School of Information Systems

Hambatan perkembangan Industri 4.0 di Indonesia

Hambatan perkembangan Industri 4.0 di Indonesia
Oleh: Devi Puri

Revolusi Industri adalah sebuah bentuk perkembangan dalam bidang industri. Pada Revolusi Industri 4.0 ini tempat-tempat industri mulai memanfaatkan teknologi yang kini sudah maju, seperti robot, kepintaran buatan, ataupun cloud computing.

Dengan munculnya revolusi industri 4.0 perkembangan teknologi di dunia menjadi semakin pesat. Revolusi industri ini tentu memberikan dampak yang bagus untuk perkembangan teknologi, akan tetapi ada masalah yang menghambat perkembangan tersebut. Di Indonesia sendiri ditemukan beberapa hambatan yang mengakibatkan Revolusi Industri 4.0 di Indonesia sulit untuk diterapkan.

Diantara lain masalah yang harus dihadapi Indonesia pertama adalah Sumber Daya Manusia (SDM) mereka sendiri. Seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki SDM yang sangat banyak, meski  begitu orang-orang yang memiliki kualitas yang bagus masih terbilang sedikit. Sehingga walaupun terdapat lowongan perkerjaan, hingga kini masih banyak masyarakat yang tidak dapat mendapat pekerjaan dikarenakan rendahnya kualitas mereka. Indonesia memiliki angkatan kerja terbesar ke-4 di dunia, namun sangat kekurangan talenta. Anggaran pendidikan pemerintah saat ini hanya sekitar US$ 114/kapita.

Selain dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih belum memenuhi, dari segi Zona Industri di Indonesia sendiri masih belum optimal contohnya migas vs petrokimia. Selain itu, kawasan industri di Indonesia juga kurang dikembangkan dan digunakan. Seperti Batam, Karawang, dan Bekasi. Hal ini di ungkapkan oleh Airlangga di depan peserta dialog industri Bappenas-JICA, Selasa (17/4/2018). Selain itu adanya indutri kecil dan menengah yang masih tertinggal. Data Kemenperin menunjukkan 62% pekerja Indonesia bekerja pada IKM dengan produktivitas yang masih rendah.

Dan masalah lainnya masih terletak di sektor industri yaitu, yang sering kita dengan indutri Halu (Upstream) dan diantara (midstream) yang kurang berkembang, yang terlihat dengan ketergantungan bahan baku kita dari impor, contohnya lebih dari 50% industri petrokima , 74% logam dasar, serta semua bagian penting di bidang elektronik dan otomotif.

Masalah lainnya yang juga menjadi sebuah hambatan infrastruktur Indonesia yang masih belum memadai dengan platform digital yang belum optimal. Contohnya teknologi seluler di Indonesia yang masih mengadopsi 4G dan masih belum siap untuk beralih ke 5G. dan lagi kecepatan rata-rata fiber optic yangt juga masih kurang dari 10Mbps. Dan fasilatas cloud yang masih saja terbatas.

Dan masalah yang harus diperhatikan lainnya sebagai sebuah hambatan adalah peraturan atau kebijakan pemerintah yang sering kali tumpang tindih dengan perkembangan Industri 4.0, yang dikerenakan perubahan yang pesat berdampak pada perubahan teknologi dan sosial, maka menjadis ebuah hal yang keliru untuk memastikan hasil yang tepat jika hanya mengandalkan legislasi/regulasi dan insentif dari pemerintah. Karena pada saat diterapkannya sebuah perturan baru atau regulasi diterapkan maka perlahan norma/aturan mungkin sudah tidak lagi memadai atau malah menjadi tumpang tindih.

Terlepas dari semua hambatan dan tantangan yang mengekori perubahan pada revolusi 4.0, ada baiknya sebagai pelaku industri  dan pemanku kepentingan untuk lebih fokus mikirkan cara bertahan dan tetap kompetitif, dan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas regulasi dan legislasi untuk lebih berfokus untuk menciptakan solusi yang tidak bertumpang tindih nantinya.

https://www.kompasiana.com/adrianck/5ce42df795760e7d68154b77/kendala-indonesia-dalam-menghadapi-revolusi-industri-4-0

https://www.cnbcindonesia.com/news/20180417185422-4-11394/ini-10-tantangan-ri-di-era-industri-40-menurut-menperin

Devi Puri