SAMPAH ANTARIKSA (bagian 4)
JATUH KE BUMI
Sampah antariksa tidak hanya berakibat buruk bagi benda-benda langit lainnya, namun juga adanya kemungkinan sampah tersebut jatuh ke bumi. Semakin rendah posisi orbit satelit atau sampah antariksa, semakin cepat pula kemungkinan untuk jatuh ke permukaan bumi. Masa hidup sampah antariksa bertahan pada orbitnya sangat bergantung pada hambatan atmosfer. Semakin rendah ketinggian satelit, hambatan atmosfer semakin besar karena semakin rapat (Alfiani, 2011, kompasiana.com).
Aktivitas matahari juga berkaitan dengan sampah antariksa. Sampah antariksa jatuh ke bumi akibat terjadinya efek pemuaian atmosfer karena peningkatan intensitas sinar ultra violet. Peningkatan aktivitas matahari juga dapat menyebabkan kerapatan atmosfer meningkat dan hambatan terhadap satelit juga meningkat (Alfiani, 2011, kompasiana.com).
Satelit yang berada disekitar 1000 km akan mengalami perlambatan gerak akibat peningkatan kerapatan atmosfer, sehingga akhirnya jatuh ke bumi. Ketika aktivitas matahari mulai lemah, sampah antariksa di ketinggian 600 km, akan mampu bertahan selama puluhan tahun. Namun jika matahari aktif, hanya mampu bertahan selama 1 tahun (Alfiani, 2011, kompasiana.com).
Saat ini ada sekitar 60 negara, instansi swasta, akademi di dunia yang mengoperasikan satelit, dan jumlahnya mencapai lebih dari 100 unit dengan bermacam-macam orbit (2016, ANTARA, m.tempo.co). Menambahnya jumlah benda antariksa buatan manusia akan membuat potensi jatuhnya benda langit semacam sampah antariksa semakin besar. Data pantauan jaringan radar menunjukkan, bahwa setiap 2-3 hari, ada sampah antariksa yang jatuh ke bumi. Untuk benda yang berukuran besar dan memiliki bobot beberapa puluh ton, rata-rata 2 minggu sekali, ada saja yang jatuh (Alfiani, 2011, kompasiana.com).
Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, sampah antariksa Indonesia mencapai 20.000 kepingan. LAPAN harus memantau sampah-sampah antariksa itu secara berkala untuk mencegahnya menabrak satelit dan mengantisipasi adanya sampah yang jatuh ke Bumi. Potensi jatuh tetap ada makanya, harus terus diawasi dan memperingatkan masyarakat serta lembaga terkait guna menghindari efek bahaya yang timbul dari sampah tersebut jika jatuh (2015, antarakalbar.com).
Tahun 2012, Indonesia ikut “menyumbang” Satelit Telkom-3 menjadi sampah antariksa. Satelit yang dibangun oleh ISS Reshetnev (Rusia) dengan perlengkapan komunikasi oleh Thales Aleniaspace (Italia) dengan total ongkos pembangunan hingga peluncuran setara Rp 1,9 trilyun tersesat di langit. Satelit Telkom-3 seharusnya menempati orbit geostasioner, yakni orbit berbentuk lingkaran yang terletak pada ketinggian 35.786 km tepat di atas garis khatulistiwa sehingga periode revolusi satelit tepat sama dengan periode rotasi Bumi (Sudibyo, 2012, kafeastronomi.com).
Benda langit sebesar kelapa, pernah jatuh di lahan gambut, daerah Pontianak di tahun 2003, membuat lubang mencapai kedalaman 2 m (Alfiani, 2011, kompasiana.com). Selain di Pontianak, sampah angkasa juga pernah jatuh pada: (1) 26 Maret 1981, jam 20:23 WITA, di Gorontalo (bagian motor roket Cosmos-3M/Space Launcher 8 (SL-8)/11K65M, milik Rusia), (2) 16 April 1988, jam 10:24 WIB, di Lampung (bagian motor roket Soyuz A-2/Space Launcher 4 (SL-4)/11A511U, milik Rusia), (3) 13 Oktober 2003, jam 16:36 WIB, di Bengkulu (pecahan roket CZ-3 (Chang Cheng/Long March 3), milik RRC), dan (4) 23 Februari 2007, jam 07:30 WITA, di Flores (pecahan satelit Okean 3 deb, milik Persemakmuran Negara-negara Merdeka atau Commonwealth of Independent States (dahulu Uni Soviet)) (Furkon, Adrian, 2011, undryblog.blogspot.co.id).
Dalam hal regulasi, Indonesia sudah memiliki payung hukum, yaitu Undang-Undang No.21 tahun 2013 tentang Keantariksaan. Di antara manfaatnya yang besar bagi bidang ekonomi, pertahanan, dan keamanan; kegiataan keantariksaan juga mengandung risiko seperti kegagalan peluncuran satelit dan roket, kemungkinan tabrakan akibat peluncuran, atau konflik antarnegara dalam penggunaan slot orbit dan sampah antariksa. Untuk itu, diperlukan aturan-aturan yang dapat menjadi payung hukum kegiatan keantariksaan di Indonesia (2013, antaranews.com).
Sedangkan untuk regulasi e-waste, Indonesia sendiri sudah memiliki regulasi dalam bentuk antara lain: (1) Keppres Nomor 61 tahun 1993 tentang Ratifikasi Konvensi Basel, (2) Perpres Nomor 47 tahun 2005 tentang Ratifikasi Ban Amendment, (3) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), (4) PP Nomor 18/1999 jo PP Nomor 85/1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, dan (5) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Namun selama ini, karakteristik dari sampah antariksa itu sendiri umumnya lebih ditekankan pada Undang-Undang No.21 tahun 2013 tentang Keantariksaan, padahal sebenarnya tidak seperti itu. Pengelolaan sampah ada regulasinya tersendiri. Ada aturan main tersendiri.
Sumber:
- “Anatomy of a Satellite”. Diambil dari: http://satellites.spacesim.org/english/anatomy/index.html
- “Pembuangan Sampah Antariksa“. Diambil dari: http://www.dw.com/id/pembuangan-sampah-antariksa/a-16765524
- “Sampah Antariksa”. Diambil dari: http://sistemalamsemestaitera.blogspot.co.id/2015_04_01_archive.html
- “Ternyata Sampah Luar Angkasa Begitu Banyak dari Manusia”. Diambil dari: http://angkasa.xyz/ternyata-sampah-luar-angkasa-begitu-banyak-dari-manusia/
- 2011. “Waspada, UARS Sampah Antariksa akan Jatuh ke Bumi”. Diambil dari: https://beritasepuluh.com/2011/09/14/waspada-uars-sampah-antariksa-akan-jatuh-ke-bumi/
- 2013. “Keantariksaan Indonesia kini punya Payung Hukum”. Diambil dari: http://www.antaranews.com/berita/405104/keantariksaan-indonesia-kini-punya-payung-hukum
- 2013. “Sampah Benda Luar Angkasa Sulit di Atasi”. Diambil dari: http://www.plimbi.com/article/99231/sampah-benda-luar-angkasa-sulit-di-atasi
- 2015. “Melihat Sampah yang Menumpuk di Orbit Bumi selama 60 Tahun”. Diambil dari: http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/12/melihat-sampah-yang-menumpuk-di-orbit-bumi-selama-60-tahun
- 2015. “Sampah Antariksa Indonesia Capai 20 Ribu Keping”. Diambil dari: http://www.antarakalbar.com/berita/333679/sampah-antariksa-indonesia-capai-20-ribu-keping?utm_source=related_news&utm_medium=related&utm_campaign=news
- 2016. “Beginilah Gambar Sampah yang Beterbangan di Luar Angkasa”. Diambil dari: http://jogja.tribunnews.com/2016/01/26/beginilah-gambar-sampah-yang-beterbangan-di-luar-angkasa
- 2016. “Manusia Turut Sumbang Ratusan Juta Sampah di Luar Angkasa”. Diambil dari: https://m.tempo.co/read/news/2016/02/29/061749343/manusia-turut-sumbang-ratusan-juta-sampah-di-luar-angkasa
- Alfiani, Nurul. 2011. “Sampah Antariksa”. Diambil dari: http://www.kompasiana.com/nurulalfiani131016/sampah-antariksa_55006d9fa33311ef6f511147
- Biantoro, Bramy. 2015. “Begini Padatnya Sampah Luar Angkasa sampai tahun 2015”. Diambil dari: http://www.merdeka.com/teknologi/begini-padatnya-sampah-luar-angkasa-sampai-tahun-2015.html
- Fajrina, Hani Nur. 2016. “NASA Bakal Bakar Pesawat Pengangkut Sampah di Antariksa”. Diambil dari: http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20160615104722-199-138260/nasa-bakal-bakar-pesawat-pengangkut-sampah-di-antariksa/
- Furkon, Adrian. 2011. “Sampah Antariksa: Problema Internasional”. Diambil dari: http://undryblog.blogspot.co.id/2011/11/sampah-antariksa-problema-internasional.html
- Lumbantobing, Alexander. 2014. “Pagar Angkasa Demi Tangkal Sampah Antariksa”. Diambil dari: http://global.liputan6.com/read/2046747/pagar-angkasa-demi-tangkal-sampah-antariksa
- Muharram, Riza Miftah. 2016. “Sampah Antariksa Membuat Salah Satu Kaca ISS Retak”. Diambil dari: http://www.infoastronomy.org/2016/05/sampah-antariksa-membuat-salah-satu-kaca-iss-retak.html
- Ngazis, Amal Nur. 2015. “Sampah Antariksa Bakal Diubah Jadi Bahan Bakar”. Diambil dari: http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/707540-sampah-antariksa-bakal-diubah-jadi-bahan-bakar
- Sudibyo, Ma’rufin. 2012. “Satelit Telkom-3 pun Menjadi Sampah Antariksa”. Diambil dari: http://kafeastronomi.com/satelit-telkom-3-pun-menjadi-sampah-antariksa.html
- Yusuf, Oik. 2011. “Gara-gara “Update Software”, Satelit Rp 3 Triliun Jadi Sampah Antariksa”. Diambil dari: http://tekno.kompas.com/read/2016/05/12/11105747/Gara-gara.Update.Software.Satelit.Rp.3.Triliun.Jadi.Sampah.Antariksa