Potensi stablecoin dan Central Bank Digital Currency (CBDC) sebagai pintu masuk bagi ekosistem blockchain
Stablecoin merupakan salah satu kripto asset yang semakin mendapatkan daya tarik dari masyarakat dimana value yang dimilikinya jauh lebih stabil daripada crytopcurrency biasanya, atau bisa juga diartikan sebagai koin yang dapat memecahkan masalah yang selama ini dialami oleh kripto asset yaitu volatilitas. Nilai dari koin ini berpatokan pada nilai benda fisik yang harganya stabil seperti emas, komoditas, atau Dollar Amerika Serikat. Dollar AS dianggap merupakan mata uang yang bersifat global, tetapi tidak terikat dengan bank sentral dan memiliki volatilitas yang rendah. Stablecoin juga dianggap memiliki konsep yang baik dan integrasi yang mudah untuk mitra serta kemampuan pertukaran yang baik.
Stablecoin memungkinkan pengguna untuk menikmati manfaat mata uang digital berbasis blockchain, termasuk keamanan, privasi, biaya rendah, dan transparansi, sambil membantu mengurangi masalah volatilitas harga ekstrem yang sering dihadapi oleh kebanyakan cryptocurrency. Jadi pengguna tidak perlu khawatir dengan fluktuasi harian seperti cryptocurrency yang biasanya. Hal ini yang membuat stablecoin memiliki banyak potensi dalam penggunaan dunia nyata hingga ke depannya, antara lain :
1. Stablecoin dapat digunakan sebagai mata uang sehari-hari atau trading mainstream. Dengan didukungnya koin ini oleh hukum, maka keamanannya terjamin. Stablecoin juga dapat digunakan sebagai alat pembayaran di luar negeri sehingga tidak perlu ada konversi mata uang fiat yang berbeda.
2. Value dan stabilitas yang diberikan oleh stablecoin sangat baik untuk bisnis dan individu secara global, karena koin ini memiliki akses universal ke mata uang nasional yang ditetapkan. Pengiriman uang lebih cepat dan terjangkau untuk para pekerja migran. Biaya transaksi juga jadi lebih murah dan lebih efisien untuk melakukan pembayaran kepada pemasok luar negeri.
3. Koin ini juga memberikan keuntungan yang besar di seluruh ekosistem layanan keuangan secara keseluruhan, seperti pinjaman. Misalnya dengan adanya system terdesentralisasi, maka stablecoin dapat membantu untuk memastikan lingkungan yang dapat diandalkan untuk transaksi P2P berlangsung tanpa perlu menggunakan sebuah cryptocurrency yang volatile untuk melakukan transaksi.
4. Koin ini bisa menjadi tempat berlindung yang aman apabila tiba-tiba pasar jatuh. Biasanya pasar jatuh karena pengguna dapat memindahkan dana mereka dari cryptocurrency yang sangat volatile ke stablecoin dalam hitungan menit tanpa harus memindahkan kembali modalnya ke fiat.
5. Stablecoin dapat membuat exchange cryptocurrency bisa beroperasi lebih baik karena dapat mengatasi masalah dan menawarkan pasangan trading crypto-fiat, dengan didukung oleh USD. Ini akan sangat membantu dalam penerapan trading cryptocurrency secara keseluruhan dan lebih mudah bagi pendatang baru, karena mereka dapat terus berpikir dalam bentuk dolar atau euro, bukan dalam value bitcoin yang sangat berfluktuasi.
Stablecoin dibagi menjadi 4 kategori utama, antara lain :
- Fiat-Collaterized Stablecoins
Fiat-Collaterized Stablecoins merupakan struktur stablecoin yang paling sederhana dimana dijamin atau didukung oleh mata uang fiat, seperti USD, EUR, atau GBP, dengan rasio 1:1.
Artinya adalah setiap 1 stablecoin sama dengan 1 unit mata uang. Jadi untuk setiap stablecoin yang ada, maka ada mata uang fiat yang nyata yang ditahan di rekening bank untuk mendukungnya. Koin ini sangat mudah dipahami bagi siapapun yang baru mengenal cryptocurrency yang dapat memungkinkan adopsi teknologi baru ini secara lebih luas. Selama ekonomi negara yang dipatok tetap stabil, maka dijamin nilai koin tersebut tidak akan berfluktuasi. Contoh fiat-collaterized stablecoins yang paling popular adalah Tether (USDT) dimana sekarang menjadi cryptocurrency terbesar ke-9 dengan kapitalisasi pasar dan memiliki volume trading harian tertinggi dari setiap cryptocurrency.
- Commodity-Collaterized Stablecoins
Commodity-collateralized stablecoins didukung oleh jenis lain dari aset yang interchangeable, seperti logam mulia. Komoditas paling umum yang dijaminkan adalah emas, tetapi ada juga yang didukung oleh minyak, real estate, dan berbagai logam mulia lainnya. Pemegang jenis stablecoin pada dasarnya memegang asset nyata yang memiliki value nyata. Komoditas-komoditas ini bahkan memiliki potensi untuk menghargai value dari waktu ke waktu, yang dapat memberikan insentif yang meningkat bagi penggunanya. Contoh yang paling popular dalam jenis stablecoin ini adalah Digix Gold (DGX) dimana merupakan sebuah token ERC-20 yang didukung oleh emas fisik. Jadi 1 DGX mewakili 1 gram emas.
- Cypto-Collaterized Stablecoins
Crpto-Collaterized Stablecoins merupakan bentuk stablecoin yang paling kompleks dan mereka juga belum memperoleh banyak daya Tarik dari masyarakat. Akan tetapi, koin ini didukung oleh cryptocurrency lainnya sehingga dapat mendistribusikan risikonya. Hal ini memungkinkan stablecoin jenis ini jauh lebih terdesentralisasi daripada yang didukung oleh fiat, karena semuanya dilakukan dengan blockchain. Contoh yang paling popular dari jenis stablecoin ini adalah DAI dimana merupakan stablecoin yang memiliki value nominal yang dipatok ke USD, tetapi sebenarnya didukung oleh ETH yang dikurung dalam smart contracts.
- Non-Collaterized Stablecoins
Non-collaterized stablecoin tidak didukung oleh apapun, dimana mungkin masih dilihat sebagai koin yang memiliki volatile yang tinggi. Jenis koin ini menggunakan pendekatan yang diatur secara algoritmik untuk mengontrol pasokan stablecoin sehingga model ini dikenal sebagai saham seignorage. Stablecoin inilah yang paling terdesentralisasi dan independen, karena tidak dijaminkan pada asset apa pun. Apabila dollar AS dan seluruh market crypto menjadi crash, stablecoin ini yang akan bertahan dan tetap stabil. Contoh dari non-collaterized stablecoin adalah Basis dimana secara algoritme menyesuaikan pasokan untuk menjaga harga tetap stabil.
Salah satu contoh stablecoin yang paling terkenal adalah United States Dolar Tether (USDT). USDT atau biasa disebut Tether ini diciptakan oleh Jan Ludovicus van der Velde dimana merupakan token digital yang dibuat menggunakan teknologi blockchain untuk merepresentasikan atau mewakili uang fiat yang dimiliki dan disimpan oleh perusahaan Tether Limited yang berada di Hong Kong. Nilai 1 unit USDT setara degan nilai 1 dolar AS dan dapat ditukar menjadi uang fiat termasuk rupiah. Indodax dan tokocrypto.com yang menjadi salah satu bursa kripto di Indonesia, menyediakan USDT ini. USDT juga digunakan untuk mempermudah transfer uang lintas negara, karena tidak lagi menggunakan system transfer yang seperti biasanya. Dalam hal biaya transfer, akan jauh lebih murah apabila menggunakan USDT untuk transfer ke luar negeri.
Versi pertama dari USDT ini dibuat di jaringan blockchain bitcoin dengan bantuan OMNI Layer Protocol. Protokol ini sifatnya memandu jalannya transaksi data digital pada blockchain bitcoin dan memastikan nilai yang ditransfer tetap stabil. Walaupun Tether belum dikeluarkan oleh pemerintahan yang berwenang, tetapi ia sudah berhasil masuk ke dalam 3 besar cryptocurrency dengan kapitalisasi pasar paling banyak. Tujuan utamanya adalah untuk memfasilitasi transaksi antara pertukaran cryptocurrency dengan kurs dolar Amerika Serikat. Ide ini ditujukan untuk memanfaatkan peluang arbitrase berkecepatan tinggi tanpa menggunakan transfer bank yang lambat.
USDT tersedia pada beberapa jaringan blockchain, seperti Ethereum (ERT-20), Tron (TRC 20), dan OMNI. Untuk mengirim dan menerima USDT dari dompet lainnya harus menggunakan jaringan yang sama dan sesuai. Misalnya, jika pengirim USDT menggunakan wallet ERC-20, maka penerimanya juga harus menggunakan wallet yang sama. Apabila wallet yang digunakan berbeda atau salah hanya satu huruf saja, dana yang kita kirimkan bisa hilang dalam jaringan blockchain. Jadi, harus selalu pastikan ketika kita akan mengirimkan dana yang ada. Selain itu, USDT pun juga ditukarkan dengan rupiah, begitu juga sebaliknya.
Pada intinya, yang membuat stablecoin ini dapat memiliki peluang yang sangat baik untuk ke depannya karena stabilitas dari nilainya dan juga regulasi yang terjamin. Bahkan Bank Sentral dari Swiss juga mengatakan bahwa mereka yakin stablecoin yang diterbitkan dari bank yang teregulasi dan diaudit, maka dapat memberikan tingkat transparansi dan kepercayaan tertinggi. Hal ini yang menjadi salah satu factor penting untuk diadopsi yang lebih luas lagi. Transparansi memang menjadi hambatan besar untuk adopsi stablecoin secara luas dibandingkan dengan permasalahan teknis lainnya, tetapi transparansi dalam stablecoin sedang ditingkatkan lebih lagi. Cara pendekatan seperti ini juga akan memungkinkan pengembangan terhadap versi digital dari perdagangan aset akan semakin meluas.
Tidak hanya stablecoin yang sedang menjadi topik hangat dalam dunia cryptocurrency, CBDC juga sedang hangat-hangatnya dibicarakan. China membentuk mata uang digital baru yang akan mulai diujicobakan yaitu Central Bank Digital Currency (CBDC) dimana merupakan mata uang digital baru yang akan mulai diujicobakan oleh Bank Sentral China (People’s Bank of China / PBOC) untuk transaksi di sector pertanian mereka. PBOC menyebut CBDC dengan istilah “Digital currency Electronic Payment (DCEP)” yang diluncurkan pada bulan Oktober 2019 lalu. Yang istimewa dalam CBDC ini adalah proses pencetakan, distribusi, dan transaksi yang menggunakan platform blockchain. Singkatnya, CBDC ini adalah uang tunai yang dicetak dalam bentuk digital diatas blockchain platform dan dirancang agar nilainya setara dengan mata uang kertas suatu negara dan tunduk pada jaminan yang didukung pemerintah yang sama.
Bank sentral mengatakan bahwa CBDC harus aman, menyediakan system pembayaran yang murah dan efisien, menjaga atau meningkatkan inklusi keuangan, memiliki peran yang sesuai untuk sector swasta, serta dapat menjaga peran uang public di masyarakat. Penerapan CBDC ini juga memberikan penghematan luar biasa bagi bank Sentral terutama untuk biaya distribusi uang cash ke seluruh pelosok negeri. Laporan bank-bank sentral ini belum bisa diartikan sebagai dukungan atas mata uang digital, tetapi lebih mencari tahu apakah mata uang digital bisa digunakan (feasible). Pendukung mata uang digital berargumen bahwa mata uang digital dapat meningkatkan financial inclusion. Namun, ada juga kekhawatiran mata uang digital menjadi mengecualikan bank-bank komersil.
Memang tidak semua negara mendukung adanya CBDC ini. Namun, bank sentral pada negara Kanada, Singapura, dan Inggris mengatakan bahwa CBDC menjadi salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk memecahkan tantangan yang dihadapi ketika melakukan pembayaran lintas negara. Ketiga bank sentral tersebut mengatakan bahwa CBDC berupa Wholesale-CBDC (W-CBDC) dimana konsep ini menawarkan berbagai keuntungan termasuk ketersediaan layanan selama 24 jam, anonimitas, dan menghasilkan risiko kredit counterparty bagi para partisipan system. Kemudian bank-bank komersil seperti United Overseas Bank, HSBC, Toronto-Dominion Bank, dan Oversea-Chinese Banking Corporation menguraikan tiga model dari W-CBDC berdasarkan jangkauan geografis atau keterterimaannya, antara lain :
1. Currency-specific yang hanya dapat dikirimkan dan ditukarkan dalam negara asal, tetapi tidak ke wilayah lain. Model ini meminta bank sentral menyediakan dompet untuk W-CBDC dalam mata uang local. Sedangkan bank komersil diminta untuk membuka dompet dengan berbagai bank sentral yang menerbitkan mata uang yang ingin mereka pegang.
2. Currency-specific yang dapat dikirimkan dan ditukarkan di luar wilayah domestic. Model ini akan meminta bank sentral untuk menawarkan dukungannya ke beberapa token W-CBDC. Dengan demikian, bank komersil akan memegang sejumlah dompet W-CBDC bersama bank snetral local.
3. Melibatkan satu W-CBDC umum yang didukung oleh berbagai mata uang dimana hasilnya uang dapat dikirimkan dan ditukarkan di semua wilayah yang berpartisipasi. Namun kelemahannya adalah model ini membutuhkan dukungan dari sejumlah mata uang agar bisa takluk pada volatilitas pasar, dan jugan potensi manipulasi.
Cao Yan selaku direktur pelaksana Digital Renaissance Foundation percaya bahwa mempercepat peluncuran CBDC dapat membantu mengubah krisis yang terjadi karena pandemic ini menjadi sebuah peluang yang sangat besar, karena cryptocurrency sedang dipandang sebagai alat yang paling nyaman untuk menerjemahkan kebijakan suku bunga nol dan negative dari bank sentral menjadi bank umum. Selain itu, Decentralized Finance (DeFi) disebut-sebut juga sebagai pendorong penerbitan CBDC ini pada sejumlah negara. DeFi dianggap mampu menggantikan system keuangan pemerintah dan bank sentral. Sebenarnya prinsip CBDC ini hampir sama dengan stablecoin USDT yang bernilai dollar dimana penggunaannya mendapatkan manfaat kemudahan serta transaksi yang lebih cepat dan murah.
Pada intinya, CBDC dirancang agar nilainya setara dengan mata uang kertas suatu negara dan tunduk pada jaminan yang didukung pemerintah yang sama. Selain itu, bank sentral juga menerbitkan ini sebagai representasi digital dari mata uang fiat suatu negara. CBDC yang merupakan kolaborasi antara sector public dan swasta dalam eksplorasi mata uang dapat membantu bank sentral lebih memahami berbagai kemungkinan dan kemampuan teknologi yang tersedih sehubungan dengan CBDC. Maka dari itu, dengan berlandaskan pada teknologi blockchain, diharapkan mata uang ini dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional.