School of Information Systems

Akankah Chatbots Menggantikan Search Engines

Kemajuan teknologi chatbot dapat membawa perubahan besar dalam hal mencari jawaban. Tetapi kita sebagai makhuk yang memiliki kebiasaan—masih menggunakan mesin telusur, seperti Google, Bing, DuckDuckGo, dll. untuk menjawab pertanyaan langsung.  Saat sedang memeriksa cara mengeja kata yang sulit atau mencari cara mudah untuk memperbaiki ritsleting, mesin telusur telah menjadi sumber tujuan konsumen selama bertahun-tahun. Namun, cara kitamencari online telah berkembang pesat sejak mesin pencari diluncurkan pada 1990-an.

Kembali lebih dari 30 tahun, internet masih relatif baru yang juga berarti bahwa mesin pencari juga masih dalam masa pertumbuhan. Jikakita mengetikkan pertanyaan tertentu, kemungkinan hanya sedikit hasil, jika ada, yang muncul. Flash maju ke hari ini, dan mesin pencari mampu memproses ratusan ribu pertanyaan.Karena popularitas mesin pencari, penyedia konten telah melakukan upaya signifikan untuk menyesuaikan konten mereka agar sesuai dengan apa yang dicari konsumen, meningkatkan kemungkinan kita akan kembali ke situs web mereka. Hal ini memastikan bahwa mesin pencari memiliki jawaban untuk hampir semua pertanyaan karena penyedia konten membuat pengalaman pencarian secara mulus.

Meskipun mesin telusur dan chatbots bukanlah perbandingan langsung dari apel ke apel, ada kesamaan yang tumpang tindih dalam kedua kemampuannya. Ditambah kemajuan dalam kecerdasan buatan (AI) dan pemrosesan bahasa alami (NLP) telah memungkinkan chatbots menjadi lebih mirip manusia dan beroperasi lebih mirip dengan mesin pencari. Yang menimbulkan pertanyaan: Bisakah chatbots suatu hari nanti menggantikan kebutuhan mesin pencari dan aplikasi seluler?

The rise of chatbots

Terlepas dari perbedaan besar dalam ukuran dan struktur bisnis, kebutuhan untuk merespons pelanggan secara akurat, cepat, dan dengan jawaban yang konsisten adalah hal biasa. Meskipun kita mungkin memiliki halaman FAQ dengan pertanyaan umum atau nomor telepon yang dapat dihubungi pelanggan untuk mendapatkan dukungan, chatbots kemungkinan memainkan peran besar dalam tumpukan komunikasi kita.

Manfaat chatbot berkemampuan AI jelas: Mereka memiliki ketersediaan 24/7, menawarkan interaksi langsung yang lebih pribadi, dan dapat menghemat waktu untuk organisasi dan pengguna akhir. Pada tahun 2024, diperkirakan pengeluaran ritel konsumen melalui chatbots di seluruh dunia akan mencapai $142 miliar—naik dari $2,8 miliar pada tahun 2019. Sementara chatbots terus membuktikan nilainya, satu tantangan yang terus mereka hadapi adalah kemampuan untuk memahami kompleksitas bahasa manusia.

Kata yang salah eja atau disalahgunakan dapat sangat mempengaruhi percakapan chatbot, dan berpotensi menyebabkan pelanggan keluar dari percakapan sama sekali jika pertanyaan mereka tidak dijawab secara akurat. Namun, jika chatbots dapat secara otentik memahami bahasa manusia, maka komunikasi dengan pelanggan akan sepenuhnya berubah.

Memahami Bahasa Manusia

Mesin pencari telah mengambil langkah-langkah untuk memahami bahasa manusia dengan membangun proses untuk lebih memahami kata-kata dalam konteks permintaan pencarian. Misalnya, pada tahun 2018, Google meluncurkan model Bidirectional Encoder Representations from Transformers (BERT). Setelah mendaur ulang arsitektur yang biasanya digunakan untuk terjemahan mesin, Google memungkinkan model untuk mempelajari arti kata dalam kaitannya dengan konteksnya dalam sebuah kalimat, memberikannya kemampuan untuk menyelesaikan berbagai tugas bahasa. Tahun lalu, Google menggandakan pernyataan sebelumnya bahwa “masa depan pencarian adalah percakapan,” dan meluncurkan teknologi percakapan LaMDA—sebuah chatbot yang dirancang untuk berbicara tentang topik apa pun.

Nuril Kusumawardani