Revolusi Sistem Penjualan Retail
Sejarah Sistem Penjualan
Divisi penjualan adalah bagian paling vital dari sebuah perusahaan. Tidak ada satupun perusahaan yang tidak memiliki bagian penjualan. Bahkan warung sekalipun pasti melakukan aktivitas penjualan. Seiring berjalannya waktu penjualan yang dulunya dilakuakan orang perorangpun mulai dilakukan secara berkelompok. Penjualan secara berkelompok dapat menghasilkan keuntungan yang jauh lebih banyak daripada penjualan secara perorangan. Namun, penjualan yang dilakukan secara berkelompok sangat memungkinkan untuk terjadinya fraud atau kecurangan. Untuk meminimalisir kecurangan, maka dibentuklah sebuah badan hukum untuk sebuah perusahaan yang mengatur tentang pembagian tugas, konsekuensi, ataupun hukuman terhadap pelanggar pelanggaran yang dilakukan anggota organisasi. Oleh sebab itu kita mengenal perusahaan dalam badan hokum seperti cv, koperasi, ataupun PT seperti yang kita ketahui sekarang ini.
Penjualan yang dilakukan secara organisasi ini berkembang dengan sangat cepat. Dan salah satu perusahaan dimana divisi penjualan menjadi divisi penjualan menjadi divisi paing vital adalah perusahaan retail. Kompleksnya alur penjualan membuat divisi ini memiliki sistem penjualan yang berkembang pesat. Pada awalnya perusahaan retail melakukan sesuatu secara manual. Hanya perusahaan besar seperti supermarket sajalah yang memiliki sistem penjualan melalui kasir. Namun, setelah dilakukan evaluasi, ternyata sebuah toko pun perlu mengadaptasi sistem kasir. Hal ini ditandai dengan munculnya minimarket yang bernama indomaret dan alfamaret. Sistem penjualan yang dilakukan oleh meniru apa yang dilakukan oleh supermarket. Setiap barang memiliki ID barcodeyang akan dibaca oleh barcode reader menggunakan infra red. Hingga sekarang sistempenjualan ini sangat popular dan digunakan dimana mana.
Perkembangan Sistem Penjualan
Namun, perkembangan sistem penjualan tidak sampai disitu aja. Pada Supermarket supermarket besar, seringkali toko terlalu luas sehingga supermarket tidak biasa mengawasi konsumen yang melakukan tindakan nakal berupa pencurian. Sehingga di beberapa minimarket telah memiliki anti theft . Alat ini akan berbunyi jika konsumen keluar dari toko dengan membawa produk yang belum dibayar. Revolusi dari segi pembayaran juga meningkat. Dari yang sebelumnya hanya bisa dilakukan melalui cash, debet, ataupun kredit, kini sudah muncul kartu praktis yang tidak memerlukan pin seperti flazz card pada BCA atau ecash pada Mandiri. Hal ini membuat konsumen menjadi lebih praktis tanpa harus risau dengan cash yang harus dibawa di dompet.
What’s next
Perkembangan Bisnis Intelligence berpengaruh besar terhadap perkembangan sistem penjualan pada retail. Setelah ditemukannya RFID seakan membuka peluang untuk cashless yang lebih praktis. Masalah utama dalam sebuah sistem penjualan retail adalah antrian pada kasir. Kasir juga berpeluang melakukan fraud jika inspeksi atau control internal tidak dilakukan secara rutin. Teknologi RFID membantu agar konsumen menjadi lebih praktis dan mengurangi jumlah kasir. Teknologi ini memungkinkan konsumen hanya perlu membawa keluar barang belanjaan melewati detector gerbang bayar. Kemudian konsumen hanya perlu melakukan tapping yang mengurangi saldo secara otomatis pada kartu bayar. Hal ini menyebabkan efisiensi waktu pada konsumen tanpa perlu membarcode satu persatu produk yang menyebabkan antrian.