School of Information Systems

Pengenalan Smart Farming di Era Revolusi  Industri  4.0

Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai aktivitas sosial, pendidikan, ekonomi dan sebagainya selalu dikaitkan dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet. Kecanggihan teknologi era ini membuat banyak kondisi berubah. Misalnya saja di sektor pertanian yang mana menjadi mata pencaharian utama penduduk di Indonesia. Akan tetapi ada beberapa masalah di masyarakat Indonesia sehingga, smart farming ini belum dapat diterapkan secara optimal di seluruh wilayah Indonesia. Berikut ini adalah alasannya :

  1. Sumber Daya Manusia 

Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70 persen petani di Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah.

  1. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia 

Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu wilayah strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal.

Mengingat harga tanah yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di Indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam.

  1. Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat 

            Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam pengelolaan pertanian belum mampu diterima secara luas oleh para petani yang masih banyak memilih menggunakan peralatan tradisional dibanding peralatan teknologi canggih. Selain karena keterbatasan biaya, keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju teknologi untuk merambah sektor pertanian secara luas.

Di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup bagi para petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0 ini. Maka dari itu, pemerintah mulai memberlakukan penggunaan teknologi smart farming 4.0 sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyakarat Indonesia. Tujuannya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pertanian, serta mempermudah pengaturan logistik.

Penerapan metode Smart Farming 4.0 bukan sekadar tentang penerapan teknologi. Namun, kunci utama Smart Farming 4.0 adalah tentang data yang terukur. Apa saja yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai hasil produksi yang optimal? Apa yang harus dilakukan petani? Semua pertanyaan ini bisa dijawab dengan penerapan metode Smart Farming 4.0. Terdapat beberapa teknologi yang telah coba diaplikasikan dalam smart farming 4.0. Antara lain drone sprayer untuk menyemprot pupuk dan pestisida secara lebih presisi. Selain itu ada drone surveillance untuk memperoleh data kelembapan udara dan tanah, suhu, Ph tanah, kadar air, hingga estimasi masa panen. Teknologi mesin yang dipakai juga terintegrasi dengan aplikasi RiTx. Integrasi dilakukan sebagai peringatan dini jika terjadi anomali pada lahan. Selain itu sebagai rekomendasi pencegahan kerusakan lahan dan tanaman.

              Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai sektor hingga ke berbagai akses kehidupan. Namun, teknologi juga harus digunakan secara bijak dengan tetap melihat dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian misalnya, jangan sampai teknologi hanya dikuasai oleh segelintir orang atau merusak ekosistem yang ada tanpa mempedulikan keseimbangan lingkungan.

Sumber  : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4227382/genjot-hasil-pertanian-kemendes-terapkan-smart-farming

Ferry