School of Information Systems

Peran Penting Kuesioner dalam User Experience Design dan prinsip pembuatannya

Sebelum melangkah lebih jauh, perlu kita pahami terlebih dahulu apa itu kuesioner? Banyak peneliti berbasis masalah sosial yang banyak menyebut kata kuesioner dalam proses penelitiannya. Sebenarnya kuesioner itu apa? Kuesioner adalah suatu media yang digunakan untuk mengambil sejumlah data yang cukup besar. Data – data tersebut diambil dari sampel tertentu sesuai dengan kebutuhan peneliti. Lalu, data apakah yang ingin diambil oleh peneliti tersebut? Data yang diambil tersebut dapat berupa data tanggapan atau opini dari masing – masing responden, data berbasis angka, data berbasis list (daftar), dan masih banyak lagi.

Lalu, muncul banyak pertanyaan terkait mengapa data tidak diambil dengan menggunakan metode wawancara? Pada hakikatnya, metode pengumpulan data seperti wawancara dan kuesioner memiliki tujuan yang sama yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh user. Perbedaan yang mencolok adalah dari segi kuantitas responden. Kuesioner adalah metode yang cukup efektif untuk mengumpulkan data berskala besar. Dikarenakan kurangnya atau terbatasnya sumber daya yang akan mengumpulkan data, maka metode kuesioner dapat digunakan.

Selanjutnya, banyak orang berada di pihak kontra untuk menggunakan metode kuesioner dikarenakan data yang didapatkan kurang dalam dan detail. Hasil data yang didapatkan dari metode wawancara sangat detail. Namun jika peneliti membutuhkan data yang besar, maka metode wawancara kurang efektif.

Kuesioner merupakan metode yang cukup efektif, namun untuk membangun suatu kuesioner yang baik dan benar tidaklah mudah. Seluruh pertanyaan yang terkandung di dalam kuesioner harus disusun secara sistematis, clear, dan mudah dipahami oleh responden terkait. Oleh karena itu, untuk membentuk sebuah kuesioner yang penuh, akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Dikarenakan jika pertanyaan tersebut ambigu dan kurang jelas, responden malah akan salah menangkap pertanyaan kebutuhan peneliti, sehingga data dari hasil kuesioner akan menjadi kurang relevan dan tidak dapat dipercaya.

Setelah menghasilkan data yang begitu banyak dari metode kuesioner, peneliti akan mengolah data itu dengan beberapa macam cara, salah satunya dengan menggunakan teknik statistika. Penghitungan statistika yang digunakan dapat beragam bergantung model pada kebutuhan yang diinginkan oleh peneliti. Metode statistika paling sederhana yang dapat digunakan oleh peneliti adalah regresi. Data kuantitatif yang berupa rentang atau interval dapat diolah dengan metode statistika. Akan tetapi, data kualitatif seperti tanggapan atau opini dari responden tidak dapat dihitung dengan metode tersebut, akan lebih efektif jika dianalisa dengan pemikiran manusia atau peneliti itu sendiri. Data kualitatif akan dikumpulkan, diolah, dan disimpulkan dengan sangat detail.

Lalu apa korelasinya kuesioner dengan para desainer User Experience? Desainer User Experience membutuhkan feedback atau tanggapan dari seluruh user yang menggunakan aplikasi atau web si desainer. Desainer akan lebih fleksibel dan menuruti keperluan atau kemauan para user agar apa yang ia desain dapat memuaskan usernya.

Lalu, bagaimana desainer tersebut mendapatkan feedback langsung dari para user? Jika kita menyadari, kita sebenarnya pernah melihat dan mengisi kuesioner dari desainer suatu aplikasi tersebut. Jika kita pernah mengunduh dan menggunakan suatu aplikasi, tidak lama setelah kita menggunakan aplikasi tersebut akan muncul beberapa iklan atau pop up dilayar kita untuk memberikan feedback mengenai aplikasi tersebut, atau yang paling sederhana adalah dengan memberikan rating pada aplikasi tersebut. Banyak aplikasi yang mana kita diminta untuk mengisi berapa bintang untuk aplikasi tersebut. Berikut Contohnya :

Pada gambar disamping ini, terdapat permintaan dari pengembang aplikasi untuk memberikan rating dan komen pada aplikasi tersebut. Kita sebagai user sebaiknya menginformasikan tingkat kepuasan kita kepada desainer aplikasi tersebut, untuk dilakukan perbaikan demi kepuasan user atau kepuasan Anda sendiri. Karena data kuesioner tersebut akan digunakan sebagai dasar desainer dalam mengubah tampilan aplikasinya.

Banyak bentuk kuesioner yang dapat kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari. Dalam proses pembuatan kuesioner itu tidaklah mudah, diperlukan keterampilan untuk membuat kuesioner dengan sangat rapi dan terstruktur. Berikut prinsip yang harus dipegang teguh dalam membuat sebuah kuesioner :

  1. Jelas

Pertanyaan yang disusun haruslah jelas dan mengarah langsung, hindari penggunaan kata yang terlalu bertele – tele atau memutar – mutar. Langsung pada inti pertanyaan yang ingin diajukan. Selain itu, hindari pula penggunaan kata yang berkonotasi double negatif, contoh : Tidak bisakah satu platform tidak menyediakan layanan informasi saldo?. Hal tersebut akan membuat responden membaca banyak kali untuk memahami dengan benar satu pertanyaan tersebut. Jika banyak pertanyaan seperti contoh tesebut dilakukan, maka lama – kelamaan responden akan malas dan tidak bersemangat lagi untuk menjawab kuesioner tersebut. Tambahan pula, hindari pertanyaan – pertanyaan yang berkonotasi ganda (ambigu). Hal tersebut akan membuat responden kebingungan dalam menangkap maksud dari pertanyaan tersebut.

  1. Membantu ingatan responden

Data yang diambil dari hasil kuesioner kebanyakan adalah data – data peristiwa yang sudah dilalui oleh pengguna (user). Alangkah baiknya kita membuat pertanyaan yang akan membuat user teringat peristiwa yang lalu. Pertanyaan tersebut sebaiknya kita berikan jangka waktu yang logis, contoh dalam sepekan ini,…. Dengan demikian, user akan mengingat – ingat kejadian dalam sepekan ini. Hal tersebut dapat melatih daya ingat manusia. Oleh karena itu, diperlukan time line yang sangat jelas dari suatu pertanyaan agar responden menarik ingatannya ke masa lalu.

  1. Membuat responden lebih semangat dan bersedia untuk menjawab seluruh komponen kuesioner

Membuat responden bersemangat dalam menjawab dapat dilakukan dengan beragam cara. Cara yang paling sederhana adalah dengan menanyakan hal – hal yang umum yang mudah untuk dijawab tanpa menggunakan otak. Pertanyaan basa – basi juga diperlukan untuk membuat responden bersemangat, namun kuantitas pertanyaan yang tidak berkaitan juga harus ditekan demi mendapatkan data yang relevan untuk ditelti. Usahakan seluruh pertanyaan yang menggunakan otak untuk berpikir terkait memori masa lalu wajib diletakkan di bagian akhir kuesioner. Karena jika pertanyaan yang sangat berat sudah diletakkan diawal kuesioner, maka responden akan langsung tidak mood atau minat untuk mengisinya.

  1. Menghindari bias

Pada proses penyusunan kuesioner, hendaknya si pembuat wajib memikirkan apakah hasil dari jawaban responden yang akan terjadi nantinya akan menciptakan bias. Oleh karena itu, sebaiknya semaksimal mungkin kita harus menghindari bias.

  1. Mudah mengutarakan

Terkadang pertanyaan yang kita ajukan kepada responden terlalu rumit untuk dijelaskan. Sebenarnya, responden menangkap dan memahami pertanyaan yang Anda ajukan, namun responden sulit mengutarakan jawaban tersebut dengan kata – kata. Oleh karena itu, kita sebagai pembuat kuesioner sebaiknya memikirkan apakah jawaban ini cukup sulit untuk diutarakan atau tidak. Jika sulit, sebaiknya pembuat kuesioner menggunakan trik mengisi rentang jawaban berbasis angka. Seperti menanyakan tingkat favoritas seorang responden terkait suatu hal, sebaiknya menggunakan jawaban dengan skala 1 hingga 10, sehingga responden dapat mengisinya dengan mengira – ngira sendiri. Hal tersebut akan lebih mudah dibandingkan dengan responden yang diharuskan mengutarakan dengan kata – kata.

  1. Dapat menyaring responden

Dalam memilih sampel responden, sebaiknya pembuat kuesioner dapat mengetahui dengan jelas karakteristik yang dimiliki oleh responden tersebut. Jangan sampai responden yang kita tanyai belum pernah melakukan atau belum pernah mengetahui terkait hal – hal yang kita tanyai. Contoh: kita ingin mengambil data terkait tingkat kepuasan user terhadap aplikasi m-BCA, tetapi responden yang kita mintai untuk menjawab belum pernah sama sekali menggunakan aplikasi m-BCA tersebut dikarenakan responden tersebut tidak menggunakan layanan dari Bank BCA. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang relevan untuk diolah, sebaiknya kita sebagai pembuat kuesioner menargetkan responden yang sangat tepat untuk penelitian yang kita ingini.

Referensi :

  1. https://media.neliti.com/media/publications/157311-ID-langkah-langkah-menyusun-kuesioner.pdf
Andreano Gutiries Awalia, Ferdianto