Young Children and Voice Search: What We Know From Human-Computer Interaction Research
Membahas mengenai eksplorasi interaksi anak-anak kecil (usia 3 hingga 6 tahun) dengan teknologi pencarian suara, seperti Siri dan Alexa. Dengan meningkatnya penggunaan teknologi ini, anak-anak kini dapat mengajukan pertanyaan dan mencari informasi tanpa harus mengandalkan kemampuan membaca atau menulis, yang biasanya masih dalam tahap perkembangan mereka. Riset ini penting untuk memahami potensi dan tantangan yang dihadapi anak-anak saat berinteraksi dengan voice search.
Seiring dengan kemajuan teknologi, perangkat seperti tablet dan smartphone kini menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Menurut laporan dari Common Sense Media, hampir semua anak di Amerika Serikat tinggal di rumah yang memiliki akses ke tablet atau smartphone, bahkan di kalangan keluarga dengan pendapatan rendah. Dengan adanya fitur input suara, anak-anak dapat dengan mudah mengajukan pertanyaan melalui aplikasi pencarian tanpa harus mengatasi kesulitan mengetik. Ini menciptakan peluang baru bagi mereka untuk menemukan informasi secara mandiri, terutama melalui video, yang kini menjadi komponen penting dari konten online.
Meskipun kemudahan dapat ini meningkatkan kemampuan anak-anak untuk mencari informasi, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih besar (di atas usia 7 tahun) mengalami kesulitan dalam menggunakan teknologi pencarian berbasis teks karena masalah ketik dan ejaan. Untuk anak-anak yang lebih muda, walaupun masalah ini berkurang dengan pengenalan voice search, mereka tetap menghadapi kesulitan dalam memahami batasan teknologi seperti informasi yang dapat diakses dan konteks yang perlu disediakan saat bertanya.
Anak-anak mungkin kurang tepat dalam merumuskan pertanyaan, yang disebabkan oleh kosakata yang masih berkembang. Selain itu, meskipun video dan jawaban lisan dapat mengurangi kebutuhan untuk membaca, konten yang tersedia mungkin tidak selalu sesuai dengan pemahaman mereka, sehingga menambah tantangan dalam penggunaan teknologi ini.
Paper ini juga membahas bagaimana anak-anak memahami perangkat teknologi. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak sering kali melihat komputer dan perangkat digital lebih sebagai alat untuk bermain daripada sebagai sumber informasi. Walaupun mereka menyadari bahwa komputer dapat memberikan informasi yang banyak, mereka tidak selalu memilih untuk menggunakannya dalam konteks pembelajaran.
Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: Apakah anak-anak kecil melihat perangkat suara sebagai sumber jawaban yang valid? Keterampilan teori pikiran, yang memungkinkan individu untuk memahami bahwa orang lain memiliki pengetahuan yang berbeda, masih dalam tahap perkembangan pada anak-anak kecil. Ini berarti bahwa mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami kapan atau mengapa perangkat suara dapat memberikan jawaban yang benar atau tidak.
Paper ini menekankan pentingnya desain teknologi yang ramah anak. Pengembang perlu mempertimbangkan cara anak-anak berinteraksi dengan teknologi dan bagaimana mereka bertanya. Sistem pencarian suara yang dapat memberikan umpan balik edukatif dan meminta klarifikasi saat diperlukan dapat membantu meningkatkan pemahaman anak-anak tentang cara menggunakan perangkat ini secara efektif.
Secara keseluruhan, paper ini membahas pentingnya memahami bagaimana anak-anak kecil menggunakan voice search dan tantangan yang mereka hadapi. Meskipun teknologi ini memiliki potensi besar untuk membantu anak-anak dalam belajar, desain sistem yang lebih mempertimbangkan interaksi anak dengan informasi sangat penting. Dengan demikian, teknologi tidak hanya menjadi alat untuk hiburan, tetapi juga dapat berfungsi sebagai sumber pembelajaran yang bermanfaat. Penelitian di masa depan harus fokus pada pengembangan voice search yang lebih efektif dan mendukung perkembangan anak-anak, agar teknologi ini benar-benar dapat memenuhi kebutuhan edukatif mereka.
Sumber: https://www.frontiersin.org/journals/psychology/articles/10.3389/fpsyg.2019.00008/full