School of Information Systems

Cloud Computing dalam Misi Luar Angkasa: Penerapan, Model, dan Perkembangannya

Cloud Computing pertama kali muncul pada tahun 1960 dengan tujuan menghubungkan individu dan data secara real-time, memungkinkan akses dari mana saja dan kapan saja. Seiring dengan perkembangan teknologi, cloud computing tidak hanya menjadi kebutuhan utama dalam dunia bisnis tetapi juga berada di berbagai sektor lain, termasuk penelitian ilmiah dan eksplorasi luar angkasa. 

Eksplorasi luar angkasa terus berkembang pesat, dengan misi-misi ke Bulan, Mars, dan lebih jauh lagi. Setiap misi-misi, memungkinkan akses sumber daya komputasi yang fleksibel dan efisien. Penerapan cloud computing dalam eksplorasi luar angkasa mencakup berbagai aspek, mulai dari penyimpanan data, kecerdasan buatan (AI), hingga navigasi dan simulasi misi. Dengan menggunakan cloud computing, misi-misi luar angkasa dapat dioptimalkan tanpa harus bergantung pada infrastruktur fisik yang kompleks. 

Cloud computing telah diterapkan dalam berbagai aspek eksplorasi luar angkasa untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional. Mari kita lihat beberapa penerapan utama cloud computing dalam misi luar angkasa. 

1. Penyimpanan dan Pemrosesan Data. 

Misi luar angkasa menghasilkan volume data yang sangat besar dari sensor, kamera, dan instrumen ilmiah yang dipasang pada satelit, rover, atau stasiun luar angkasa. Dengan menggunakan cloud computing, data dapat diproses secara terdistribusi. Contohnya, NASA menggunakan mesin Mars Rover Perseverance yang mengandalkan cloud-based software untuk mengolah gambar dan data pada lingkungan Mars sebelum mengirimkannya ke pusat kendali di bumi. 

2. Komunikasi dan Konektivitas. 

Cloud computing digunakan untuk menyimpan data dan mentransmisikan data antara satelit, rover, dan pusat kendali di bumi secara efisien. Misalnya, data dari rover di Mars dikirimkan ke pusat kendali NASA melalui sistem cloud-based agar dapat diakses dan dianalisa dengan cepat. Hal ini mendukung operasi telemetri, serta pelacakan luar angkasa. 

3. Simulasi dan Pengujian. 

Sebelum sebuah misi dilakukan, berbagai faktor seperti gravitasi, suhu ekstrem, dan kemungkinan kegagalan sistem dapat disimulasikan menggunakan cloud computing. Hal ini membantu ilmuwan menguji strategi sebelum misi benar-benar dimulai. Cloud-based simulations juga digunakan untuk melatih astronot dan tim kendali misi dengan skenario realistis, seperti kegagalan komunikasi atau kondisi lingkungan ekstrem di luar angkasa. Contohnya, NASA dan SpaceX menggunakan cloud-based simulations untuk melatih tim dalam menghadapi keadaan darurat saat berada di luar angkasa. 

Seiring dengan penggunaan cloud computing dalam eksplorasi luar angkasa yang terus berkembang, membuka peluang bagi industri luar angkasa untuk meningkatkan operasional tanpa investasi besar. Salah satu pendakatan yang semakin mendapat perhatian adalah melalui model bisnis Space-as-a-Service, di mana layanan seperti satelit, stasiun bumi dan pemrosesan data dapat diakses sesuai kebutuhan tanpa harus memiliki infrastruktur secara langsung. Model ini berpotensi mengubah cara industri luar angkasa beroperasi di masa depan dengan lebih fleksibel. 

Selain model layanan, adanya konsep Space-Based Cloud, yaitu infrastruktur cloud computing yang beroperasi di luar angkasa. Infrastruktur space-based cloud ini menawarkan solusi inovatif dalam pengelolaan data dengan keunggulan dalam kecepatan pemrosesan, fleksibilitas, kapasitas penyimpanan, dan keamanan data. Tidak hanya itu, dengan memanfaatkan jaringan satelit, space-based cloud dapat mengurangi latensi, meningkatkan efisiensi komunikasi, serta meminimalkan risiko serangan siber. Model Space-as-a-Service dan infrastruktur Space-Based Cloud menjadi model masa depan di industri luar angkasa. 

Cloud computing memainkan peran penting dalam eksploarasi luar angkasa dengan meningkatkan efisiensi penyimpanan data, komunikasi, hingga simulasi misi. Dengan adanya model Space-as-a-Service memungkinkan akses layanan luar angkasa tanpa harus memiliki infrastruktur secara langsung, sementara Space-Based Cloud menawarkan pemrosesan data berbasis satelit yang lebih cepat dan aman. Kedua konsep ini membuka peluang bagi industri luar angkasa untuk berkembang lebih fleksibel dan efisien di masa depan. 

 

Referensi :  

  1. Condor, T. (2021). Space-as-a-Service Propels the Industry to Space 3.0. Satellitetoday.com. https://interactive.satellitetoday.com/space-as-a-service-propels-the-industry-to-space-3-0/ 
  2. Gregory, M. (2024, April 18). Beyond Sci-Fi: How Cloud Computing Supports Human Activities in Outer Space | Cloud Computing & SaaS Awards. The Cloud Awards & SaaS Awards | Awards for Cloud Computing, SaaS, Security, AI & FinTech. https://www.cloud-awards.com/cloud-computing-outer-space 
  3. Malhotra, S. (2024, April 8). Is Space Cloud the Next Frontier in Cloud Computing? Cio.inc. https://www.cio.inc/space-cloud-next-frontier-in-cloud-computing-a-24798 
  4. What is Cloud-Based Simulation | IGI Global Scientific Publishing. (2023). Igi-Global.com. https://www.igi-global.com/dictionary/application-of-cloud-based-simulation-in-scientific-research/38986 
Safa Humaira Salsabila, Felicia Evan