School of Information Systems

“Software” Bajakan Merajalela, Hati-hati Jadi Korban

Dua tahun lalu, nilai peredaran software bajakan di Indonesia masih tergolong tinggi. Angkanya bisa mencapai 1,1 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 14,4 triliun sesuai kurs saat itu. Tingkat peredarannya pun menampilkan angka 84 persen dari software yang beredar. Laporan tersebut dirilis dari Business Software Alliance melalui survei pada 2015, lalu ditayangkan KompasTekno, Kamis (21/7/2016).

Meski demikian, tak berarti tahun ini nilai dan tingkat peredaran software bajakan menurun. Angka pastinya memang belum disurvei kembali, tetapi yang harus jadi perhatian adalah kerugian yang didapat akibat memakai peranti lunak bajakan. Rilis berisi kajian yang dikemukakan Microsoft dan National University Singapore (NSU) pada 21 Juni 2017 menyebutkan, penjahat dunia siber akan memanfaatkan peranti lunak bajakan untuk menyebar malware. Akibatnya, pengguna akan menjadi korban karena perangkat yang terpasang peranti itu rentan terkena serangan malware dan ancaman kerusakan lainnya.

“Faktanya, 92 persen dari laptop baru yang memasang software bajakan sudah terinfeksi malware,” ujar Associate Professor, Department of Electrical & Computer Engineering NUS, Biplap Sidar, dalam rilis tersebut. Jadi, kata dia, jangan merasa aman saat membeli perangkat baru. Kata lainnya, sama sekali tak ada jaminan selama peranti lunak yang dipakai tidak asli.

 

Jangan jadi korban

Penjelasan Sidar merujuk pada studi hasil survei yang dilakukan pihak mereka pada 2016. Bahkan, katanya tiga dari lima komputer pribadi di Asia Pasifik kedapatan menggunakan software bajakan.

Tanpa disadari, kata dia, software bajakanlah yang jadi media utama pelaku kejahatan siber menyebarkan malware.

Bagaimana caranya? Hal yang paling sering ditemui adalah lewat DVD dan CD. Kajian itu mengemukakan sebanyak 61 persen DVD dan CD software bajakan sudah mengandung malware.

Di dalamnya, rata-rata sudah terisi lima jenis malware. Agar tidak jadi korban, mereka pun menyarankan beberapa hal.

Pertama, penggunaan software asli adalah yang paling aman. Akan tetapi, bila terlanjur membeli perangkat baru yang belum terpasang dengan peranti lunak, usahakan untuk membeli computer atau laptop dari vendor yang sudah memiliki kredibilitas baik.

Kedua, jaga agar peranti lunak yang dipakai selalu di-update apabila ada notifikasi pembaruan. Biasanya pembaruan akan merujuk pada sistem keamanan yang paling sesuai dengan keadaan saat ini.

Ketiga, jangan memakai sistem operasi yang sudah expired atau tidak lagi ada update.

“Peretas dan penjahat dunia maya saat ini mahir memanfaatkan kerentanan teknologi informasi dan kesalahan manusia,” lanjut Keshav Dhakad, Assistant General Counsel & Regional Director, Digital Crimes Unit (DCU), Microsoft Asia.

Ia menjelaskan bahwa hal itu bisa merugikan organisasi atau individu secara finansial. Kejahatan siber, diprediksi bisa menelan biaya ekonomi global sekitar 6 triliun dollar AS pada 2021.

Cara lain juga bisa ditempuh dengan banyak membaca informasi mengenai cara membedakan peranti lunak yang asli dan bajakan. Melalui internet, ada banyak informasi seputar hal itu. Salah satunya bisa ditemukan pada situs web cariyangori.com. Kalau sudah telanjur jadi korban atau ingin komplain, situs tersebut juga menyediakan layanan “sampaikan keluhan” yang memungkinkan pengguna atau khalayak menyampaikannya langsung.

Sumber :

http://tekno.kompas.com/read/2017/07/31/08370067/-software-bajakan-merajalela-hati-hati-jadi-korban

Sulistyo Heripracoyo