Ciri-ciri Organisasi yang Agile
Pernahkah Anda mendengar mengenai organisasi yang agile atau organisasi yang lincah? Pada dasarnya, istilah agile atau organisasi yang lincah ini berkaitan dengan strategi yang diterapkan perusahaan dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis. Seperti yang Anda tahu, dunia bisnis saat ini semakin tinggi tingkat persaingannya, meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19.
Untuk bisa menjadi pemenang dalam persaingan yang luar biasa ketat, tentu dibutuhkan kemampuan adaptasi tinggi. Agar bisa beradaptasi dengan cepat sesuai dengan dinamika pasar, perusahaan harus berupaya melakukan berbagai strategi membangun bisnis dan lincah dalam mengambil keputusan-keputusan yang menguntungkan bisnis.
Lantas bagaimana jadinya jika perusahaan gagal menjadi organisasi yang lincah?
Mungkin tak berlebihan kalau perusahaan bakal sulit untuk bertahan. Perusahan yang sama sekali tidak agile, akan mengalami berbagai hambatan, baik sekadar untuk bertahan lebih lagi untuk bersaing dengan para kompetitor. Sekalipun punya perjalanan bisnis yang kuat di masa lalu, jika jajaran perusahaan enggan berubah lebih baik sesuai zaman, bisa-bisa brand mereka ditinggalkan masyarakat.
Ciri-ciri Organisasi Agile
Perjalanan bagi perusahaan untuk menjadi organisasi yang agile tentu bukan perkara mudah. Apalagi kalau perusahaan sudah memiliki sejarah panjang dengan prinsip-prinsip kuat yang dipegang para founder. Perubahan yang perlu dilakukan akan butuh waktu lama. Namun kembali lagi pada fakta bahwa perusahaan yang tidak agile bakal sulit bertahan di masa depan, perubahan itu jelas wajib terjadi.
Untuk bisa melakukan perubahan dan menjadikan perusahaan lebih agile, ada beberapa hal yang wajib dilakukan, seperti:
Tujuan, Visi dan Misi Jelas dan Detail
Menurut Effendi Ibnoe selaku pemateri di platform belajar online Qubisa, ciri pertama yang menggambarkan kalau perusahaan itu agile adalah memiliki tujuan, visi dan misi yang bisa diketahui siapa pun. Tak hanya diketahui, tujuan dan visi itu mempengaruhi seluruh kinerja pegawai di dalam perusahaan, termasuk dalam penerapan strategi jangka panjang dan pendek yang dipahami seluruh jajaran karyawan.
Dengan memahami betul tujuan besar perusahaan, maka perusahaan bisa menjalankan operasional sesuai dengan panduan yang tepat. Sekalipun mengalami hambatan, perusahaan tak akan kesulitan dalam beradaptasi sehingga seluruh penggunaan sumber daya yang ada jauh lebih fleksibel, efektif, dan efisien.
Punya Struktur yang Datar
Pernahkah Anda mendengar ada perusahaan yang begitu rumit dalam jajaran manajerial hingga direksi? Maksudnya ketika karyawan memiliki sebuah ide dan hendak melakukan pengajuan eksekusi, persetujuan yang diminta harus melewati banyak pihak dan birokrasi berbelit-belit, mulai dari ketua tim, manajer divisi, manajer cabang kota, manajer cabang provinsi, dan baru diterima pihak pusat. Jika birokrasinya saja rumit maka bisa dikatakan organisasi tersebut bukan organisasi yang lincah.
Perusahaan dikatakan agile jika mereka memiliki struktur kepemimpinan yang flat. Ada pihak-pihak yang memang bertanggung jawab dalam penetapan keputusan secara profesional, tapi prosesnya tidak terlalu lama. Hubungan bawahan dan atasan berjalan lebih fleksibel dan tidak rumit sehingga berbagai hal bisa diputuskan secara cepat, tepat, serta sesuai tujuan perusahaan, terutama pada hal-hal yang bersifat urgent.
Berani Coba Hal Baru
Ciri khas berikutnya, organisasi atau perusahaan disebut agile jika berani mencoba hal-hal baru. Adakalanya perusahaan memiliki kegagalan dalam produk yang diluncurkan, tapi jika perusahaan itu cukup agile, kegagalan bukan akhir segalanya. Kegagalan justru awal untuk mencoba hal-hal baru. Bahkan secara jangka panjang akan membuat perusahaan memiliki lebih banyak pengalaman.
Karyawan Memiliki Peluang yang Sama
Berangkat dari karakteristik sebelumnya, perusahaan yang lincah sudah pasti memberikan peluang ke seluruh karyawannya untuk menjadi pribadi yang jauh lebih berkualitas. Ketika terjadi kegagalan, perusahaan bisa cepat bangkit dari kegagalan. Hal yang sama juga berlaku kepada seluruh individu yang bekerja di dalam perusahaan, semua melalui proses evaluasi, sanksi, kemudian bangkit dan melakukan perbaikan. Ada kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran dari pengalaman gagal.
Lewat peluang jadi lebih baik yang dibuka lebar-lebar ini, setiap karyawan tentu bisa meningkatkan kualitas diri yang akhirnya berdampak positif ke produktivitas operasional perusahaan. Peningkatan kualitas ini bisa diperoleh lewat pelatihan formal atau non-formal yang semuanya wajib dilakukan secara profesional.
Memanfaatkan Teknologi Tepat Guna
Dan inilah hal terakhir yang membuat perusahaan itu layak disebut agile, yakni mampu mengikuti perkembangan teknologi dan memanfaatkannya dengan baik. Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini yang memaksa setiap orang melakukan pembatasan kegiatan sosial, teknologi jelas sangat membantu setiap perusahaan untuk tetap menjalankan operasional, memperoleh keuntungan, dan membayar karyawan sesuai hak dan kewajiban yang sudah diatur.
Dengan memanfaatkan internet, perusahaan akan tetap bisa berjalan normal bahkan berubah sesuai dengan kebutuhan zaman. Misalkan saja, perusahaan di pusat perbelanjaan yang terpaksa tutup karena wabah corona, menggunakan marketplace dan jalur penjualan online lainnya untuk tetap memperoleh omzet. Sudah pasti pusat perbelanjaan ini membuktikan diri sebagai organisasi yang lincah dan tetap meraup untung dalam kondisi ekonomi sulit.
Sumber:
https://www.qubisa.com/article/ciri-organisasi-yang-agile#showContent