Bagaimana Perusahaan Bertahan di era Agility
Wendler (2017) mengungkapkan bahwa perusahaan dan organisasi yang dapat bertahan di era perusahaan yang cepat adalah perusahaan yang memiliki agility. Perusahaan yang memiliki agility pada umumnya adalah perusahaan yang mampu melakukan inovasi, fleksibel, dan mampu mengoptimalisasi potensi sumber daya manusia didalamnya. (Himmatul, 2020) Salah satu perusahaan yang memiliki ciri-ciri tersebut adalah Shopee.
Inovasi menjadi salah satu hal yang penting bagi sebuah organisasi untuk dapat memiliki agility. Inovasi dapat dilakukan dalam berbagai cara, mulai dari internal hingga eksternal, seperti marketing and sales hingga produk. Shopee menjadi salah satu perusahaan yang terkenal dengan inovasi dalam produk utamanya, yaitu aplikasi. Shopee Indonesia dapat dikatakan menjadi salah satu pelopor Flash Sale, seperti 11.11, 12.12 dan sebagainya. Ini menjadi sebuah trend yang akhirnya diikuti oleh berbagai e-commerce lainnya. Shopee juga berinovasi dengan menghadirkan Shopee Pay, Shopee Pay Later, dan sebagainya.
Seperti start-up di Indonesia pada umumnya, Shopee terkenal dengan linkungan kerjanya yang fleksible dan memberikan fasilitas terbaik bagi para karyawannya di kantor. Seiring dengan perkembangan zaman, bekerja secara produktif dan serius tidak lagi ditandai dengan mengenakan jas yang rapi. Karyawan dapat lebih berinovasi dan mengembangan kreativitas dengan menjadi dirinya sendiri, namun pastinya tetap sesuai dengan norma yang berlaku. Selain itu, lingkugan kantor juga mempengaruhi kinerja dan produktivitas karyawan, maka dari itu Shopee memberikan berbagai fasilitas menarik dalam kantor, sehingga dapat menanggulangi stress bekerja dan memungkinkan terjadinya inovasi.
RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) merupakan salah satu stasiun televisi swasta Indonesia yang saat ini dibawahi oleh PT Media Nusantara Citra, yang juga menaungi beberapa stasiun televisi lainnya, seperti GTV, MNCTV dan iNews. Didirikan pada 1989, RCTI menjadi stasiun TV Swasta pertama di Indonesia. Sejak awal kemunculannya, RCTI sudah menarik perhatian dengan menayangkan acara-acara luar negeri hingga akhirnya dapat memproduksi program lokal sendiri.
Hingga saat ini, RCTI telah menyajikan berbagai program acara hiburan, informasi, dan berita. Tidak hanya itu, RCTI seringkali menjadi penyelenggara untuk beberapa ajang pencarian bakat, seperti XFactor, Indonesia Idol, Idola Cilik, hingga Masterchef Indonesia. Maka tidak heran, RCTI menjadi salah satu televisi dengan jumlah penonton terbesar. Hal ini dibuktikan dengan program-program RCTI yang berhasil mendapatkan rating yang memuaskan. Dalam daftar rating terbaru, salah satu sintetron yang diproduksi RCTI, yaitu Ikatan Cinta berhasil meraih peringkat pertama dengan dengan TVR 14,7 dan audience share 53,5 persen untuk target penonton semua demografi. (Kurniawan, 2021)
Berkembangnya teknologi saat ini mengakibatkan perubahan pada pola konsumsi masyarakat, termasuk dalam pemilihan media, baik itu untuk hiburan maupun berita. Kemunculan berbagai media baru yang didasari perkembangan internet, seperi media sosial, portal berita online dan layanan streaming film online dengan cepat diterima oleh masyarakat di Indonesia. Kemudahan dalam mengakses informasi sesuai dengan apa yang diminati membuat media-media baru tersebut menjadi primadona di dimasyarakat. Kini untuk menonton sebuah video atau mendapatkan sebuah informasi dapat diakses secara mudah dan cepat di Internet melalui smartphone.
Hal ini menyebabkan lambat laun media konvensional, termasuk televisi mulai ditinggalkan. Sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama digital native yang berusia 16 hingga 24 tahun kini lebih banyak nonton video di internet dibandingkan nonton tanyangan di televisi. Dalam sebuah hasil penelitian firma Millward Brown tentang perilaku pemilik smartphone di Indonesia, terungkap bahwa dari 30 persen populasi di Indonesia, 52 persen di antaranya menonton video di internet, salah satunya YouTube, melalui smartphone, tablet, atau laptop. (Bohang, 2015)
Hal ini memaksa industry pertelevisian di Indonesia harus memutar otak untuk menciptakan inovasi agar dapat bertahan. Maka dari itu, salah satu pemain besar industri pertelevisian di Indonesia, induk perusahaan RCTI, yaitu PT Media Nusantara Citra memperkenalkan platform digital baru bernama RCTI+. Platform digital yang dapat diakses di smartphone ini memberikan jasa siaran langsung saluran TV tidak berbayar (Free To Air/FTA), perpustakaan, dan konten kreatif, yang mana secara ekslusif hanya bisa diakses oleh pengguna. (Ayuningtyas, 2019)
PT Media Nusantara Citra juga sadar bahwa media sosial menjadi sarana terbaik dalam mempromosikan tayangan, maka dari itu banyak program-program RCTI, seperti Masterchef Indonesia yang juga diunggah di internet, seperti halnya Youtube. Ini menjadi strategi yang dilakukan perusahaan untuk dapat tetap eksis dan berhubungan dengan masyarakat. Hal ini sepertinya cukup berhasil dengan pengakuan perusahaan yang menyatakan bahwa perusahaan berhasil dalam memimpin dalam basis pengikut di Media sosial dengan lebih dari 37 juta subscriber di halaman Youtube, dan total lebih dari 48 juta user di semua jaringan media sosial yang dimiliki perusahaan. (Ayuningtyas, 2019)
Tidak hanya itu, induk perusahaan RCTI ini juga menanamkan investasi pada salah satu penyedia layanan hiburan digital di Asia Tenggara, Iflix. Dengan dilakukannya kemitraan tersebut, Iflix akan dapat membeli 10.000 jam konten dari program utama MNC untuk ditayangkan (streaming) secara eksklusif langsung di Iflix. Hal ini menyebabkan semakin banyak masyarakat yang dapat menyaksikan program-program MNC, sehingga memperluas jaungkauan penonton di berbagai negara, mengingar Iflix tersedia di beberapa negara, seperti Filipina, Thailand, Brunei, Sri Lanka, Pakistan, Myanmar dan Vietnam. (Ayuningtyas, 2019)
Dengan begitu, kita dapat melihat bagaimana perubahan dan inovasi yang dilakukan RCTI bersama PT Media Nusantara Citra dalam melakukan transformasi digital dari media konvensional hingga memiliki platform digital. Terlepas dari pengembangan teknologi dalam platform digital itu sendiri, perubahan dalam organisasi juga melibatkan sumber daya manusia di dalamnya, yang mana harus mampu mengadopsi teknologi ke dalam proses bisnis mereka. Jika sebelumnya, mereka hanya berkutat dalam proses produksi tayangan secara tradisional, kini mereka juga harus focus dalam produksi tayangan secara digital, yang pastinya terdapat perbedaan yang cukup signifikan.