SAMPAH ANTARIKSA (bagian 3)
EKSPERIMEN DI ANGKASA
Tahun 2016 Pesawat Kargo Cygnus telah diluncurkan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station, ISS) dari Cape Canaveral, Florida, oleh NASA untuk membawa pasokan makanan dan kebutuhan untuk astronaut. Biasanya ketika pasokan tersebut sudah diturunkan dari kargo, maka para astronaut akan mengisi pesawat kargo tersebut dengan sampah dan meluncurkannya kembali ke Bumi agar terbakar di atmosfer (Fajrina, 2016, cnnindonesia.com).
Demi mempelajari bagaimana reaksi api di lingkungan nol gravitasi, NASA menggunakan eksperimen Spacecraft Fire Experiment (Saffire). NASA ingin menguji coba sesuatu yang berbeda — dan berbahaya juga — yakni mengaktifkan pengaturan api sebelum Cygnus meluncur menuju Bumi. Cygnus telah membawa pasokan seberat 3.400 kg yang terdiri dari bahan eksperimen ilmiah dan peralatan lain untuk tugas astronaut (Fajrina, 2016, cnnindonesia.com).
Para astronaut kemudian memasok Cygnus kembali dengan sampah mencapai 2 ton dan diluncurkan menggunakan lengan robotik ISS. Dari jarak jauh, pembakaran kain ukuran besar yang melapisi sebuah modul di dalam Cygnus diaktifkan. Kain selebar 93 cm itu terbuat dari kaca fiber dan katun, bahan yang sudah digunakan dalam eksperimen pembakaran sebelumnya di ruang mikrogravitasi skala kecil (Fajrina, 2016, cnnindonesia.com).
Sensor dan kamera video HD di dalam Cygnus merekam karakteristik dari perambatan api di sepanjang kain. Objektif NASA adalah untuk mengurangi risiko dari misi antariksa durasi panjang, dan api di pesawat antariksa menjadi salah satu perhatian. Setelah menerima data secara lengkap dari Cygnus, mesin orbitnya diaktifkan untuk menciptakan manuver tertentu yang membuatnya terjun ke atmosfer dan hancur di atas kawasan Pasifik (Fajrina, 2016, cnnindonesia.com).
Uji coba melibatkan api memang sangat jarang dilakukan oleh pesawat antariksa yang sedang terbang mengorbit, karena risikonya sangat tinggi bagi kru. Namun para ilmuan NASA berharap eksperimen Saffire ini akan menghasilkan data berharga demi mengembangkan deteksi api lebih baik serta pengendalian sistem dan peralatan di masa depan (Fajrina, 2016, cnnindonesia.com). Saat ini, ESA, NASA dan Roscosmos (lembaga antariksa Rusia) bekerja sama dalam melakukan mitigasi puing antariksa untuk mengamati jalur lintasan orbit ISS agar selalu aman dari terjangan sampah antariksa yang berbahaya (Muharram, 2016, infoastronomy.org).
Lain halnya dengan Pentagon. Dikutip dari Washington Post (2014), Pentagon menggunakan Space Fence atau Pagar Angkasa untuk melacak sampah angkasa dan memberi peringatan kemungkinan tabrakan yang memungkinkan para pemilik untuk menggeser satelitnya dari lintasan sampah itu. Tapi sistem tersebut hanya mampu menangani sebagian kecil sampah (Lumbantobing, 2014, global.liputan6.com). Pagar yang dimaksud di sini bukan pagar dalam artian harafiah, tetapi merupakan radar frekuensi tinggi yang berperan seperti suatu sinar lampu senter di ruang gelap yang menyinari kerumunan-kerumunan kecil debu angkasa. Semua kerumunan kecil debu ini dicatat dan terus dilacak sewaktu melintasi radar berulang-ulang, hingga akhirnya seorang analis yang menggunakan basis data komputer dapat memperkirakan di mana kepingan-kepingan itu akan berada nantinya, dan ketika sudah cukup dekat untuk bertabrakan dengan sesuatu (Lumbantobing, 2014, global.liputan6.com).
Ada pemikiran yang berbeda dari tim ilmuwan dari Universitas Tsinghua, Beijing, Tiongkok. Dikutip dari Engadget (2015), tim ini telah mengembangkan pesawat antariksa yang akan mengumpulkan kepingan dan sampah antariksa dengan menggunakan jaring besar. Nantinya sampah yang telah dikumpulkan itu akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk pesawat antariksa tersebut. Dan pesawat antariksa tersebut nantinya dapat menggunakan kombinasi tenaga nuklir dan surya (Ngazis, 2015, teknologi.news.viva.co.id).
Dalam praktiknya, nantinya pesawat akan dilengkapi dengan laser khusus yang akan mengeliminasi kepingan besar sampah antariksa. Potongan sampah yang kurang dari 4 inchi diambil dalam jaring dan kemudian akan masuk ke ruang penggilingan. Ruang ini merupakan silinder berputar yang menghancurleburkan sampah menjadi bubuk halus. Bubuk tersebut kemudian dipanaskan. Dan melalui sistem akan disortir mana yang memiliki materi ion positif dan negatif. Ion positif akan diteruskan ke medan elektrik yang meningkatkan energi dan menghasilkan dorongan pesawat. Sedangkan materi berion negatif akan dibuang ke lingkungan antariksa (Ngazis, 2015, teknologi.news.viva.co.id).
(Lanjut ke bagian 4)