Knowledge Management pada Perusahaan
Proses bisnis perusahaan seperti perusahaan retail khususnya di Indonesia memiliki model yang hampir sama pada beberapa perusahaan sejenis. Supplier yang memasok produk kemudian di simpan digudang lalu disalurkan ke distributor atau display di toko merupakan gambaran umum tentang proses bisnis utama. Disamping itu beberapa proses penting lainnya berkaitan dengan pembayaran dengan lembaga keuangan baik yang melibatkan pemasok, distributor maupun pelanggan.
Standard Operation Procedur (SOP)di perusahaan menjadi sebuah keharusan yang akan menjadi sebuah pedoman. Selayaknya sebuah perusahaan dengan segala dinamika nya dalam perjalanan usahanya pasti akan menemukan masalah sebagai bagian dari proses bisnis yang ada. Karenanya pembaruan dari SOP menjadi hal yang tidak terpisahkan dari SOP itu sendiri. Disisi lain banyak asset perusahaan berupa pengetahuan atau keahlia belum terdokumnetasi dengan baik. Karenanya dibutuhkan sebuah manajemen pengetahuan ( Knowledge Management) yang menjadi media bagi penciptaan dan pendistribusian knowledge perusahaan.
Kelemahan dari perusahaan saat ini adalah Knowledege tersebut belum terdokumentasi dengan baik dan perusahaan belum memiliki konsep yang baik dan benar tentang KM.
Menurut Koskinen dan Pihlanto (2008) Knowledge Management merupakan berbagai kegiatan organisasi untuk mengidentifikasi, menciptakan, menggambarkan, dan membagikan pengetahuan untuk digunakan kembali, pengenalan, dan pembelajaran. Dengan demikian perusahaan harus memiliki cara untuk mengidentifikasi segala bentuk keahlian yang dimiliki karyawan serta mengidentifikasi knowledge dari luar perusahaan yang dapat digunakan oleh perusahaan. Selanjutnya perusahaan juga harus bisa menciptakan knowledge baru sebagai pengembangan asset knowledge yang ada. Setelah knowledge sudah dapat teridentifikasi maka upaya yang dilakukan adalah mengambil atau mendapatkan knowledge tersebut dari sumbernya. Proses mendapatkan knowledge dapat dilakukan dengan beberapa cara. Menurut Nonaka & Takeuchi (1995), salah satu cara untuk mengerti bagaimana pembagian pengetahuan berjalan adalah dengan menggunakan SECI Knowledge Creation Model. Mereka berpendapat pembuatan pengetahuan itu berbentuk spiral, bergerak dari tacit knowledge ke explicit knowledge dan kembali lagi. Singkatnya, pengetahuan terbuat dari interaksi antara tacit dan explicit knowledge. Menurut Wilde (2011, p20), Internal Knowledge (IK) di dapat dari sumber informasi dari dalam perusahaan. Secara kontras, External Knowledge (EK) di dapat dari luar perusahaan seperti internet atau tenaga ahli perusahaan lain yang harus didapat. Pengambilan pengetahuan dari luar perusahaan merupakan sebuah keuntungan karena bisa menghilangkan proses penelitian dan pengembangan yang memakan waktu lama. Perlu disebutkan kalau IK di dalam perusahaan bisa digunakan langsung sementara EK tidak selalu tersedia. Namun EK bisa menjadi sangat menguntungkan ketika diperlukan.
Langkah berikutnya adalah mendistribusikan knowledge tersebut kepada seluruh karyawan perusahaan. Proses ini dapat dilakukan dengan pelatihan baik untuk karyawan maupun training for trainer. Sehingga dapat tercipta sebuah knowledge management yang baik untuk perusahaan.