School of Information Systems

Perbedaan RTO dan RPO untuk Business Continuity Planning (BCP)

Dalam dunia bisnis yang semakin dinamis, ancaman gangguan operasional seperti bencana alam, serangan siber, atau kegagalan sistem dapat terjadi kapan saja. Untuk meminimalkan dampaknya, organisasi perlu menerapkan Business Continuity Planning (BCP) atau Rencana Kelangsungan Bisnis. BCP adalah kerangka kerja yang dirancang untuk memastikan bahwa operasi bisnis dapat terus berjalan atau cepat pulih setelah terjadi gangguan. 

Dua komponen kunci dalam BCP adalah Recovery Time Objective (RTO) dan Recovery Point Objective (RPO). Keduanya menentukan seberapa cepat sistem harus dipulihkan dan seberapa banyak data yang dapat hilang sebelum berdampak signifikan pada bisnis. Memahami perbedaan antara RTO dan RPO sangat penting untuk merancang strategi pemulihan yang efektif. 

Apa Itu RTO (Recovery Time Objective)? 

Recovery Time Objective (RTO) adalah waktu maksimum yang dapat diterima untuk memulihkan sistem atau proses bisnis setelah terjadi gangguan sebelum menimbulkan kerugian besar. RTO mengukur seberapa cepat suatu bisnis harus kembali beroperasi. 

Contoh: Jika sebuah e-commerce menetapkan RTO 4 jam, maka sistem pemesanan harus kembali online dalam waktu 4 jam setelah terjadi gangguan. Jika RTO terlampaui, bisnis dapat mengalami kerugian finansial, reputasi, atau kehilangan pelanggan. 

Faktor yang memengaruhi RTO: 

  1. Tingkat ketergantungan bisnis pada sistem (semakin kritis, semakin rendah RTO). 
  2. Dampak finansial dan operasional jika sistem down. 
  3. Ketersediaan sumber daya (tim IT, infrastruktur cadangan). 

 

Apa Itu RPO (Recovery Point Objective)? 

Recovery Point Objective (RPO) adalah jumlah maksimum data yang dapat hilang atau tidak tersimpan sebelum mengganggu operasi bisnis. RPO mengukur seberapa sering backup data harus dilakukan untuk meminimalkan kehilangan informasi. 

Contoh: Jika sebuah bank menetapkan RPO 1 jam, maka sistem backup harus menyimpan data setiap jam sehingga maksimal data yang hilang hanya 1 jam terakhir. Jika terjadi kegagalan sistem, data yang lebih lama dari 1 jam sebelumnya sudah tersimpan di backup. 

Faktor yang memengaruhi RPO: 

  1. Frekuensi update data (semakin sering data berubah, semakin rendah RPO). 
  2. Toleransi kehilangan data (bisnis dengan data sensitif seperti keuangan memerlukan RPO sangat rendah). 
  3. Kapasitas penyimpanan backup (backup lebih sering membutuhkan lebih banyak sumber daya). 

Perbedaan Utama RTO dan RPO 

Aspek  RTO (Recovery Time Objective)  RPO (Recovery Point Objective) 
Fokus  Waktu pemulihan sistem  Jumlah data yang boleh hilang 
Pertanyaan Kunci  “Berapa lama sistem boleh down?”  “Seberapa banyak data boleh hilang?” 
Metrik  Diukur dalam jam, menit, atau hari  Diukur dalam frekuensi backup (per jam, per hari) 
Contoh  Sistem harus kembali online dalam 6 jam  Backup data harus dilakukan setiap 30 menit 
Dampak jika tidak terpenuhi  Gangguan operasional berkepanjangan  Kehilangan data penting 

Pentingnya Menetapkan RTO dan RPO dalam BCP 

  1. Meminimalkan Downtime – Dengan RTO yang jelas, tim IT tahu target waktu pemulihan sehingga bisnis tidak terlalu lama terganggu. 
  2. Mencegah Kehilangan Data Besar – RPO membantu menentukan seberapa sering backup harus dilakukan agar tidak ada data penting yang hilang. 
  3. Mengoptimalkan Biaya – Menetapkan RTO/RPO yang realistis membantu mengalokasikan sumber daya secara efisien (misalnya, tidak perlu investasi berlebihan untuk RTO yang terlalu ketat jika bisnis bisa toleransi downtime lebih lama). 
  4. Mematuhi Regulasi – Beberapa industri (seperti perbankan dan kesehatan) memiliki aturan ketat tentang data availability dan recovery, sehingga RTO/RPO harus sesuai standar compliance. 

Referensi 

  1. Gibb, F., & Buchanan, S. (2006). “A framework for business continuity management.” International Journal of Information Management, 26(2), 128-141. 
  2. Herbane, B., Elliott, D., & Swartz, E. (2004). “Business continuity management: time for a strategic role?” Long Range Planning, 37(5), 435-457. 
  3. ISO 22301:2019 – “Security and resilience – Business continuity management systems – Requirements.” 
  4. Toigo, J. W. (2003). Disaster Recovery Planning: Preparing for the Unthinkable. Prentice Hall. 

 

Erin