School of Information Systems

Prioritizing Technique pada UX Research Part 1

Ketika membangun sebuah produk digital dengan berbagai requirement diperlukan prioritas implementasi yang baik. Hal ini disebabkan tidak semua fitur dapat diimplementasikan secara bersamaan karena pada umumnya pasti terdapat keterbatasan sumber daya. Namun, memprioritaskan implementasi fitur bukanlah hal yang sederhana bagi tim pengembang dalam memprioritaskan implementasi tim pengembang harus mengambil keputusan yang objektif, relevan dan bukan opini subjektif.  

Pada artikel kali ini akan memaparkan beberapa teknik prioritasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan prioritas implementasi fitur. Berikut beberapa teknik prioritas yang dapat digunakan tim pengembang:  

Impact-Effort Matrix  

Impact-Effort matrix merupakan matriks visual dua dimensi yang memplot value fitur terhadap tingkat kompleksitas implementasi. Matriks ini digunakan di berbagai pendekatan pengembangan produk seperti six sigma, design thinking, dan agile development.  

Impact-Effort Matrix 

Sumber: https://www.nngroup.com/articles/prioritization-methods/ 

 

Impact-Effort Matrix membagi prioritas implementasi kedalam empat kuadran berdasarkan upaya relative yang diperlukan untuk mengimplementasikan fitur kandidat dan dampaknya terhadap pengguna. Berikut penjelasan empat kuadran pada impact-effort matrix:  

  1. Quick Wins – fitur pada kategori ini membutuhkan upaya implementasi yang rendah namun memiliki dampak yang besar sehingga dapat disimpulkan fitur pada kategori ini sangat layak untuk diimplementasikan dengan cepat. 
  2. Big Bets – fitur pada kategori ini membutuhkan upaya implementasi yang besar namun juga memiliki dampak yang besar sehingga dapat disimpulkan fitur pada kategori ini perlu direncanakan dan diimplementasikan dengan seksama dan berkomitmen tinggi agar dapat menghasilkan hasil yang baik. 
  3. Money Pit – fitur pada kategori ini membutuhkan upaya implementasi yang besar namun tidak memiliki dampak yang besar sehingga dapat disimpulkan fitur pada kategori ini tidak perlu diprioritaskan dan tim pengembang dapat berfokus pada fitur yang lebih memiliki dampak lebih besar. 
  4. Fill Ins – fitur pada kategori ini membutuhkan upaya implementasi yang rendah namun juga memiliki dampak yang rendah sehingga dapat disimpulkan bahwa kategori ini dapat dikaji ulang jika memang ingin diimplementasikan karena terkadang dampak yang diberikan tidak sesuai dengan upaya yang dilakukan.  

 

Proses penempatan fitur pada impact-effort matrix membutuhkan keterlibatan seluruh anggota tim pengembang. Proses penentuan diawali dengan menulis semua fitur yang ingin diimplementasikan kemudia setiap anggota perlu memberikan vote jumlah impact dan effort terhadap setiap fitur. Jika proses voting telah selesai makan fitur akan ditempatkan kedalam matrix sesuai dengan jumlah impact dan effort yang didapatkan. Impact-Effort Matrix merupakan metode yang cocok untuk melakukan prioritas kolaboratif karena merupakan metode yang demokratis, sederhana, dan efektif.   

 

Feasibility, Desirability, dan Viability Scorecard  

Metode ini dikembangkan oleh IDEO pada awal tahun 2000-an. Metode ini memprioritaskan fitur berdasarkan jumlah skor individu pada tiga kriteria yaitu: kelayakan (feasibility), keinginan (desirability), dan kelangsungan hidup (viability). Menurut IDEO, sebuah produk membutuhkan ketiga kriteria ini untuk tumbuh dan sukse dalam jangka waktu yang panjang dan berkelanjutan.  

Feasibility, Desirability, and Viability Scorecard  

Sumber: https://www.nngroup.com/articles/prioritization-methods/ 

 

Dalam menentukan skor untuk setiap kriteria diperlukan pemahaman untuk masing-masing kriteria sebagai berikut:  

  1. Feasibility – atau kelayakan adalah sejauh mana fitur dapat dibangun secara teknis, dimana apakah tersedia keterampilan dan keahlian untuk membangun fitur tersebut.
  2. Desirability – atau keinginan adalah seberapa banyak pengguna yang menginginkan dan membutuhkan fitur tersebut serta adakah nilai keunikan yang dapat diberikan jika fitur berhasil diimplementasikan. 
  3. Viability – atau viabilitas adalah apakah fitur akan memberikan keuntungan untuk bisnis jika berhasil diimplementasikan serta apakah fitur tersebut akan berkelanjutan dari waktu-waktu.  

Proses penentuan skor pada feasibility, desirability, and viability scorecard berawal dengan penentuan skala untuk setiap kriteria, contohnya menggunakan skala 1-10 dimana 1 skala terendah dan 10 skala terteinggi. Kemudian berikan skor untuk setiap kriteria untuk masing-masing fitur dan jumlahkan hasil skoring. Urutkan fitur berdasarkan skor dengan total tertinggi hingga terendah kemudian diskusikan hasilnya dengan tim untuk mengimplementasikannya berdasarkan hasil skoring yang sudah dilakukan. Teknik juga tidak terbatas pada ketiga kriteria yang sudah dijelaskan namun masih dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau kriteria yang diinginkan.   

Teknik prioritas implementasi fitur lainnya akan berlanjut pada bagian dua. Nantikan artikel selanjutnya.  

Sumber:  

https://www.nngroup.com/articles/prioritization-methods/ 

https://www.sixsigmadaily.com/how-to-use-the-impact-effort-matrix/ 

https://www.uxpin.com/studio/blog/design-review-template-balancing-desirability-viability-feasibility/ 

Shavira Andysa