School of Information Systems

Seberapa penting information design

Desain informasi merupakan praktik dalam menyajikan informasi dengan cara yang dapat membuat pengguna mudah dalam mengakses maupun memahami. Desain informasi diperuntukkan bagi pengguna dengan situasi secara spesifik untuk dapat mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Desain informasi membantu pengguna dalam memahami data-data yang begitu kompleks melalui pengorganisasian data serta penyederhanaan data dan informasi.

Agar dapat mendesain tampilan layar dan widget yang memungkinkan pengguna dapat berinteraksi dengan sistem atau perangkat, maka seorang desainer UX perlu mempertimbangkan tata letak dari begitu banyaknya data dan informasi yang terlibat dalam aplikasi. Diperlukan metode agar pengguna dapat berinteraksi dengan aplikasi, sehingga desainer UX perlu memikirkan struktur dan organisasi dari informasi. Tools dan teknik untuk menavigasi jumlah informasi yang begitu besar merupakan hal yang penting dan perlu diperhatikan. Hal ini karena tools dan teknik menavigasi informasi ini memiliki pengaruh yang besar terhadap pengalaman yang dirasakan pengguna nantinya. Dengan begitu, desain informasi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan bagi desainer UX.

Dalam menyajikan informasi, perlu untuk memenuhi kualitas informasi yang baik serta mampu memberikan manfaat bagi pengguna informasi. informasi yang berkualitas harus memenuhi kriteria relevansi. Relevansi berarti informasi memiliki keterkaitan dan memberikan manfaat bagi penggunanya. Relevansi juga berarti bahwa informasi yang diberikan sesuai dan mendukung dalam pengambilan keputusan. Informasi yang berkualitas juga harus diberikan secara tepat waktu dan tidak terlambat. Informasi yang sudah terlambat tentunya tidak lagi relevan dan tidak lagi dibutuhkan oleh pengguna, sehingga tidak lagi memiliki manfaat yang dapat diberikan. Informasi juga harus akurat, yang berarti informasi sesuai dengan fakta, tidak berasal dari dugaan, perkiraan, ataupun tidak berasal dari opini dan sumber subjektif lain yang tidak berdasar. Informasi juga harus bersifat ekonomis, dimana informasi yang disediakan harus memikirkan biaya dan sumber daya yang dikeluarkan agar manfaat yang didapatkan dari informasi lebih besar dari cost yang dikeluarkan. Informasi yang berkualitas bisa dipercaya, sehingga informasi yang dihasilkan harus menunjukkan hal yang sebenarnya serta tidak ditutup-tutupi. Terakhir, informasi yang berkualitas mudah dipahami serta tidak menimbulkan makna ganda.

Sebagai desainer informasi, perlu untuk memikirkan bagaimana menyajikan informasi berkualitas yang mudah untuk dipahami penggunanya. Desain informasi menekankan pada bagaimana desain yang dibuat memiliki makna bagi penggunanya. Hal ini maksudnya berarti desain informasi yang disusun harus masuk akal, dimana dengan banyaknya data yang disajikan memiliki bentuk yang mudah dipahami oleh pengguna serta mudah untuk digunakan. Untuk mendesain informasi dengan baik, diperlukan pemahaman mendalam tentang karakteristik dari setiap media yang digunakan untuk dapat mengetahui bagaimana menyajikan data serta bagaimana media tersebut mempengaruhi pengguna dalam menggunakan struktur informasi pada aplikasi.

Teori dari Jaques Bertin (1981) menunjukkan bahwa penyajian informasi dan berbagai tipe visualisasi memiliki peranan penting bagi dunia pekerjaan. Desain informasi yang efektif akan sangat mendukung dalam proses penyelesaian masalah atau problem-solving. Hal ini karena dengan desain informasi yang efektif, dapat menampilkan permasalahan dengan tepat sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pula. Dengan begitu, kejelasan dalam menampilkan informasi serta ekspresi akan membawa pada pemahaman yang lebih jelas dan tepat.

Desain informasi memiliki hubungan erat dengan desain grafis dan tampilan informasi untuk mengedepankan efektivitas dan fungsionalitas, dibandingkan hanya estetika semata. Desain informasi dipopulerkan oleh  Edward Tufte, Richard Saul Wurman, dan tokoh-tokoh lain pada jamannya, dimana desain informasi ini juga memiliki hubungan yang dekat dengan visualisasi data. Menurut Edward Tufte (1983, 1990,1997), terdapat berbagai cara dalam menggambarkan informasi yang bersifat kuantitatif, misalnya yaitu: labelling, pengkodean dengan warna atau dengan objek yang familiar untuk membantu menemukan ide tentang ukuran. Tufte menjelaskan mengenai bagaimana menyajikan data multivarian dalam tampilan dua dimensi pada layar atau halaman serta bagaimana menyajikan informasi yang dapat dibandingkan. Sedangkan, Richard Saul Wurman (1997), menyediakan penyajian gambar yang dilakukan dengan menarik serta refleksi dalam proses desain yang menuntun desainer informasi. Adapun, Flow diagram dari Charles Joseph Minard (1869) mengenai kampanye bencana Rusia Napoleon pada tahun 1812, sering kali dianggap sebagai bentuk awal dari desain informasi serta visualisasi data, yang mana kini, bidang ini terus mengalami kemajuan canggih seiring munculnya teknologi digital.

Gambar: ilustrasi dari Richard Saul Wurman’s book Understanding USA

Terdapat berbagai metode untuk membantu desainer dalam memahami permasalahan yang terdapat dalam desain informasi, dimana pendekatan yang paling penting adalah dengan menggunakan human-centred view atau memfokuskan pada manusia sebagai pengguna untuk memahami permasalahan yang dihadapi mereka. Akan tetapi, tidak ada substitusi yang dapat menggantikan waktu yang dihabiskan untuk mengkritisi desain serta melihat refleksi dari desainer dalam proses creative and thinking.

Pada saat mengembangkan skema dari desain informasi sesuai konteksnya, penting bagi desainer untuk menyadari bahwa apa yang dikembangkan oleh desainer tersebut merupakan visual languages yang harus dapat disajikan dengan tepat dan efektif. Pada desain informasi, visual language termasuk bagian yang sangat penting. Dalam visual language ini, desainer akan menentukan mana warna, bentuk, serta tata letak yang tepat agar dapat dipahami oleh pengguna.

Terdapat hubungan antara desain informasi dengan desain User Experience. Desain informasi berjalan seiring dengan desain dari User Experience. Tidak hanya informasi yang harus disajikan secara jelas dan mudah dipahami, pengguna juga perlu agar menavigasi informasi tanpa mengalami kebingungan atau kesulitan. Dari hal inilah, desain informasi dengan desain User Experience berjalan beriringan dan perlu untuk dilakukan penyatuan antara keduanya.

Contoh dari desain informasi adalah infografik. Infografik memiliki visualisasi yang merepresentasikan data set dengan tujuan tertentu. Contoh lainnya yaitu website, dimana website lebih luas dan besar daripada infografik, namun jauh lebih kecil daripada search engines atau mesin pencarian. Website dalam bentuk tercetak yaitu brosur atau katalog. Berikutnya yaitu search engines atau mesin pencarian, layaknya Google, Bing, dan Yandex. Selanjutnya, yaitu pameran musim. Setiap panel informasi dalam pameran museum merupakan desain informasi, misalnya yaitu panel teks sederhana hingga panel dengan tampilan interaktif. Contoh yang terakhir yaitu Jurnal Bulletin. Jurnal Bulletin merupakan agenda harian yang dapat terpersonalisasi sesuai preferensi dan keinginan dari pengguna. Adapun Jurnal Bulletin ini merupakan projek desain informasi personal.

Sumber Referensi

Sarah Kristina Lilik, Ferdianto