School of Information Systems

Technophobia: Definisi, Penyebab, dan Dampak

Istilah technophobia merujuk pada ketakutan atau kecenderungan negatif terhadap teknologi atau perubahan teknologi. Hal ini melibatkan kekhawatiran yang berlebihan terhadap penggunaan teknologi baru atau kecemasan terhadap pengaruhnya terhadap masyarakat atau individu. Technophobia dapat terjadi pada tingkat individu maupun kolektif dan memiliki dampak yang luas dalam kehidupan sehari-hari. Secara definisi, technophobia merujuk pada ketakutan, kecemasan, atau kekhawatiran yang berlebihan terhadap teknologi dan perubahan teknologi (Khasawneh, 2018). Hal ini dapat meliputi ketidaknyamanan terhadap perangkat teknologi, ketidakmampuan untuk mengadopsi teknologi baru, atau keyakinan bahwa teknologi memiliki dampak negatif pada masyarakat atau kehidupan pribadi.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab Technophobia antara lain:

1. Ketidakfamiliaran (Brosnan, 2002) dengan teknologi baru atau kompleks dapat menjadi penyebab technophobia. Orang-orang mungkin merasa takut atau tidak nyaman dengan teknologi yang tidak mereka pahami sepenuhnya.

2. Pengaruh Budaya (Osiceanu, 2015) juga berperan dengan technophobia. Representasi teknologi dalam budaya populer dan media sering kali mengekspos aspek negatif atau ancaman teknologi, yang dapat memperkuat rasa takut terhadap teknologi.

3. Ketidakpastian dan Ketidakamanan berkontribusi terhadap enggannya pengguna mengadopsi suatu teknologi (Martínez-Córcoles et al., 2017). Perubahan teknologi dapat menciptakan rasa ketidakpastian dan ketidakamanan sehingga mempengaruhi prilaku orang. Ketika orang merasa tidak siap atau tidak memiliki kendali terhadap perubahan tersebut, mereka dapat mengembangkan technophobia sebagai respons.

4. Pengalaman negatif dengan teknologi, seperti kegagalan sistem atau ancaman keamanan data, dapat memperkuat ketakutan terhadap penggunaan teknologi.

5. Kesenjangan dalam aksesibilitas dan pemahaman teknologi dapat menciptakan rasa takut atau cemas terhadap teknologi di kalangan individu atau kelompok yang merasa tertinggal.

Apakah teknophobia berdampak positif atau justru sebaliknya? Ini menjadi hal menarik yang dapat diskusikan. Pertama, Technophobia dapat menghambat kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi teknologi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hal pekerjaan, pendidikan, atau interaksi sosial. Kedua, Orang-orang dengan technophobia cenderung mempertahankan cara lama atau tradisional dalam melakukan tugas atau aktivitas, yang dapat membatasi pertumbuhan dan inovasi. Ketiga, phobia terhadap tehnologi juga dapat menyebabkan peningkatan kesenjangan digital. Hal ini akibat ketakutan atau keengganan untuk mengadopsi teknologi dapat memperdalam kesenjangan digital antara mereka yang mahir dalam teknologi dan mereka yang tidak. Keempat, technophobia dapat membatasi partisipasi dalam kegiatan sosial dan interaksi online, mengarah pada isolasi sosial dan keterbatasan dalam terhubung dengan orang lain. Juga, dalam konteks profesional, technophobia dapat menghambat kemampuan seseorang untuk bersaing dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dalam lingkungan kerja.

Ilustrasi Technophobia dalam Film Terminator

Dalam film Terminator yang diperkenalkan pada tahun 1984 dimana pada saat itu penggunaan computer tidak semasif seperti pada saat ini. Technophobia digambarkan sebagai reaksi yang berlebihan terhadap teknologi canggih dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat mengarah pada konsekuensi yang serius. Kisah Terminator menggambarkan mesin-mesin yang memiliki kecerdasan buatan yang sangat maju dan melebihi kemampuan manusia, yang akhirnya menjadi ancaman bagi keberadaan manusia itu sendiri.

Film ini mengilustrasikan bahwa technophobia dapat muncul karena kekhawatiran akan hilangnya kendali manusia atas teknologi. Sarah Connor, salah satu karakter utama dalam film, awalnya tidak memiliki kecenderungan resistant terhadap teknologi canggih. Namun, ketika dia menyadari potensi ancaman yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut, khususnya melalui kehadiran Terminator, dia mengembangkan ketakutan yang mendalam terhadap teknologi.

Dalam konteks film ini, technophobia memberikan keuntungan dalam arti bahwa karakter Sarah Connor menjadi lebih waspada dan berusaha melindungi dirinya serta umat manusia dari ancaman teknologi tersebut. Dalam hal ini, technophobia dapat mendorong kesadaran akan potensi bahaya teknologi yang berlebihan dan memotivasi tindakan pencegahan. Namun, di sisi lain, technophobia dalam skala yang berlebihan juga dapat berdampak negatif. Ketakutan yang berlebihan terhadap teknologi dapat menghambat kemajuan dan inovasi. Dalam film Terminator, keengganan terhadap teknologi canggih berpotensi membatasi upaya manusia dalam mengembangkan kecerdasan buatan yang positif dan memanfaatkan potensi teknologi untuk kepentingan manusia.

Sikap yang Disarankan dalam Menghadapi Technophobia:

Pertanyaan seriusnya bagaimana sikap yang sebaiknya diambil dalam menghadapi technophobia? Disini penting untuk mencari keseimbangan yang tepat antara kekhawatiran yang rasional dan penerimaan teknologi yang sehat. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat diterapkan:

1. Pendidikan dan Kesadaran: Pendidikan tentang teknologi dan pemahaman yang lebih baik tentang manfaat serta potensi risikonya dapat membantu mengurangi ketakutan yang tidak beralasan dan menggantinya dengan pengetahuan yang objektif.

2. Responsibilitas Individu: Penting untuk memahami bahwa teknologi pada dasarnya adalah alat yang dapat digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Sebagai individu, kita memiliki tanggung jawab untuk menggunakan teknologi dengan bijaksana dan mempertimbangkan dampaknya terhadap diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan.

3. Keamanan dan Privasi: Fokus pada keamanan dan privasi dalam pengembangan dan penggunaan teknologi menjadi penting. Upaya perlindungan data pribadi dan pengamanan infrastruktur teknologi dapat membantu mengurangi kekhawatiran terhadap risiko yang berhubungan dengan teknologi.

4. Adaptabilitas dan Kemampuan Belajar: Dalam era perubahan teknologi yang cepat, penting untuk memiliki kemampuan belajar dan adaptabilitas. Mempelajari dan menguasai teknologi baru dapat membantu mengurangi ketakutan dan meningkatkan keterampilan yang relevan dalam lingkungan yang terus berkembang.

Referensi:

BROSNAN, M. J. 2002. Technophobia: The psychological impact of information technology, Routledge.

KHASAWNEH, O. 2018. The Conceptual Gap Between Technophobia and Computer Anxiety and Its Empirical Consequences.

MARTÍNEZ-CÓRCOLES, M., TEICHMANN, M. & MURDVEE, M. 2017. Assessing technophobia and technophilia: Development and validation of a questionnaire. Technology in Society, 51, 183-188.

OSICEANU, M.-E. 2015. Psychological implications of modern technologies:“technofobia” versus “technophilia”. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 180, 1137-1144.

Dedy Syamsuar