School of Information Systems

MENGINTIP SAMPAH ELEKTRONIK DI NEGARA LAIN (Part 4)

MENGINTIP SAMPAH ELEKTRONIK DI NEGARA LAIN (Part 4)

Belajar dari India

Tahun 2007, para pecinta lingkungan hidup, yang menangkap sinyal peningkatan konsumsi barang-barang elektronik di India, mendesak pihak produsen agar ikut ambil bagian dalam upaya mengendalikan sampah elektronik yang berbahaya. Sekitar 300 juta penduduk India berstatus ekonomi menengah “berlomba” membeli barang-barang elektronik, seiring dengan persaingan global yang berdampak turunnya harga saat itu. Di India, tiap tahunnya 146.000 ton sampah elektronik dibuang tanpa ketentuan hukum yang spesifik(2007, ANTARA News).

Tahun 2009, India dihadapi oleh masalah sampah elektronik yang terus meningkat setiap tahunnya. Tahun ini terdapat sekira 420.000 ton sampah elektronik yang berasal dari lokal dan impor. Persoalan sampah merupakan masalah yang sangat pelik di India, apalagi terkait dengan sampah elektronik seperti komputer, PC, laptop, ponsel, pemutar musik, konsol game dan lainnya. Paling banyak sampah dikontribusi dari komputer PC dan ponsel. Kebanyakan sampah elektronik yang ada di India berasal dari perangkat teknologi hasil sumbangan negara-negara maju, seperti Amerika (Sarie, 2009,techno.okezone.com).

Penanganan sampah elektronik di India diatur dalam E-Waste (Management and Handling) Rules yang mulai berlaku pada 1 Mei 2012. Sebelum peraturan ini berlaku, sampah elektronik dimasukkan ke dalam peraturan The Hazardous Wastes (Management and Handling) Rules tahun 2003 yang mengatur tentang pengelolaan limbah industri (Nindyapuspa dan Trihadiningrum, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengutipdari Borthaku, 2012).

Peraturan The Hazardous Wastes (Management and Handling) Rules tahun 2003 tidak dapat menangani sampah elektronik dengan baik karena peraturan ini tidak dapat mengelola limbah yang berasal dari bekas penggunaan konsumen seperti sampah elektronik. Peraturan ini juga tidak mengatur sistem pengumpulan limbah dari rumah pribadi, sehingga untuk menangani sampah elektronik harus melalui prosedur penanganan limbah industri terlebih dahulu, yang sifatnya lebih rumit(Nindyapuspa dan Trihadiningrum, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Sumber utama sampah elektronik di India berasal dari sektor formal dan sektor informal. Sumber dari sektor formal berasal dari importir, produsen, penjual, konsumen, pedagang, dan agen besi tua. Sedangkan sumber dari sektor informal berasal dari pembongkar, pelebur, dan pendaur ulang. Hasil survey di kota Chennai, India, yang merupakan salah satu kota metropolitan di India, menjelaskan bahwa rata-rata penggunaan komputer skala rumah tangga berkisar antara 0,39 sampai 1,7 ton, televisi berkisar antara 1,07 sampai 1,78 ton, dan ponsel berkisar 0,88 sampai 1,7 ton(Nindyapuspa dan Trihadiningrum, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Belajar dari Amerika Serikat (AS)

Di tahun 2006, AS menghasilkan sekitar 236 juta ton sampah per tahun. Tahun 2007, AS produksi 254 juta ton sampah. Menurut laporan US National Center for Electronics Recycling (NCER) dan MIT, di tahun 2010, AS menghasilkan 258,2 juta unit komputer, TV dan ponsel -dengan catatan 171,4 juta di antaranya telah didaur ulang dan 14,4 juta unit telah diekspor. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk juga akan mempengaruhi jumlah produksi sampah.

AS tercatat sebagai negara penyumbang sampah perangkat elektronik terbesar di dunia setelah Cina. Negara adidaya itu tercatat memproduksi ratusan juta perangkat elektronik dalam setahun. AS memuncaki daftar negara penghasil sampah elektronik terbesar hingga tahun 2012 dengan menyumbangkan 9,4 juta metrik ton, setara 10,4 juta ton sampah. Padahal dalam hal produksi, AS menempati urutan kedua,yakni sebesar 11 juta ton perangkat elektronik, jika dibandingkan dengan Cina. Namunfenomenalnya, AS malah menjadi penyumbang sampah terbesar mengungguli Cina. Artinya, masyarakat di AS lebih konsumer terhadap barang-barang elektronik ketimbang masyarakat di China(Chandrataruna dan Ngazis, 2013, teknologi.news.viva.co.id).

AS mengatur penanganan sampah elektronik dalam Environmental Protecting Agency (EPA) nomor EPA-HQRCRA-2004-0012, yaitu Hazardous Waste Management System; Modification of the Hazardous Waste Program; Cathode Ray Tubes; Final Rule. Jenis sampah elektronik yang diatur dalam peraturan ini adalah jenis Cathode Ray-Tubes (CRT). Negara bagian di AS juga membuat peraturan mengenai penanganan sampah elektronik sendiri (Nindyapuspa dan Trihadiningrum, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Sebagai contoh di negara bagian California, membuat peraturan California Electronic Waste Recycling Act, di mana mengatur pembayaran biaya recovery produk elektronik dan California Cell Phone Recycling Act, di mana membuat sistem take back dalam pengumpulan ponsel yang sudah mencapai akhir masa pakai. Negara bagian Maine membuat peraturan tersendiri mengenai sampah elektronik rumah tangga, di mana dalam peraturan tersebut menggunakan sistem Extended Producer Responsibility (EPR) untuk menangani sampah elektronik yang berasal dari rumah tangga (Nindyapuspa dan Trihadiningrum, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Sumber sampah elektronik di AS berasal dari pabrik, rumah tangga, sektor bisnis, fasilitas umum, dan hasil impor. Keseluruhan sampah elektronik yang berasal dari sumber-sumber tersebut disalurkan ke perantara untuk dibuang ke landfill, didaur ulang, atau diekspor. Dalam hal ini, sampah elektronik berasal dari komputer bekas yang berasal dari sumber-sumber tersebut. Sebagian besar berasal dari rumah tangga, yaitu sekitar 40 juta komputer bekas. Sementara sekitar 5-6 juta komputer bekas di AS berasal dari sektor bisnis dan fasilitas umum (Nindyapuspa dan Trihadiningrum, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengutip Kahhat, 2012).

Belajar dari Swedia

Swedia adalah salah satu referensi negara yang sangat perhatian dengan masalah sampah. Swedia merupakan negara dengan tingkat daur ulang tertinggi di dunia, yaitu mencapai 99% sampahnya. Begitu hebatnya dalam mengolah sampah, Swedia berencana untuk mengimpor 800.000 ton sampah dari negara-negara Eropa untuk dijadikan energi dalam program Waste-to-Energy. Bandingkan dengan negara AS, hanya mampu mendaur ulang 34% sampahnya. Bisa dibayangkan jika 99% sampah dapat di daur ulang. Lingkungan menjadi bersih, tidak terjadi pencemaran tanah, lingkungan, dan tidak akan terjadi banjir akibat sampah yang tersumbat(Nathania, 2016, intisari-online.com).

Ternyata, Swedia memliki peraturan tentang daur ulang sampah yang sangat ketat. Diantara aturannya,pemakaian sampah lebih sedikit.Swedia menggunakan segala macam benda yang dapat didaur ulang. Seperti tempat makanan, minuman terbuat dari bahan yang dapat didaur ulang. Akibatnya, benda yang berakhir sebagai sampah selalu dapat didaur ulang. Selanjutnya, Swedia juga menerapkan pemilahan sampah sehingga proses daur ulang menjadi lebih cepat dan mudah (Nathania, 2016, intisari-online.com).

Daftar Pustaka

  • “Fakta – Limbah Elektronik (“E-Waste”) di Indonesia”. Didapat dari: http://www.antaranews.com/berita/49095/fakta–limbah-elektronik-e-waste-di-indonesia
  • “Meninjau Penanganan Sampah di Malaysia”. Didapat dari: http://pram70.blogspot.co.id/2006/09/meninjau-penanganan-sampah-di-malaysia_02.html
  • “Sampah Elektronik India Meningkat Seiring Ledakan Ekonomi”. Didapat dari: http://www.antaranews.com/berita/62586/sampah-elektronik-india-meningkat-seiring-ledakan-ekonomi
  • “Sampah Elektronik bisa menjadi Bom Waktu”. Didapat dari: http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-09-18/sampah-elektronik-bisa-menjadi-bom-waktu/1192360
  • Chandrataruna, Muhammad dan Ngazis, Amal Nur. 2013. “Ini Negara Penyumbang Sampah Elektronik Terbesar”. Didapat dari: http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/466986-ini-negara-penyumbang-sampah-elektronik-terbesar
  • Ertina, Nila. 2014. “Malaysia belajar pengolahan sampah ke Palembang”. Didapat dari: http://www.antarasumsel.com/berita/288914/malaysia-belajar-pengolahan-sampah-ke-palembang
  • Nathania, Lila. 2016. “Swedia, Negara yang Telah Berhasil Mendaur Ulang 99% Sampahnya”. Didapat dari: http://intisari-online.com/read/swedia-negara-yang-telah-berhasil-mendaur-ulang-99-sampahnya
  • Nindyapuspa, Ayu dan Trihadiningrum, Yulinah. “Kajian Tentang Pengelolaan Limbah Elektronik”. Didapat dari: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-29113-3309100017-Paper.pdf
  • Sancoko, Herry B. 2013. “Buang-buang Sampah di Sydney NSW, Australia”. Didapat dari: http://www.kompasiana.com/hsancoko/buang-buang-sampah-di-sydney-nsw-australia_552ca2056ea834741f8b459f
  • 2009. “India Dibanjiri 420.000 Ton Sampah Elektronik”. Didapat dari: http://techno.okezone.com/read/2009/10/28/56/270026/india-dibanjiri-420-000-ton-sampah-elektronik
  • Suharta, Daniel. 2010. “Pejabat Malaysia Saja Belajar Cara Mengelola Sampah di Jogja!”. Didapat dari: http://www.kompasiana.com/datasolusindo/pejabat-malaysia-saja-belajar-cara-mengelola-sampah-di-jogja_55002caba33311bb7450fe77
  • Zulkifli, Arif. 2013. “Belajar Mengelola Sampah Dari Jepang”. Didapat dari: http://informasi-lingkungan.blogspot.co.id/2013/06/belajar-mengelola-sampah-dari-jepang.html
Argogalih, S.E., M.M.