School of Information Systems

Ada Apa Dengan IPv4?

Internet menjadi teknologi yang paling banyak digunakan saat ini. Adopsi Internet ini dimulai pada awal tahun 1990an dengan diperkenalkannya WWW (World Wide Web). Sejak itu, Internet berhasil mengalahkan teknologi sebelumnya yang pernah dikenal seperti televisi, telepon dan lainnya. Awalnya Internet memudahkan berkomunikasi dan berbagi informasi, kemudian tumbuh dan hadir dalam setiap aspek kehidupan manusia. Bahkan teknologi ini menjadi pemicu perubahan prilaku dan tumbuhnya model bisnis baru. Manusia mulai mengenal kehidupan nyata dan kehidupan maya. Semua karena Internet.

Dengan perkembangan teknologi dan perkembangan industry, teknologi Internet akan menjadi tulang punggung dari inovasi-inovasi digital yang telah dan akan muncul. Sebagai contoh, Revolusi Industri 4.0 yang hari-hari ini semarak digaungkan menjadi chapter baru perkembangan peradaban manusia dan teknologi Internet menjadi salah satu penyokongnya. Salah satu jenis teknologi di industry 4.0 adalah IoT (Internet of Things) jelas-jelas mengusung teknologi Internet didalamnya. Idenya menggunakan Internet Protocol (IP) untuk menghubungkan perangkat sehingga dapat berkomunikasi dengan perangkat lainnya baik untuk pengumpulan data ataupun melakukan kontrol terhadap suatu system.

Akan tetapi popularitas Internet juga menghadirkan permasalahan sendiri dimana IP (Internet Protocol) mulai menunjukkan keterbatasannya. Hal yang paling utama adalah jumlah alamat yang dapat diakomodirnya. IP address sendiri berfungsi sebagai fondasi untuk terhubung dengan Internet. Alamat ini menjadi identitas unik yang memungkinkan perangkat dapat berkomunikasi dengan berbagai perangkat lainnya di jaringan Internet.

Desain awal IPv4 didefinisikan dalam RFC791 dengan pengalamatan sebesar 32bit atau sekitar 4.3 alamat unik. IP ini didesain dengan membagi 32bit kedalam 2 level yaitu identitas jaringan dan identitas host yang dikenal dengan prefix. Delapan bit pertama digunakan sebagai identitas network dan 24 bit berikutnya sebagai identitas host. Tabel berikut menunjukkan pembagian kelas beserta jumlah network dan host yang dapat ditampungnya. Tetapi dalam prakteknya jumlah alamat itu banyak berkurang dengan berbagai alasan. Pertama, beberapo alamat tidak tersedia secara publik karena dialokasikan sebagai alamat private, contohnya 10.0.0.0/8. Kedua, beberapa alamat telah dialokasikan oleh pemegang otoritas untuk penggunaan khusus seperti untuk penelitian, multicast dan future use. Kombinasi dari kedua alasan ini sendiri telah menyebabkan sekitar 600 juta address tidak tersedia secara publik. Permasalahan lainnya, alamat yang telah dialokasikan kepada pengguna tidak dapat dengan seketika dapat ditarik meskipun mereka tidak menggunakan. Permasalahan IPv4 tidak terbatas pada jumlah alamat saja tetapi juga permasalahan teknis lainnya. Komunitas Internet telah menyadari kekurangan ini, hanya saja transisi ke IPv6 tidak semudah membalikkan telapak tangan. Terbukti, lebih dari 2 dekade sejak ditetapkannya IPv6 sebagai satu-satunya standar pengganti, adopsinya masih sangat terbatas. Semakin lama permasalahan Internet ini akan tetap menghantui meskipun solusi-solusi jangka pendek diperkenalkan. Should we act now?

Dalam laporannya, Evans dari Cisco menyatakan pada tahun 2008 jumlah perangkat yang terhubung ke Internet telah melebihi jumlah manusia. Di tahun 2022 ini sendiri, perangkat IoT telah mencapai 14.4 Milyar jauh dari angka yang dapat diakomodir oleh IPv4 yang hanya 4.3 Milyar. Belum lagi perangkat yang berlabel smart devices.

Sumber : Evans, D. (2011). The internet of things: How the next evolution of the internet is changing everything. CISCO white paper, 1.

Dedy Syamsuar