School of Information Systems

Data Mart Cinema2

2.2 Latar Belakang Perusahaan

PT Nusantara Sejahtera Raya beroperasi sebagai Cineplex 21 Group adalah sebuah jaringan bioskop di Indonesia, dan pelopor jaringan cineplex di Indonesia. Jaringan bioskop ini tersebar di beberapa kota besar di seluruh Indonesia dan sebagian besar di antaranya terletak di dalam pusat perbelanjaan, dengan film-film Hollywood dan Indonesia sebagai menu utama, dan didukung oleh teknologi tata suara Dolby Digital, THX dan yang terbaru Dolby Atmos.

Cineplex 21 Group memulai kiprahnya di industri hiburan sejak tanggal 21 Agustus 1987, hingga Juni 2015, Cineplex 21 Group memiliki total 1240 layar yang tersebar di 33 kota di 146 lokasi di seluruh Indonesia. Group ini didirikan oleh Sudwikatmono bekerjasama dengan Benny Suherman dan Harris Lesmana.

Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, Cineplex 21 Group telah melakukan sejumlah pembenahan dan pembaharuan, di antaranya adalah dengan membentuk jaringan bioskopnya menjadi 4 merek terpisah, yakni Cinema XXI, The Premiere, Cinema 21, dan IMAX untuk target pasar berbeda. Cineplex 21 Group terus memperbaharui jaringan bioskopnya seperti menambahkan fasilitas cafe atau lounge di dalam Cinema XXI, kualitas suara dalam teater, sampai dengan peluncuran mobile ticketing dengan aplikasi M-Tix.

BAB III

PEMBAHASAN

Design Rancangan Data Warehouse

Proses perancangan data warehouse yang dilakukan adalah menggunakan metode top-down. Tahap-tahap yang dilakukan dalam perancangan data warehouse pada Cinema XXI adalah:

  1. Menganalisa kebutuhan laporan yang dibutuhkan oleh manajemen Cinema XXI.
  2. Mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan.
  3. Menganalisis dan menentukan kebutuhan data dan informasi.
  4. Menggunakan metodologi perancangan data warehouse.
  5. Merancang skema bintang/star schema.
  6. Menentukan perangkat keras dan piranti lunak yang akan digunakan.
  7. Melakukan transformasi data ke dalam data warehouse.
  8. Membuat prototipe aplikasi Cinema XXI.
  9. Implementasi aplikasi data warehouse.

1. Pemilihan Proses Bisnis

Pada tahap ini, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka diputuskan orientasi pembentukan data warehouse Cinema XXI dilakukan pada proses penjualan tiket offline, dan proses penjualan tiket online atau m-tix.

2. Pemilihan Grain

Grain merupakan data dari calon fakta yang akan dianalisis, dengan pemilihan grain maka dapat diputuskan apa yang akan digambarkan oleh record dalam tabel fakta. Berikut grain dalam tabel fakta:

  • Penjualan tiket offline, meliputi:

    Jumlah tiket yang dibeli pelanggan yang dapat diwakilkan dengan tabel fakta Transaction yang berisi ID transaksi, tanggal transaksi, jumlah tiket, film yang dipilih, staf yang bertanggung jawab dengan transaksi, kursi yang dipilih serta jumlah transaksi.

  • Penjualan tiket online atau m-tix, meliputi:

    Jumlah tiket yang dibeli pelanggan melalui aplikasi m-tix, diwakilkan dengan tabel fakta m-Transaction yang berisi ID m-transaction, tanggal m-transaction, jumlah tiket yang dibeli, film yang dipilih, kursi yang dipilih, jumlah transaksi dan ID pelanggan yang membeli.

Erlangga Asyam Fauzian Suyani