Kepemimpinan yang Efektif di Era Digital
Sedari kanak – kanak, diri saya sudah terdoktrin mengenai sosok pemimpin. Dalam benak kekanakan saya dulu, saya berpikir bahwa pemimpin harus selalu bisa mengambil keputusan secara indivudualistis, berdiri paling depan saat menghadapi masalah dan setiap pemikirannya tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Doktrinisasi tersebut terjadi melalui film yang saya tonton dulu saat masih kanak – kanak, seperti misalnya karakter Fred Jones pada serial kartun scooby do, Optimus Prime pada film Transformers, Mufasa pada film The Lion King dan masih banyak lagi. Namun apakah cara kepemimpinan mereka masih relevan hingga sekarang dan bisa kita implementasikan pada organisasi di Era Digital seperti saat sekarang ini?
Saya tidak akan berkata bahwa karakter – karakter tersebut memberikan contoh yang salah sebagai seorang peimimpin, karena banyak pelajaran yang bisa saya ambil sedari dulu hingga sekarang. Seperti misalnya bersikap visioner, menjadi inspirasi untuk orang sekitar, berpikir jernih saat menghadapi maslah dan berorientasi pada tindakan saat dibutuhkan. Cara – cara tersebut memang masih dianggap penting hingga sekarang, namun bisa dikatakan bahwa gaya kepemimpinan tersebut sudah tradisional.
Di Era digital dan era transformasi yang serba cepat seperti saat sekarang ini, ada beberapa poin yang perlu dikembangkan agar tidak terlalu “tradisional” saat kita menjadi seorang pemimpin. Seperti misalnya, berpikir kreatif, berkolaborasi, mudah beradaptasi dengan perubahan, terbuka akan pendapat dan siap untuk dikeritik. Penilitian Wharton University menyatakan bahwa gaya kepemimpinan harus bisa beradaptasi terhadap pergeseran model bisnis. Untuk cara – cara tradisional memang masih diperlukan, namun seorang pemimpin harus bisa bersikap lebih luas dalam menghadapi tanggung jawab yang luas juga. Ide – ide baru akan terus berdatangan, globalisasi juga tidak terbendung, jadi “juggling” dengan beragam metode perlu dilakukan oleh seorang pemimpin.
Saya mengerti bahwa influence Soekarno itu sangat luar biasa, bahkan hingga saat sekarang ini masih banyak masyarakat Indonesia yang mengikuti gaya kepemimpinan beliau. Namun kita juga harus mengerti dari mana gaya kepemimpinan Soekarno itu berasal, yaitu dari Raja – Raja Jawa. Memang ada beberapa poin yang bisa kita ambil dari gaya kepemimpinan tersebut, seperti misalnya ketegasannya saat mengambil keputusan, namun di Era sekarang, akan jauh lebih baik jika pengambilan keputusan didiskusikan terlebih dahulu. Bagi saya, Soekarno juga adalah sosok yang berani dan mau lapang dada saat menghadapi perubahan, buktinya beliau mau untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan golongan muda sebelum memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Jadi pada intinya, sosok pemimpin harus berani menghadapi perubahan yang ada. Banyak peluang yang bisa kita tilik jika ada keberanian untuk berubah. Era digital semakin cepat, ada baiknya kira siap akan perubahan – perubahan selanjutnya didepan.
Referensi:
Book Building the Agile Business Through Digital Transformation. Neil Perkin and Peter Abraham, 2021