School of Information Systems

Risk Culture

Risk culture adalah bagaimana langkah atau perilaku dari semua personil berinteraksi dan bagaimana persepsi terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan risiko. Yang dimaksud dengan perspeksi adalah segala keputusan yang dilakukan ketika risiko terjadi dan cara melakukan pekerjaan.

Risk culture ini akan mempengaruhi dan juga mengatur segala sasaran dan strategi dalam bsinis. Risk culture yang baik dapat membantu untuk meminimalisir risiko dan kerugian serta mampu menciptakan peluang yang dapat memberikan keuntungan kompetitif dalam bisnis.

Pembangunan Risk Culture

Berikut ada 3 hal penting dalam proses pembangunan risk culture dalam suatu organisasi

  1. Risk Governance

Risk governance berisi tentang penjelasan peran dan tanggung jawab direksi dan dewan komisaris dalam proses pengelolaan risiko organisasi. Selain itu juga mencakup sumber daya dan wewenang fungsi ‘Chief Risk Officer’ dan juga unit management risiko, dan juga mencakup audit internal. Dan juga mencakup segala asesmen independent terhadap IT governance.

  1. Kerangka kerja Risk Appetite Statement

Penyusunan kerangka kerja ini harus bersifat mudah dipahami  oleh seluruh direksi dan dewan komisaris serta komite dan unit manajemen risiko dan juga unit audit internal. Dan juga penyusunan kerangka kerja ini harus jelas. Kerangka kerja Risk Appetite Statement ini mencakup:

  • Penentuan limit risiko yang jelas untuk setiap kategori risiko
  • Penentuan dari peran dan tanggung jawab direksi dan juga dewan komisaris dalam menentukan serta menyetujui pernyataan risk appetite statement
  • Menggabungkan Risk Appetite Statement dengan strategi dan perencanaan bisnis dari organisasi tersebut
  1. Praktik kompensasi yang mendukung perilaku untuk pengambilan keputusan berbasis risiko yang patut dan sepadan

Penetapan kompensasi direkdi dan juga dewan komisaris harus bersifat tramsparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan fairness. Segala kompensasi harus mempertimbangkan risiko prospektif dan manfaat yang sudah atau akan diwujudkan.

Penyebaran Risk Culture

Setelah adanya pembangunan risk culture, maka orgaisasi harus melakukan pemantauan atas perkembangan dari risk culture tersebut. Apakah risk culture tersebut tersebar dan tertanaman dengan baik pada organisasi tersebut atau tidak.

Ketika melakukan penyebaran (monitoring) risk culture, ada 4 hal yang setidaknya harus dicermati dan dipastikan sudah terwujud, yaitu:

  1. Tone from the top

Yang dimaksud dari tone from the top ada;ah seluruh komitmen, kepemilikan, keterlibatan aktif dan juga konsistensi perilaku direksi dan dewan komisaris dalam melakukan pengelolaan risiko organisasi tersebut.

  1. Akuntabilitas

Yang dimaksud dari akuntabilitas adalah setiap karyawan pada organisasi tersebut harus emngerti nilai inti orgnaisasi. Karyawan juga harus memiliki sikap capable agar dapat mengerjakan peran yang diahrapkan dari organisasi dan memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki sifat akuntabel dalam setiap Tindakan yang mereka lakukan.

  1. Komunikasi pro-aktif

Yang dimaksud dari komunikasi pro-aktid adalah komunikasi yang ada pada organisasi tersebut harus terbuka dan melibatkan seluruh karyawan sehingga mereka dapat lebih kritis dalam menghadapi tantangan yang akan dihadapi oleh organisasi

  1. Insentif

Tujuan insentif adalah untuk mendukung internalisasi nilai-nilai inti dan nilai dari risk culture sendiri pada setiap tingkatan organisasi

Referensi

https://crmsindonesia.org/publications/membangun-budaya-risiko-dalam-manajemen-risiko/

Miftha Ningrum Saristika