School of Information Systems

Persaingan AI

Dalam beberapa tahun terakhir, persaingan dalam teknologi kecerdasan buatan (AI) telah menjadi salah satu fokus utama dalam industri teknologi global. Perusahaan-perusahaan besar dari berbagai negara berlomba untuk mengembangkan teknologi AI yang lebih canggih dan efisien. Persaingan ini tidak hanya terbatas pada kemampuan teknis, tetapi juga melibatkan aspek ekionom, etika, dan keamanan data.

Persaingan antara DeepSeek dan ChatGPT

Salah satu persaingan yang menarik perhatian adalah antara DeepSeek, startup AI asal China, dan ChatGPT, produk dari OpenAI yang berbasis di Amerika Serikat. DeepSeek telah mencatat pertumbuhan pesat dalam beberapa bulan terakhir, bahkan menggeser posisi ChatGPT di beberapa pasar. Data menunjukkan bahwa kunjungan harian DeepSeek meningkat dari hanya 2.300 pada Oktober 2024 menjadi 71.200 pada Januari 2025. Hal ini menandakan pergeseran preferensi konsumen yang mulai mencari alternatif dari ChatGPT.

Keunggulan DeepSeek terletak pada teknologi pembelajarannya yang menggunakan pendekatan mixture of experts (MoE), yang lebih hemat energi dan sumber daya komputasi. DeepSeek memiliki total parameter yang besar, mencapai 600 miliar, tetapi hanya menggunakan sebagian kecil saat berinteraksi, sehingga lebih efisien dalam pengembangan dan operasional. Selain itu, biaya pengembangan DeepSeek jauh lebih rendah dibandingkan dengan model AI lainnya, seperti GPT-4 dari OpenAI.

Namun, kesuksesan DeepSeek juga disertai dengan kontroversi, terutama terkait keamanan data. Berbeda dengan ChatGPT yang dikembangkan di bawah yurisdiksi AS, DeepSeek beroperasi di bawah hukum China yang mewajibkan perusahaan untuk berbagi data dengan pemerintah jika diminta. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa data pengguna DeepSeek dapat dimanfaatkan untuk keuntungan strategis China.

Munculnya Grok 3 dari xAI

Persaingan dalam teknologi AI semakin ketat dengan pengumuman kehadiran Grok 3 oleh x,AI perusahaan AI milik Elon Musk. Grok 3 diklaim sebagai “AI terpintar di Bumi” dengan kemampuan komputasi yang meningkat hingga 10 kali lipat dibandingkan pendahulunya. Model ini tidak hanya mampu menghasilkan teks, gambar, atau kode, tetapi juga memahami konteks dan nuansa yang lebih kompleks dalam interaksi manusia.

Grok 3 memiliki beberapa keunggulan, termasuk kemampuan penalaran yang ditingkatkan, penggunaan data sintetis untuk mengurangi bias dan masalah privasi, serta pembelajaran real-time yang memberikan informasi terbaru secara instan. Fitur inovatif seperti mode “Think” dan “Big Brain” menjadikan Grok 3 sangat potensial untuk berbagai aplikasi, mulai dari asisten virtual hingga analisis data tingkat lanjut.

Namun, Grok 3 juga menghadapi tantangan besar, termasuk penerimaan pasar, regulasi dan etika, serta kompleksitas teknologi. OpenAI dan DeepSeek sudah memiliki pengikut setia dan reputasi yang kuat, sehingga Grok 3 harus berjuang keras untuk mendapatkan tempat di pasar yang sudah mapan.

Dampak Persaingan AI terhadap Pasar dan Ekonomi

Persaingan antara perusahaan AI tidak hanya berdampak pada teknologi dan pasar, tetapi juga pada ekonomi global. Misalnya, kemenangan dalam perlombaan AI dapat mempengaruhi nilai mata uang seperti dolar AS (USD) dan yuan China (CNY). Jika China terus berkembang pesat dalam AI, hal ini dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap ekonomi China dan memperkuat yuan. Di sisi lain, jika AS semakin memperketat regulasi dan kontrol ekspor untuk menghambat kemajuan teknologi China, pasar forex dapat mengalami volatilitas tinggi.

Persaingan ini juga mendorong inovasi dan pengembangan teknologi yang lebih cepat dan efisien. Perusahaan-perusahaan AI terus berusaha untuk menghasilkan produk yang lebih unggul dan kompetitif, yang pada akhirnya akan menguntungkan konsumen dengan akses ke teknologi yang lebih canggih dan terjangkau.

Willy