Memahami Teknik dan Persyaratan dalam Mendesign UX
Apa itu Persyaratan?
Dalam mendesign suatu produk, diperlukan persyaratan yang akan membantu designer dalam mendesign UX dari produk tersebut. Hal ini dikarenakan designer UX perlu mencari tahu terlebih dahulu apa yang diperlukan dan diinginkan oleh klien mereka terhadap produk yang akan didesign nanti. Dengan mencari tahu terlebih dahulu apa yang diperlukan kliennya, maka designer UX akan lebih mudah dalam mengembangkan produk mereka. Dalam persyaratan itu sendiri, berisi segala keinginan berupa kustomisasi dari klien yang bisa dijadikan acuan bagi designer untuk mengembangkan produk.
Menurut Robertson and Robertson, 1999, persyaratan adalah ‘sesuatu yang harus ada dalam produk atau kualitas yang harus dimiliki suatu produk’. Designer akan mempelajari aktivitas saat ini serta mengumpulkan cerita dari kliennya sehingga akan menghasilkan banyak informasi yang akan membantu mereka.
Terkadang ada banyak perdebatan tentang istilah mana yang harus digunakan untuk persyaratan kegiatan, berikut merupakan istilah yang sering digunakan:
- Requirements gathering, persyaratan ini menunggu untuk diambil, namun memerlukan sedikit interaksi antara designer dan pemangku kepentingan.
- Requirements generation, dalam persyaratan ini disarankan aktivitas yang lebih kreatif dan cenderung tidak menekankan ke praktik saat ini.
- Requirements elicitation, persyaratan yang menunjukkan beberapa interaksi antara pemangku kepentingan dan designer.
- Requirements engineering, persyaratan yang sering digunakan dalam proyek rekayasa perangkat lunak, di mana biasanya merupakan pendekatan yang sangat formal.
Template Persyaratan
Menurut Robertson and Robertson (1999), terdapat elemen lain yang akan menambah nilai spesifik dari suatu persyaratan, yaitu:
- Kriteria untuk mengukur apakah persyaratan telah dipenuhi
- Nilai untuk pentingnya persyaratan, bisa dalam bentuk skala 1-5
- Adanya ketergantungan dan konflik dengan persyaratan lain
- Mengubah riwayat.
Berikut ini merupakan contoh requirement template dari Volere:
Gambar 1. Requirements Template Volere
Aturan MoSCoW
Ketika seorang designer akan segera mengembangkan produk berdasarkan persyaratan yang telah ditinjau dari kliennya, maka pengambilan keputusan perlu dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengambil keputusan prioritas dan relatif diminati oleh kliennya untuk dijadikan design UX. Sebab kita tahu bahwa dari sekian banyaknya persyaratan yang tentu membutuhkan sumber daya yang tidak terbatas, maka ada 1 persyaratan yang cocok untuk dikembangkan saat ini dan sesuai dengan kebutuhan kliennya. Penggunaan aturan MoSCoW akan membantu mengklasifikasikan persyaratan menjadi 4 hal yaitu:
- Must Have – persyaratan mendasar di mana tanpa sistem, maka tidak akan berfungsi dan tidak berguna. Namun, merupakan subset minimum yang dapat digunakan secara efektif.
- Should have – menjadi penting ketika ada lebih banyak waktu tersedia, tetapi dengan adanya sistem, maka persyaratan akan berguna dan dapat digunakan tanpa mereka (waktu).
- Could have – sebenarnya kurang penting, sehingga bisa tidak dipakai dalam pengembangan produk saat ini.
- Want to have but Won’t have this time round – dapat menunggu hingga perkembangan selanjutnya.
Teknik Riset UX
Berbagai macam teknik dapat dilakukan oleh designer untuk mengumpulkan persyaratan-persyaratan dari kliennya. Beberapa di antaranya adalah expert review, eye movement tracking, field studies, usability testing, remote usability testing, user personas, card sorting, interviews, questionnaires, dan sebagainya. Berbagai teknik tersebut dapat dipilih salah satu atau salah duanya untuk mengumpulkan persyaratan dari klien.
Teknik yang paling sering dijumpai adalah questionnaires, di mana designer akan menanyakan berbagai pertanyaan yang sesuai dengan data yang diperlukan untuk design UX nanti. Kuisioner mampu merampingkan proses pemahaman ketika banyak orang ingin disurvei, namun tidak tersedia sumber daya yang mencukupi untuk mewawancarai mereka secara individu.
Perlu diketahui, walaupun dalam menggunakan kuisioner akan mempersingkat waktu pengumpulan informasi, namun membuat kuisioner itu sendiri ternyata cukup memakan waktu. Hal ini karena isi pertanyaan kuisioner harus mencakup ke-4 hal ini yaitu:
- dapat dimengerti
- tidak ambigu
- dapat mengumpulkan data yang benar-benar menjawab pertanyaan evaluasi
- dapat dianalisis dengan mudah.
Gambar 2. Contoh Questionnaires Template
Teknik kedua yang sering digunakan oleh designer adalah interviews. Teknik ini dapat digunakan oleh designer untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap dari kliennya. Jika pada kuisioner designer dapat melakukannya dalam rentang waktu yang cepat, maka sedikit berbeda dengan wawancara. Di dalam wawancara, designer akan fokus mengumpulkan informasi secara men-detail untuk kebutuhan design UX sehingga akan memerlukan waktu yang lama untuk mengumpulkan data. Akan tetapi wawancara merupakan salah satu cara paling efektif untuk mengetahui apa yang diinginkan orang dan masalah apa yang mereka hadapi saat ini, sebab designer akan langsung berbicara dengan mereka. Ketika melakukan wawancara, pertanyaan yang diajukan haruslah terstruktur serta mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sebelumnnya sehingga dihasilkan data yang detail.
Biasanya dalam melakukan wawancara, skenario dan cerita menjadi alat bantu yang berguna untuk memahami aktivitas dan membantu menghindari orang membayangkan (atau merekonstruksi) situasi secara abstrak. Prototype yang dipunyai designer seperti sketsa kertas hingga produk setengah jadi, akan berfungsi untuk memudahkan klien dalam memahami produk design UX yang akan mereka dapatkan nanti.
Teknik lain yang juga mudah untuk digunakan dalam mengumpulkan informasi dari klien adalah card sorting. Teknik ini sangat mudah untuk disiapkan, mudah juga dipahami klien, merupakan bentuk penelitian yang murah karena bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, serta klien dapat langsung memberikan saran kepada designer untuk ide-ide awal proyek.
Selain card sorting, ada pula user personas yang pasti tidak asing lagi ditelinga kita. User personas menjadi representasi fiktif dari pengguna ideal. Dalam membuat user persona, maka kita akan fokus pada tujuan pengguna, karakteristik yang mereka miliki dan sikap yang mereka tampilkan. Kita juga memeriksa apa yang diharapkan pengguna dari produk. Persona ini sendiri dibuat dari penelitian terhadap pengguna sehingga kita dapat melihat bagaimana potret kehidupan nyata dari seorang pengguna untuk nantinya dijadikan referensi dalam mendesign UX.
Referensi
Benyon, David. (2019). Designing User Experience: A guide to HCI, UX and interaction design (4th Edition). 04. Pearson. United Kingdom.
Interaction Design Foundation. 2020. 7 Great, Tried, and Tested UX Research Techniques. https://www.interaction-design.org/literature/article/7-great-tried-and-tested-ux-research-techniques. Diakses tanggal 24 November 2021.