School of Information Systems

UX Design 101

“Aduh… Saya sebagai nasabah tidak puas menggunakan aplikasi bank digital XXX. Gimana sih UI-UX-nya?” Tak jarang ungkapan UI-UX terdengar di media sosial sebagai sebuah aspek penilaian customer terhadap suatu aplikasi atau pun bentuk software lainnya. Sebagai pengguna media sosial, rasa penasaran dan keinginan untuk juga menggunakan istilah UI-UX agar terkesan modern dan tech-savvy pun muncul. Namun demikian, apakah kita semua sudah benar-benar memahami UI-UX itu sendiri? Apa bedanya? Bagaimana bisa muncul istilah seperti itu? Dan paling penting bagaimana UX Design memengaruhi hidup kita? Tulisan ini akan memaparkan secara secara mudah dan tetap mendalam tentang UX Design agar tidak ada lagi salah kaprah dan misusing kata UI-UX di kehidupan sehari-hari.

UI-UX, What’s the Difference?

Istilah UI dan UX pada dasarnya tidak bisa kita sama artikan karena keduanya memiliki scope yang berbeda. Dari etimologinya, UI adalah singkatan dari User Interface yang merupakan interface atau tampilan muka dari sebuah sistem atau jasa yang interaktif (Benyon, 2019). Lebih lanjut lagi, interface sendiri bisa diartikan bahwa seluruh bagian dari suatu sistem yang berinteraksi secara fisik, perseptual (pancaindra), dan konseptual. Secara fisik berarti bagaimana pengguna produk/jasa bisa menyentuh atau melakukan sesuatu untuk menerima respon. Sebagai contoh, seorang karyawan mengklik tetikus bagian kiri untuk menjalankan suatu perintah komputer yaitu save file. Ataupun ketika pengguna Gojek menyentuh layar smartphone-nya di aplikasi Gojek untuk memasukkan titik penjemputan oleh driver. Kemudian, secara perseptual pada dasarnya bagaimana alat atau device untuk mengakses sistem tersebut terlihat, terdengar, terasa, dan hal lainnya yang berkaitan dengan pancaindra manusia. Sebagai contoh, di aplikasi mobile dari marketplace app Shopee, muncul suara notifikasi “Shopee~!” ketika seller mendapatkan pesanan baru dari pelanggan. Lalu, secara konseptual berarti interface berkaitan dengan bagaimana sistem tersebut melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Sebagai contoh, pada web belanja fashion Zalora, pengguna bisa memilih dan membeli berbagai item fesyen sesuai dengan preferensi pengguna. Maka dari itu, pada dasarnya interface mencakup mekanisme proses dari input data hingga output-nya. Sedangkan UX atau User Experience tidak hanya sebatas UI, melainkan seluruh interaksi antara pengguna dengan seluruh alat/device serta titik-titik interaksi sebagai sebuah pengalaman.

Secara sederhana, UI adalah bagian dari UX. Berdasarkan Benyon (2019), UX memiliki empat aspek penting yang bisa mendefinisikan scope-nya, yaitu:

  1. Design – Segala sesuatu terkait proses kreatif dalam pembuatan suatu hal. Hal ini berate mendesain layout dari suatu aplikasi, memilih dan memutuskan color palette atau scheme dari suatu web, bahkan termasuk membuat sketsa desain suatu produk.
  2. Technologies – Desain UX berkaitan dengan membuat suatu sistem interaktif dengan alat atau device dan komponen-komponen yang bersifat tech-based. Hal ini dikarenakan esensi dari UX adalah bagaimana teknologi menjadi enabler bagi manusia. Maka dari itu, penting untuk selalu memiliki pengetahuan terkait teknologi.
  3. People – Seperti yang dijelaskan di atas, teknologi yang membantu manusia untuk melakukan kegiatan. Sehingga, manusia adalah pengguna di mana UX harus berfokus pada aspek user—manusia. Oleh karena itu, penting untuk selalu memasukkan aspek user dalam mendesain suatu sistem interaktif karena pada akhirnya pengalaman penggunalah yang menjadi tolak ukur keberhasilan desain UX.
  4. Activities and contexts – UX tidak sebatas pada Oleh karena itu, UX harus menambahkan value dalam aktivitas-aktivitas penggunanya yang memiliki keinginan, tujuan, perasaan, dan permasalahan (Benyon, 2019).

Dari keempat aspek di atas bisa kita simpulkan bahwa UX memiliki batasan yang lebih jauh dari UI karena memasukkan aspek people dan activities-contexts. Perbedaan UI dan UX secara lebih lanjut bisa kita pahami dari ilustrasi di atas. UI dan UX adalah suatu kesatuan dengan scope yang berbeda. Keduanya sama-sama botol saos, namun UI diibaratkan sebagai botolnya, tutup botolnya, dan label merk tersebut (Dimitroff, 2017). Bisa dikatakan UI sebatas pada fungsionalitas suatu produk/jasa. Sedangkan UX mencakup seluruh pengalaman pengguna, mulai dari ketika men-discover merk saos tersebut, persepsi user terhadap overall branding, interaksi pengguna dengan perusahaan di channel penjualan/komunikasi, dan titik-titik lainnya yang memungkinkan terjadinya interaksi.

The Origination of UX Design

Perbedaan antara UI dan UX sudah semakin jelas, namun untuk pemahaman yang lebih komprehensif, perlu diketahui asal mula munculnya UX design. Semua hal ini berawal ketika masa setelah Revolusi Industri, yaitu Machine Age di mana banyak perusahaan menggunakan mesin di akhir abad 19 dan awal abad 20 (UX Booth, 2013). Lebih lanjut, para filsuf-filsuf seperti Frederick Winslow Taylor dan Henry Ford memberikan pemikiran-pemikiran terkait cara menjadikan sumber daya manusia (human labor) lebih efisien ketika berinteraksi dengan peralatan mesin. Hal ini dianggap kurang etis karena tidak memanusiakan manusia yang tentunya lebih dari sekadar enabler untuk penggunaan mesin. Namun demikian, inilah pemicu awal dari perkembangan UX yang berfokus pada interaksi teknologi, manusia, desain, dan aktivitas.

Menurut Leah Buley dalam UX Booth (2013), filosofi sistem manufaktur yang dijalankan oleh Toyota yaitu Kaizen menjadikan aspek manusia—people—sebagai center atau pihak utama dalam seluruh proses produksi di pertengahan abad ke-20. Slogan yang biasa didengar adalah “respect for people”. Pada titik inilah seluruh industri mulai memiliki kesadaran kolektif bahwa aspek manusia menjadi sangat penting dalam mengembangkan suatu sistem yang bisa meningkatkan efisiensi aktivitas sehari-hari.

Istilah UX pun muncul ketika seorang cognitive psychologist bernama Donald Norman bergabung dengan perusahaan Apple di awal tahun 90-an (UX Booth, 2013). Field tentang pengembangan interface sudah muncul dari tahun 70-an, namun tidak sampai pada realisasi penyatuan aspek manusia dan interface. Norman menyatakan bahwa penting untuk memiliki sebuah terminologi yang bisa mencakup seluruh pengalaman user, mulai dari desain, sistem, grafik, interface, dan fisik manualnya (Sevens, 2021). Lebih lanjut lagi, Norman menerbitkan sebuah buku berjudul The Psychology of Everyday Things (The Design of Everyday Things) yang menjadi dasar awal dari UX design.

“I invented the term because I thought human interface and usability were too narrow: I wanted to cover all aspects of the person’s experience with a system, including industrial design, graphics, the interface, the physical interaction, and the manual.” – Donald Norman

Bottomline

Sekarang, UX design telah berkembang menjadi suatu bidang dalam industri yang dipenuhi oleh para profesional berpengalaman hingga menjadi sebuah studi literatur dalam jenjang akademisi. Human Computer Interaction (HCI) menjadi cikal-bakal pengembangan UX design, di mana konsep interface, interaction design, dan usability diperkenalkan (UX Booth, 2013). Pada era ini sudah banyak ditemukan pekerjaan-pekerjaan seperti UI/UX Designer, UI/UX Programmer, Web Designer, Front-End Designer yang merupakan bagian dari field UX design. Oleh karena itu, penting bagi seluruh pemain di industri untuk memahami pentingnya menempatkan manusia sebagai center (human-centered) dalam pengembangan suatu sistem ataupun produk/jasa. UI dan UX tidak lagi menjadi suatu hal yang membingungkan dan “jauh” karena telah membantu manusia dengan memberi kemudahan dalam menggunakan sistem software maupun hardware di kehidupan sehari-hari.

References:

Benyon, D. (2019). Designing user experience: A guide to HCI, UX, and interaction design. Pearson.

Dimitroff, D. (3 Agustus 2017). UI vs UX: What is the difference? Sitepoint. https://www.sitepoint.com/ui-vs-ux-what-is-the-difference/

Stevens, E. (28 Juli 2021). The fascinating history of UX design: A definitive timeline. Career Foundry. https://careerfoundry.com/en/blog/ux-design/the-fascinating-history-of-ux-design-a-definitive-timeline/#donald-norman-gives-ux-design-a-name

UX Booth. (8 Agustus 2013). Where UX comes from. UX Booth. https://www.uxbooth.com/articles/where-ux-comes-from/

Stephani Andrea Dumarita, Ferdianto