck informasi di internet 

Memeriksa validitas informasi apa pun diperlukan. Menanyakan sumber atau memeriksa berbagai situs membantu kita mencapai kesimpulan yang kredibel. 

  • Cobalah untuk tidak langsung mengambil kesimpulan 

Melompat ke kesimpulan inilah yang memungkinkan efek Bandwagon menjadi begitu efektif. Selalu bersikap netral sampai cukup bukti diberikan. 

  • Lebih berpikiran terbuka 

Kita tidak bisa menggunakan tindakan masa lalu sebagai contoh. Mentalitas seperti “Dia tidak akan melakukan hal seperti itu” atau “Itu belum pernah terjadi sebelumnya” harus dihindari. 

Bandwagon Effect in Social Media 

Bandwagon Effect adalah salah satu bias kognitif yang paling efektif. Dan sekarang media sosial berada pada puncaknya, efeknya menjadi lebih berbahaya. Media sosial menjadi katalisator untuk efeknya berkembang. Budaya internet’s cancel atau online shaming  adalah contoh sempurna betapa buruknya efek Bandwagon. Cancel culture adalah orang-orang di internet mencoba membuktikan kepada orang-orang tentang kesalahan seseorang.  

Orang-orang yang menuduh orang lain dengan kejahatan yang mungkin atau mungkin tidak mereka lakukan telah menjadi jauh lebih umum. Video di YouTube berjudul “Terungkap” atau “Kebenaran tentang ..” dan situs berita membuat klaim sendiri tanpa bukti adalah contoh paling umum. Orang-orang berkomentar tentang pendapat mereka tanpa meneliti dan langsung mengambil kesimpulan dan memulai efek Bandwagon. Media sosial, bagaimanapun, tidak hanya membawa buruk. Ada kasus di mana efek Bandwagon yang sama membantu orang bangkit kembali. Dengan acara amal dan penggalangan dana, media sosial juga membawa kegembiraan bagi banyak orang. Masalah terbesar adalah orang tidak mengecek informasi di internet. 

Kesimpulan 

Efek Bandwagon bias pada acara tergantung pada jumlah orang yang mendukungnya. Semakin banyak pendukungnya, semakin tinggi pula kemungkinan orang lain juga akan mendukung acara tersebut. Ini adalah efek yang sangat umum terlihat hampir di semua orang. Ini juga digunakan secara luas dalam pemasaran dan politik. Menghindari efeknya adalah suatu keharusan agar kita dapat memproses peristiwa dengan benar secara ringkas. 

References: 

Nuril Kusumawardani