Bagaimana Agar IPv4 Tetap Jalan
Internet Protocol (IP) merupakan protocol utama dalam Internet karena fungsinya memberikan alamat unik bagi setiap perangkat yang terhubung ke jaringan tersebut. Permasalahan utama yang dialami komunitas Internet ini adalah ancaman kekurangan IP address. IPv4 merupakan standard IP yang saat ini umum digunakan memiliki alamat secara teoritis sebesar 4,3 milyar alamat unik. Memang IPv6 telah secara official diumumkan sebagai pengganti IPv4, tetapi transisi sepenuhnya menjadi perdebatan dan perjuangan panjang dalam komunitas Internet. Terlepas dari hal tersebut, selama bertahun-tahun, IPv4 telah melayani komunitas Internet dan telah memantapkan dirinya sebagai teknologi yang andal. Namun demikian, keterbatasan alamat dan masalah lainnya telah memaksa komunitas Internet untuk membuat protokol yang lebih fleksibel. Pada tulisan ini kita coba melihat teknologi add on dan strategi yang membuat IPv4 masih bertahan.
Network Address Translation (NAT)
NAT distandarisasi pada tahun 1994 oleh RFC1631 dan diperkenalkan untuk mengurangi kebutuhan untuk pengunaan alamat publik ke setiap perangkat dalam jaringan lokal. Sebagai analogi, banyak perusahaan memiliki satu atau beberapa nomor telpon public, kemudian penggunaan system PABX dapat mengarahkan ke nomor internal atau ektension. Saat ini, sebagian besar perangkat Internet terletak di belakang NAT dimana NAT berfungsi sebagai gateway. Implementasinya, NAT membagi network menjadi eksternal (public) dan internal (private atau lokal) sehingga satu alamat eksternal dapat mengakomodir koneksi multi perangkat jaringan internal. Kritik terhadap teknologi ini menghilangkan prinsip komunikasi dari satu point ke point lainnya bukan melalui perantara dalam hal ini gateway. Hal yang paling penting dari teknologi ini mengakibatkan kebutuhan akan alamat IP publik berkurang secara signifikan karena penggunaan satu atau lebih alamat public untuk mengakomodir koneksi dari jaringan internal. Selain itu, metode ini juga memberikan beberapa fleksibilitas bagi administrator lokal untuk mengelola jaringan internal mereka dengan menetapkan alamat lokal, bukan alamat publik. Lebih jauh, NAT memberi administrator lebih banyak fleksibilitas untuk menerapkan kebijakan jaringan lokal. Sebagian orang mempercayai NAT juga berfungsi sebagai mekanisme keamaman karena alamat IP lokal sebenarnya tidak terlihat (invisible) di Internet.
Terinspirasi oleh kesuksesan NAT, Carrier Grade NAT (CGN) atau multi-layered-NAT atau Large Scale NAT (LSN) diperkenalkan untuk memungkinkan lebih banyak perangkat berbagi satu alamat IP publik. Sementara NAT konvensional terletak di perbatasan jaringan pengguna Internet dengan jaringan internal, dengan model CGN (RFC 6598), NAT dipindahkan ke sisi penyedia Internet (ISP).
Class Inter Domain Routing (CIDR)
CIDR diperkenalkan sebagai jawaban atas masalah classful IPv4. Pengalamatan classful mengkategorikan alamat IP menjadi 5 kelas yaitu A, B, C, D dan E. Meskipun system ini dimaksudkan untuk membuat alokasi alamat lebih efisien, hal ini juga menghasilkan masalah lain – ledakan tabel routing. Ukuran tabel routing secara signifikan mempengaruhi biaya routing dan menurunkan kinerja router.
Otoritas Internet mengusulkan CIDR pada tahun 1993 oleh RFC1518 dan RFC1519 sebagai teknologi tambahan untuk menangani konsep kelas IPv4 yang tidak efisien. Dilema konsep classful meninggalkan banyak alamat yang tidak terpakai. Misalnya, jaringan kelas A secara teoritis mendukung hingga 16 juta host tetapi sangat jarang pengguna memiliki jumlah host yang begitu banyak. Sebaliknya, 256 alamat subnet kelas C terlalu kecil dibandingkan dengan yang dibutuhkan sebagian besar organisasi. Dalam hal ini, CIDR meninggalkan konsep kelas dan meringkas jaringan berdasarkan kebutuhan pengguna. Dengan demikian, teknologi dapat meningkatkan efisiensi penggunaan alamat dengan meminimalkan jumlah alamat yang terbuang.
Namun, meskipun CIDR dapat meminimalkan inefisiensi, lebih banyak entri routing harus dibuat untuk mengirimkan paket dari satu sumber ke tujuan di router utama. Ukuran tabel routing akan meningkat secara signifikan dan berdampak pada proses routing itu sendiri selain meningkatkan biaya routing. Sementara Internet terus meningkat secara eksponensial dan alamat IP benar-benar habis di beberapa wilayah, situasi saat ini memaksa pengguna untuk membagi blok IPv4 yang tersedia menjadi segmen yang lebih kecil. Selain itu, CIDR juga menjadi alasan bagi pengguna internet untuk hanya menyewa alamat IP publik dari provider, bukan langsung mendapatkannya dari regulator.
Transfer Market Policy
Kebijakan transfer pasar adalah taktik berbeda yang akan memungkinkan pemegang alamat IPv4 untuk bertukar alamat yang tidak diinginkan atau kurang dimanfaatkan. Karena pasokan alamat IPv4 yang terbatas, komunitas Internet dengan cepat menyadari bahwa alamat IPv4 berpotensi menjadi hal yang berharga. Ini menjadi opsi untuk memaksimalkan penggunaan alamat IP yang ada dengan mengizinkan pemegang alamat IP untuk memperdagangkannya. Opsi ini kemudian menginspirasi Regional Internet Register (RIR) untuk menyetujui model bisnis pasar transfer untuk memungkinkan pemegang alamat IPv4 menjual alamat IP yang mereka miliki. Setiap RIR menyediakan panduan untuk kebijakan transfer (mis. APNIC-127, ARIN Versi 2015-1, Manual Kebijakan LACNIC v1.8, RIPE-632). Akibatnya, ada banyak pasar alamat IPv4 seperti Hilco Streambank15, IPTrading.com atau The Kalorama Group di mana orang dapat menjual atau membeli alamat tersebut. Sebagai gambaran, pada tahun 2009 Microsoft mengambil alih blok IPv4 yang sebelumnya dipegang oleh Nortel yang bangkrut seharga $7,5 juta untuk 666.624 alamat dalam proses penawaran. Meskipun gagasan awal tentang alamat IP bukan karena sifatnya yang dapat diperdagangkan, transaksi tersebut juga memberikan gambaran yang jelas tentang betapa berharganya hal-hal yang tidak nyata atas nama alamat virtual.