Analisis atas price variance untuk Bahan Baku Langsung
Perhitungan jumlah penghematan atau pemborosan yang terjadi akibat perbedaan harga, maka perbedaan harga permeter kain harus dikalikan dengan total penggunaan kain yang sesungguhnya telah dilakukan. Adapun illustrasi perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel1. Price Variance untuk Bahan Baku Langsung
Harga/meter | Perbedaan Harga | Meter yang dipergunakan | Price Variance | ||||||
(Budget) | (Actual) | Kebut/unit | Unit Produksi | Total | |||||
(1) | (2) | (3) = (1) – (2) | (4) | (5) | (6) | (3) X (6) | |||
Kain Tebal | 17.000 | 15.500 | 1.500 | 0.50 | 900 | 540 | 810.000 | ||
Kain Tipis | 16.000 | 17.000 | (1.000) | 0.40 | 900 | 360 | (360.000) | ||
Total Price Variance | 450.000 |
Banyak hal menarik yang dapat diketahui dari adanya analisis atas price variance. Dari price variance diketahui bahwa harga kain tebal jauh lebih rendah daripada yang dianggarkan sedangkan harga kain tipis lebih tinggi daripada yang dianggarkan. Hal ini mengakibatk.an price variance untuk kain tebal bersifat favourable sedangprice variance untuk kain tipis bersifat unfavourable. Penyebab terjadinya perbedaan harga ini dapat disebabkan karena berbagai kemungkinan. Pertama, hal ini berkaitan dengan kemampuan bemegosiasi dari bagian pembelian. Bila hal ini yang terjadi, maka pihak manajemen harus segera melakukan peningkatan kemampuan negosiasi bagian pembelian dengan mengikutsertakan pada seminar ataupun pelatihan yang terkait. Selain itu, kemampuan negosiasi tersebut harus selalu ditingkatkan dan dievaluasi secara berkala. Kedua, bagian pembelian sedang melakukan penggantian dan pemiliban supplier barn untuk mendapatkan baban dengan kualitas lebib baik atau barga yang lebih rendah ataupun kedua-duanya. Hal inipun hams menjadi perhatian bagi pihak manajemen mengingat proses pemilihan dan penilaian supplier hams dilakukan dengan transparan dan dengan kriteria-kriteria yang obyektif. Ketiga, adanya kekurangtepatan dalam penentuan standar harga yang dipergunakan. Artinya standar harga yang digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan. Penggunaan data masa lampau sebagai standar harga bahan merupakan kesalahan klasik yang seringkali terjadi. Kemungkinan terakhir adalah karena adanya factor uncontrollable bagi perusahaan, yaitu keluamya peraturan barntentang bea masuk bahan import, atau peraturan kenaikan bahan bakar minyak yang memicu kenaikan harga bahan ataupun peraturan pemerintah lainnya. Apabila terjadi hal-hal yang sifatnya uncontrollable, maka pihak manajemen hams menyikapi dengan hati-hati, artinya investigasi mengenai kinerja yang optimal dalam kondisi yang tidak terkendali hams dilakukan untuk mendukung penilaian kinerja yang obyektif. Analisis selanjutnya atas biaya bahan baku adalah efficiency variance. Efficiency variance adalah varians perbedaan kebutuhan atau penggunaan kain yang dianggarkan dengan yang sebenamya baik untuk kain tebal maupun kain tipis. Varians ini dapat dihitung dengan cara mencari perbedaan penggunaan bahan untuk setiap unit tas, selanjutnya untuk mengetahui total penghematan atau pemborosan (dalam meter) yang terjadi akibat perbedaan penggunaan bahan, maka perbedaan penggunaan bahan untuk setiap unit tas dikalikan dengan jumlab tas yang diproduksi (aktual) dan selanjutnya dikalikan dengan harga bahan per meter (budgeted).