School of Information Systems

Mengenal AI Governance dan Manfaatnya untuk Artificial Intelligence

Di era digital saat ini, hampir semua orang sudah mengenal istilah Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan. AI adalah teknologi yang dirancang untuk meniru kemampuan kognitif manusia, seperti memecahkan masalah, belajar dari data, serta mengambil keputusan secara mandiri. Terdapat berbagai jenis AI yang masing-masing memiliki fungsi spesifik, dan penerapannya kini telah meluas ke berbagai sektor industri.  

Popularitas AI didorong oleh kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas berulang, menghasilkan output secara instan, membantu pengambilan keputusan, melakukan otomatisasi, hingga memecahkan permasalahan yang kompleks. Namun, di balik berbagai manfaatnya, penggunaan AI juga memiliki risiko, terutama jika dimanfaatkan tanpa etika atau pengawasan yang memadai. Selain itu, hasil yang diberikan AI bisa menyesatkan apabila tidak diperiksa ulang secara kritis oleh manusia. Oleh karena itu, seiring dengan meningkatnya penggunaan dan tantangan yang muncul, dibutuhkan suatu kerangka kerja yang dapat mengatur pengembangan dan pemanfaatan AI secara bertanggung jawab, yaitu melalui penerapan AI Governance. 

AI Governance merupakan seperangkat prinsip, kebijakan, dan standar etika serta hukum yang dirancang untuk memastikan bahwa sistem AI diteliti, dikembangkan, dan diterapkan dengan cara yang aman, adil, transparan, dan menghormati hak asasi manusia. Tujuannya adalah menjembatani kesenjangan antara percepatan inovasi teknologi dan kebutuhan atas akuntabilitas, sehingga penerapan AI dapat memberi manfaat maksimal secara berkelanjutan. 

Secara umum, AI Governance mencakup aspek-aspek krusial seperti: 

  • Keamanan dan mitigasi risiko penyalahgunaan AI 
  • Otomatisasi sektor secara tepat guna 
  • Kerangka kerja hukum dan kelembagaan 
  • Perlindungan data pribadi 
  • Pertimbangan etika dan keadilan 
  • Transparansi dan akuntabilitas pengambilan keputusan algoritmik 

Tata kelola yang efektif akan menentukan sejauh mana AI dapat berintegrasi dalam sistem sosial dan organisasi, serta siapa yang bertanggung jawab terhadap dampak yang ditimbulkan. Oleh karena itu, kehadiran AI Governance menjadi elemen penting untuk membangun kepercayaan publik, menjaga kepatuhan terhadap regulasi, dan memastikan penggunaan teknologi secara inklusif dan bertanggung jawab. 

Meski demikian, implementasi AI Governance tidak luput dari tantangan. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain adalah belum tersedianya regulasi yang adaptif, kurangnya transparansi dalam proses pengambilan keputusan AI (black box problem), serta keterbatasan kolaborasi antar pemangku kepentingan. Tantangan ini mengindikasikan pentingnya pendekatan kolaboratif antara sektor publik, swasta, dan akademisi dalam membentuk kerangka tata kelola yang efektif. 

Dapat ditegaskan bahwa keberhasilan teknologi AI tidak semata-mata ditentukan oleh kecanggihannya, tetapi juga oleh bagaimana teknologi tersebut digunakan untuk menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, sudah saatnya seluruh pemangku kepentingan baik regulator, pengembang, akademisi, maupun masyarakat bersinergi dalam membangun tata kelola kecerdasan buatan yang inklusif, transparan, dan bertanggung jawab demi masa depan digital yang berkelanjutan.

Kevina Syahla Aqila