UX dalam Ubiquitous Computing
Ubiquitous computing (atau yang sering juga disebut sebagai ubicomp atau pervasive computing) merupakan sebuah tren yang cukup berkembang mengenai penanaman kemampuan komputasi atas barang (objek) yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan memudahkan pengguna barang (objek). Melalui ubiquitous computing ini, setiap “komputer” dapat bekerja untuk mengurangi interaksi pengguna dengan komputer sehingga komunikasi antara pengguna dan computer dapat dilakukan secara efektif. Berbeda dengan komputasi desktop pada umumnya, ubicomp mampu memproses komputasi di semua perangkat, kapanpun, di manapun, dalam format data apapun, dan dapat berinteraksi dengan perangkat lain asalkan terhubung ke jaringan.
Konsep awal ubicomp pertama kali diusung oleh Gordon Moore di tahun 1965. Beliau berpendapat bahwa di masa yang akan datang, semua barang elektronik mungkin dapat saling terhubung dan dikendalikan melalui sebuah komputer secara otomatis. Namun, istilah ubiquitous computing sendiri baru pertama kali dikemukakan oleh Mark Weiser di tahun 1988 ketika beliau menjabat sebagai direktur Computer Science Laboratory (CSL). Weiser juga berpendapat bahwa di masa yang akan datang, teknologi komputer akan ditanamkan ke hampir semua perangkat yang kita gunakan setiap hari. Perangkat tersebut akan mendukung dan mempermudah aktivitas kita sehari-hari, termasuk dalam mengelola rumah. Bagi Weiser, ubicomp dapat diartikan sebagai the next generation computing environment dimana pengguna akan selalu melakukan interaksi dengan jaringan wireless komputer dan computing akan menjadi hal yang sangat umum ada di dalam aktivitas manusia.
Dengan infrastruktur teknologi yang telah mendukung ubicomp, maka penerapan UX akan mengalami perubahan dari yang sebelumnya. Oleh sebab itu, para desainer UX perlu memikirkan bagaimana cara mereka untuk dapat merancang layanan dan aplikasi yang mampu memanfaatkan mobilitas, kemampuan penginderaan baru, dan kemampuan menggunakan lokasi fisik dan pergerakan penggunanya. Ubicomp akan sangat berkaitan dengan ruang dan gerakan serta memadukan antara fisik dengan digital. Contoh ubicomp yang sering kita dengar bahkan gunakan hingga saat ini adalah smart home. Perangkat-perangkat yang terlibat di dalam smart home dapat bekerja tanpa adanya setuhan secara langsung oleh pengguna. Misalnya, ketika pengguna hendak mematikan lampu, pengguna tidak perlu menyentuh dan menekan tombol off pada saklar lampu, melainkan dapat menggunakan bantuan suara ataupun mematikan melalui smartphone. Beberapa contoh smart home, antara lain Google NEST, smartwatch, smart speaker, self driving cars, smart bulbs, hingga smart door/locks.
Melalui gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa melalui ubiquitous computing, pengguna dapat terhubung ke berbagai layanan dengan cara mengakses smart devices pada smart environment dengan melibatkan smart interaction. Ubiquitous computing bahkan mengubah paradigma “computing time shared by many people” menjadi “human time shared by many computers”. Hal itu dapat terjadi karena adanya microprocessors, storage, wireless networking, dan material-material yang mendukungnya.
Sumber Referensi :
A’ini, A. N. (2021). Technology watch series: Ubiquitous computing (ubicomp). Pusat Sistem Audit Teknologi. https://psat.bppt.go.id/berita/ubiquitous-computing
Benyon, D. (2019). Designing user experience: A guide to HCI, UX and interaction design (4th ed.). Pearson.
Chapman, C. (2019). Mobile UX design principles. Designers. https://www.toptal.com/designers/mobile-ui/mobile-ux-design-principles
Manalu, S. R. (n.d.). Apa itu ubiquitous computing?. School of Computer Science. https://socs.binus.ac.id/2018/12/20/apa-itu-ubiquitous-computing/